Kitab Hukum Jihad

Jihad adalah perang melawan pasukan kafir dalam rangka mempertahankan negara dari serangan musuf, atau dalam rangka menyebarkan agama Islam. Jihad hukumnya adalah fardhu kifayah.
Hukum Jihad
Jihad adalah perang melawan pasukan kafir dalam rangka mempertahankan negara dari serangan musuf, atau dalam rangka menyebarkan agama Islam. Jihad hukumnya adalah fardhu kifayah.

Tentang jihad dalam arti yang lebih luas baca artikel berikut: Jihad Besar


Nama kitab: Terjemah Kitab Fathul Qorib
Judul kitab asal: Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب أو القول المختار في شرح غاية الإختصار)
Pengarang: Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili
Penerjemah:
Bidang studi: Fiqih madzhab Syafi'i

Daftar Isi


KITAB HUKUM-HUKUM JIHAD

كتاب أحكام الجهاد

وكان الأمر به في عهد رسول الله بعد الهجرة فرض كفاية، وأما بعده فللكفار حالان، أحدهما: أن يكونوا ببلادهم فالجهاد فرض كفاية على المسلمين في كل سنة فإذا فعله من فيه كفاية سقط الحرج عن الباقين، والثاني أن يدخل الكفار بلدة من بلاد المسلمين أو ينزلوا قريباً منها فالجهاد حينئذ فرض عين عليهم، فيلزم أهل ذلك البلد الدفع للكفار بما يمكن منهم

(وشرائط وجوب الجهاد سبع خصال) أحدها (الإسلام) فلا جهاد على كافر (و) الثاني (البلوغ) فلا جهاد على صبي (و) الثالث (العقل) فلا جهاد على مجنون (و) الرابع (الحرية) فلا جهاد على رقيق ولو أمره سيده، ولا مبعض ولا مدبر ولا مكاتب (و) الخامس (الذكورية) فلا جهاد على امرأة وخنثى مشكل (و) السادس (الصحة) فلا جهاد على مريض بمرض يمنعه عن قتال، وركوب إلا بمشقة شديدة كحمى مطبقة.

(و) السابع (الطاقة على القتال) أي فلا جهاد على أقطع يد مثلاً ولا على من عدم أهبة القتال كسلاح ومركوب ونفقة (ومن أسر من الكفار فعلى ضربين ضرب) لا تخيير فيه للإمام بل (يكون) وفي بعض النسخ بدل يكون يصير (رقيقاً بنفس السبي) أي الأخذ (وهم الصبيان والنساء) أي صبيان الكفار ونساؤهم ويلحق بما ذكر الخناثى والمجانين، وخرج بالكفار نساء المسلمين، لأن الأسر لا يتصور في المسلمين

(وضرب لا يرق بنفس السبي وهم) الكفار الأصليون (الرجال البالغون) الأحرار العاقلون (والإمام مخير فيهم بين أربعة أشياء) أحدها (القتل) بضرب رقبة لا بتحريق وتغريق مثلاً.

(و) الثاني (الاسترقاق) وحكمهم بعد الاسترقاق كبقية أموال الغنيمة. (و) الثالث (المن) عليهم بتخلية سبيلهم. (و) الرابع (الفدية) إما (بالمال أو بالرجال) أي الأسرى من المسلمين ومال فدائهم كبقية أموال الغنيمة، ويجوز أن يفادى مشرك واحد بمسلم أو أكثر ومشركون بمسلم (يفعل) الإمام (من ذلك ما فيه المصلحة) للمسلمين فإن خفي عليه الأحظ حبسهم حتى يظهر له الأحظ، فيفعله وخرج بقولنا سابقاً الأصليون الكفار غير الأصليين، كالمرتدين فيطالبهم الإمام بالإسلام، فإن امتنعوا قتلهم

(ومن أسلم) من الكفار (قبل الأسر) أي أسر الإمام له (أحرز ماله ودمه وصغار أولاده) عن السبي وحكم بإسلامهم تبعاً له بخلاف البالغين من أولاده فلا يعصمهم إسلام أبيهم، وإسلام الجد يعصم أيضاً الولد الصغير، وإسلام الكافر لا يعصم زوجته عن استرقاقها، ولو كانت حاملاً فإن استرقت انقطع نكاحه في الحال

(ويحكم للصبي بالإسلام عند وجود ثلاثة أسباب) أحدها (أن يسلم أحد أبويه) فيحكم بإسلامه تبعاً لهما وأما من بلغ مجنوناً أو بلغ عاقلاً ثم جن فكالصبي والسبب الثاني مذكور في قوله (أو بسبيه مسلم) حال كون الصبي (منفرداً عن أبويه) فإن سبي الصبي مع أحد أبويه فلا يتبع الصبي السابي له، ومعنى كونه مع أحد أبويه أن يكونا في جيش واحد وغنيمة واحدة، لا أن (مالكهما يكون واحداً) ولو سباه ذمي وحمله إلى دار الإسلام لم يحكم بإسلامه في الأصح، بل هو على دين السابي له.

والسبب الثالث مذكور في قوله (أو يوجد) أي الصبي (لقيطاً في دار الإسلام) وإن كان فيها أهل ذمة فإنه يكون مسلماً وكذا لو وجد في درا كفار وفيها مسلم.

Hukum Jihad

Hukum jihad Di masa Rasulullah Saw setelah hijrah adalah fardlu kifayah.

Keadaan Orang Kafir

Sedangkan setelah masa beliau, maka kaum kafir memiliki dua keadaan.

Salah satunya adalah mereka berada di daerahnya sendiri. Maka hukum jihad adalah fardlu kifayah bagi kaum muslimin di dalam setiap tahun.

Sehingga, ketika sudah ada orang yang melakukannya dan ia bisa mencukupi, maka hukum dosa gugur dari yang lainnya.

Kedua, orang-orang kafir masuk ke salah satu daerah kaum muslimin, atau mereka berada di dekat daerah tersebut, maka ketika demikian, hukum jihad adalah fardlu ‘ain bagi kaum muslimin.

Sehingga, bagi penduduk daerah tersebut wajib menolak kaum kafir dengan apapun yang mereka bisa.

Syarat-Syarat Jihad

Syarat wajibnya jihad ada tujuh perkara.

Pertama adalah islam, sehingga tidak wajib jihad bagi orang kafir.

Yang kedua adalah baligh, sehingga tidak wajib jihad bagi anak kecil.

Yang ketiga adalah berakal, sehingga tidak wajib jihad bagi orang gila.

Yang ke empat adalah merdeka, sehingga tidak wajib jihad bagi seorang budak walaupun majikannya memerintahkan, dan walaupun dia adalah budak muba’adl. Dan tidak wajib pula bagi budak mudabbar dan budak mukatab.

Yang kelima adalah laki-laki, sehingga tidak wajib jihad bagi orang perempuan dan khuntsa musykil.

Yang ke enam adalah sehat, sehingga tidak wajib jihad bagi orang yang sakit yang menghalanginya untuk berperang dan naik kendaraan kecuali dengan menanggung kesulitan yang berat seperti demam yang terus menerus.

Yang ke tujuh adalah mampu berperang sehingga tidak wajib jihad bagi semisal orang yang tangannya terpotong, dan tidak wajib bagi orang yang tidak menemukan / memiliki bekal berperang seperti senjata, kendaraan dan nafaqah.

Macam-Macam Tawanan

Tawanan dari pihak kaum kafir ada dua kelompok :

Satu kelompok adalah kelompok yang tidak ada hak bagi imam untuk memilih kebijakan, bahkan mereka langsung menjadi budak dengan penawanan tersebut. Dalam sebagian redaksi menggunakan lafadz “yashiru” sebagai ganti dari lafadz “yakunu”.

Mereka adalah anak-anak kecil dan para wanita, maksudnya anak-anak kecil dan para wanita dari pihak kaum kafir.

Kaum khuntsa dan orang-orang gila disamakan dengan mereka.

Dengan keterangan “pihak kaum kafir”, mengecualikan para wanitanya kaum muslimin. Karena sesungguhnya penawanan tidak bisa diberlakukan pada kaum muslimin.

Dan satu kelompok adalah kelompok yang tidak langsung menjadi budak dengan penawanan tersebut.

Mereka adalah orang-orang kafir asli yang laki-laki, baligh, merdeka dan berakal.

Bagi imam diperkenankan memilih kebijakan pada mereka di antara empat perkara :

Salah satunya adalah membunuh dengan memenggal leher tidak dengan membakar dan menenggelamkan semisal.

Yang kedua adalah menjadikan budak. Hukum mereka setelah dijadikan budak adalah seperti hukum harta-harta ghanimah.

Yang ketiga adalah memberi anugerah kepada mereka dengan membebaskan jalan mereka.

Yang ke empat adalah meminta tebusan adakalanya dengan harta atau dengan kaum laki-laki, maksudnya dengan tawanan dari kaum muslimin.

Uang tebusan mereka hukumnya seperti harta rampasan yang lain.

Satu orang kafir boleh ditebus dengan satu orang islam atau lebih, dan boleh beberapa orang kafir ditebus dengan satu orang muslim.

Dari semua itu, sang imam melakukan apa yang mendatangkan kemaslahatan pada kaum muslimin.

Sehingga, jika yang lebih bermanfaat masih samar bagi sang imam, maka ia menahan para tawanan tersebut hingga jelas baginya mana yang paling bermanfaat kemudian ia lakukan.

Dengan keterangan saya di depan “kafir asli”, mengecualikan pasukan kafir yang tidak asli seperti orang-orang murtad, maka sang imam menuntut mereka agar masuk islam. Sehingga, jika mereka tidak mau melakukannya, maka sang imam membunuhnya.

Barang siapa dari pihak kafir yang telah masuk islam sebelum tertangkap, maksudnya tertangkap oleh imam, maka harta, nyawa, dan anak-anak kecil mereka harus dijaga dari penawanan.

Anak-anak kecil tersebut dihukumi islam sebab islamnya orang tua mereka karena mengikut padanya, berbeda dengan anak-anak mereka yang sudah baligh, maka status islam orang tua mereka tidak bisa melindungi mereka.

Islamnya kakek juga bisa melindungi cucu mereka yang masih kecil.

Islamnya laki-laki kafir tidak bisa melindungi istrrinya dari hak untuk dijadikan sebagai budak walaupun istrinya tersebut dalam keadaan hamil.

Sehingga, ketika sang istri menjadi budak, maka status pernikahannya menjadi terputus seketika.

Anak Kecil Hukumnya Islam

Anak kecil dihukumi islam ketika wujud tiga sebab.

Salah satunya adalah salah satu dari kedua orang tuanya masuk islam, maka anak tersebut dihukumi islam karena mengikut pada orang tuanya.

Adapun anak yang baligh dalam keadaan gila, atau baligh dalam keadaan berakal namun kemudian gila, maka ia seperti anak kecil.

Sebab kedua disebutkan di dalam perkataan mushannif, “atau anak kecil tersebut ditawan oleh orang islam ketikaa ia tidak bersamaan dengan kedua orang tuanya.”

Sehingga, jika anak kecil tersebut ditawan bersama dengan salah satu kedua orang tuanya, maka sang anak tidak mengikuti agama orang yang menawannya.

Maksud dari keberadaan sang anak bersama dengan salah satu dari kedua orang tuanya adalah mereka berada dalam satu pasukan dan ghanimah yang satu juga, tidak harus orang yang memiliki keduanya adalah orang satu.

Seandainya anak kecil tersebut ditawan oleh orang kafir dzimmi dan ia membawa anak tersebut ke daerah islam, maka sang anak tidak dihukumi islam menurut pendapat al ashah.

Bahkan anak tersebut mengikuti agama orang yang menawannya.

Sebab yang ketiga disebutkan di dalam perkataan mushannif, “atau anak kecil yang ditemukan terlantar di daerah islam, walaupun di sana ada penduduk kafir dzimmi. Maka sesungguhnya anak tersebut adalah islam.”

Begitu juga -hukumnya islam- seandainya anak kecil tersebut ditemukan terlantar di daerah kafir dan di sana ada penduduk muslimnya. [alkhoirot.org]
LihatTutupKomentar