Ijmak dan Qiyas sebagai Sumber Hukum

Ijmak dan Qiyas sebagai Sumber Hukum / istinbath hukm Ijma’ yaitu suatu kesepakatan Para ulama fiqih yg menetapkan Pada hukum syara’ menetapkan salat

Ijmak dan Qiyas sebagai Sumber Hukum

Nama buku: Terjemah kitab Lathaiful Isyarat, Lathaief Isyarat, Lathaif Al-Isyarah, Latoiful Isyarat
Nama kitab asal: Lathaaif al-Isyaaraat ala Tashil al-Turuqat li Nazhm al-Waraqat ( لطائف الإشارات على تسهيل الطرقات لنظم الورقات)
Pengarang: Abdul Hamid bin Muhammad bin Ali Kudus ( عبد الحميد بن محمد بن علي قدس)
Penerjemah:
Bidang studi: Kaidah fiqih dan Ushul Fikih madzhab Syafi'i

Daftar isi 

  1. Bab XI Kontradiksi Dalil
  2. Bab XII Ijmak
  3. Bab XIII Ikhbar (Berita)
  4. Bab XIV Qiyas
  5. Pasal Persyaratan Rukun Qiyas
  6. Pasal Haram Dan Ibahah (Larangan Dan Kebolehan)
  7. Kembali ke Terjemah Lataiful Isyarat


BAB XI KONTRADIKSI DALIL

(باب) فى بيان مايفعل ( فى التعارض )
ياتى على اربعة اقسام تعارض النطقين فى الاحكام

Warna kontra dua mantuq dalam hukum Itu terdapat empat bagian maklum

اوكل نطق فيه وصف منها اما عموم وخصوص فيها

Dua mantuq yang sama umum pertama Dua mantuq yang sama khusus kedua
Mantuq pertama itu umum yang ketiga Diikuti mantuq khusus yang kedua

كل من الوصفين فى وجه ظهر او فيه كل منهما ويعتبر

Empat mantuq pertama umum dan khusus Mantuq selanjutnya juga umum khusus

فى الاولين واجب ان امكنا فالجمع بين ما تعارضا هنا

Gabungkanlah dua lafadz bertentangan Yang semuanya memiliki keumuman
Hal itu pun jika mungkin dikumpulkan Jika tidak sya’ir berikut lanjutkan

مالم يكن تاريخ كل يعرف وحيث لا امكان فالتواقف

Namun jika tidak mungkin dikumpulkan Maka solusinya itu ditangguhkan
Sehingga ada yang mampu mengunggulkan Terhadap salah satu yang bertentangan

فالثان ناسخ لما تقدما فان علمنا وقت كل منهما

Jika terdapat dua lafadz bertentangan Yang pertama menunjukan kehalalan
Yang kedua menunjukan keharaman Maka yang kedualah yang digunakan

بذى الخصوص لفظ ذى العموم وخصصوا فى الثالث المعلوم

Jika terdapat dua lafadz bertentangan Yang pertama menunjukan keumuman
Dan kedua menunjukan kekhususan Maka yang kedua yang diutamakan

من كل شق حكم ذاك النطق وفى الاخير شطر كل نطق
بالضد من قسميه واعرفنهما فاخصص عموم كل نطق منهما

Jika dalil pertama umum dan khusus Dalil yang kedua juga umum khusus
Maka keumuman dalil yang pertama Ditakhsis kehususan dalil kedua
Serta keumuman dalil yang dua Ditakhsis kekhususan dalil pertama


BAB XII IJMA’

( باب الاجماع )
اى علماء الفقه دون نكر هو اتفاق كل اهل العصر
شرعا كحرمة الصلاة بالحدث على اعتبار حكم امر قد حدث

Ijma’ yaitu suatu kesepakatan Para ulama fiqih yang menetapkan
Pada hukum syara’ menetapkan Shalat bagi yang berhadats diharamkan

لا غيرها اذ خصصت بالعصمة واحتج بالاجماع من ذى الامة

Dan ijma’ itu dapat dijadikan Bagi umat nabi dijadikan alasan
Tetapi bukan umat yang lainnya Ijma’nya tak dapat dijadikan alasan

من بعده فى كل عصر اقبلا وكل اجماع فحجة على

Dapat di pakaialasan setiap ijma’nya Bagi generasi umat selanjntnya
Seperti ijma’ para sahabat Nabi Di pakaioleh pengikut sahabat Nabi

اى فى انعقاده وقيل مشترط ثم انقراض عصره لم يشترط

Dan tak disyaratkan bagi sahnya ijma’ Dengan wafat para ahli zaman ijma’
Jadi meski ahli ijma’ masih ada Maka ijma’ tersebut masih berguna
Itulah pendapat kaul yang pertama Dan sebaliknya menurut kaul kedua

الا على الثانى فليس يمنع ولم يجز لاهله ان يرجعوا

Bagi mujmi’in tidak diperbolehkan Hal yang telah disepakati dibatalkan

وصار مثلهم فقيها مجتهد وليعتبر عليه قول من ولد

Kaul ke dua juga memperhitungkan Ucapan orang yang dilahirkan
Pada saat hidupnya ahli Ijma’ Dan dia tumbuh menjadi ahli Ijma’
Atau menjadi ahli Fiqih yang hebat Atau menjadi ahli Ijtihad kuat

من كل اهله وبالافعال ويحصل الاجماع بالاقوال

Dan Ijma’ dihasilkan dengan ucapan Tiap ahli serta dengan pekerjaan

وبانتشار مع سكوتهم حصل وقول بعض حيث باقيهم فعل

Empat bagian ijma’ itu terbagi Ijma’ qauli dua ijma’ af’ali
Ijma’ mukhtaliqat itu yang ketiga Empat ijma’ sukuti semua berharga

على الجديد فهو لا يحتج به ثم صحابى قوله عن مذهبه
فى حقهم وضعفوه فليرد وفى القديم حجة لما ورد

Menurut kaul jadid Imam Syafi’i Bisa dipake hujjah kaul shahabi
Oleh sahabat-sahabat yang lainnya Tapi kaul Qadim itu sebaliknya
Jika hal itu terjadi kontradiksi Utama kaul jadid Imam Syafi’i

BAB XIII IKHBAR ( BERITA )

(باب) بيان ( الاخبار )

صدقا وكذبا منه نوع قد نقل والخبر اللفظ المفيد المحتمل

Khobar yaitu lafadz yang dipantaskan Pada kebenaran serta kebohongan
Namun ada khobariyah dipantaskan Maqtu’un bil Sidqi pada kebenaran
Serta ada khobariyah dipantaskan Maqtu’un bil Kidzbi pada kebohongan
Kalamullah contoh Maqtu’un bil Sidqi Musailamah contoh Maqtu’un bil Kidzbi

وماعدا هذا اعتبر احادا تواترا للعلم قد افادا

Khobariyah terbagi dua bagian Khobar mutawatir, ahad kemudian
Khobar mutawatir itu menyakinkan Sedang khobar ahad itu diragukan

جمع لنا عن مثله عزاه فاول النوعين ما رواه

Khobar mutawatir itu hasil panca indra Yang diriwayatkan lebih dari dua
Yang mustahil dari kelompok pembohong Karna itu janganlah engkau berbohong

لا باجتهاد بل سماع او نظر وهكذا الى الذى عنه الخبر
والكذب منهم بالتواطى يمنع وكل جمع شرطه ان يسمعوا

Syarat mutawatir itu ada tiga Beritanya harus hasil panca indera
Hasil penglihatan serta pendengaran Diri sendiribuksn hasil yang lain
Jumlah rowi harus sampai ketetapan Serta kelompok pembohong itu bukan
Adad mutawatir dari Abu Thoyib Empat orang diqiyaskan pada syahid
Sedangkan menurut Ashab As-Syafi’i Lima orang qiyas pada ulul azmi
Pendapat yang lain dua puluh orang Ayat mushabarah al-Qur’an dipegang
Syarat ketiga ada keseimbangan Adad mutawatir ditiap lapisan
Pembagian mutawatir itu dua Mutawatir lafdzi, ma’nawi kedua

لا العلم لكن عنده الظن حصل ثانيهما الاحاد يوجب العمل

Khobar ahad itu wajib diamalkan Meski khobar ahad itu diragukan
Karena hukum khobar dzon diutamakan Yang utama itu wajib diamalkan

وسوف ياتى ذكر كل منهما لمرسل ومسند قد قسما

Pembagian khobar ahad ada dua Pertama musnad serta mursal kedua

فمرسل وما عداه مسند فحيثما بعض الرواة يفقد

Hadits mursal yaitu yang sebagian Dari para rowi itu digugurkan
Khobar ahad mursal itu ada tiga Satu jali, khafi, shohabi ketiga

لكن مراسيل الصحابى تقبل للاحتجاج صالح لا المرسل

Hadits musnad itu sah dipakai hujjah Hadits mursal tidak sah dipakai hujjah
Hadits mutawatir sah dipakai hujjah Hanya mutawatir shohabi ayo melangkah

فى الاحتجاج ما رواه مرسلا كذا سعيد بن المسيب اقبلا

Hadits Sa’id bin Musayab Diterima serta dijadikan hujjah juga bisa

فى حكمه الذى له تبيان والحقوا بالمسند المعنعنا

Dan para Ulama mengikutsertakan Pada hadits musnad yaitu mu’an’an
Sama halnya dapat dipakai alasan Serta sanad ittishal pada utusan
Syarat hadits mu’an’an yang disamakan Dengan hadits musnad itu disyaratkan
Pertama mu’an’innya jangan keliru Dua pernah bertemudengan sang guru
Inilah pendapat Imam Al-Bukhori Lain halnya dengan Imam Muslim sendiri
Antara mu’an’in dengan gurunya Haruslah satu zaman dalam hidupnya

حدثنى كما يقول اخبرا وقال من عليه شيخه قرا

Apabila murid langsung mendengarkan Tentang hadits dari guru dibacakan
Maka bagi murid bisa mengatakan Akhbarani, hadatsani dikatakan
Ini penyampaian hadits yang pertama Merupakan cara yang paling utama

لكن يقول راويا اخبرنى ولم يقل فى عكسه حدثنى

Lafadz hadatsani jangan di ucapkan Jika cara penyampaian dibacakan
Pada tulisan dan guru mendengarkan Yang ini merupakan cara bandungan

يقول قد اخبرنى اجازه وحيث لم يقرء وقد اجازه

Yang ke tiga sang guru mengijazahkan Kepada murid untuk meriwayatkan
Maka bagi rawi harus menyatakan Ajazanie, akhbaranie ijazatan

BAB XIV QIYAS

( باب القياس )
للاصل فى حكم صحيح شرعى اما القياس فهو رد الفرع

Qiyas itu menyamakan sesuatu Dari maqies pada maqies ‘alaih itu
Qiyas inilah dalil syara’ ke empat Al-Qur’an, al-Hadits, Ijma’ tepat

واليعتبر ثلاثة فى الرسم لعلة جامعة فى الحكم

Rukun qiyas semua empat bagian Maqies, yang ke dua maqies ‘alaih dan
Tiga ‘ielat ada titik persamaan Antara yang disamakan, menyamakan
Akan kepastian pada satu hukum Wajib atau haram itu jadi maklum

او شبه ثم اعتبر احواله لعلة اضفه او دلالة

Pembagian qiyas itu ada tiga Qiyas ‘ielat, serta dlilalah ke dua
Serta qiyas syibhu itu yang ke tiga Mari perhatikan dengan penuh seksama

موجبة للحكم مستقلة اولها ما كان فيه العلة
كقول اف وهو للايذا منع فضربه للوالدين ممتنع

Qiyas ‘ielat merupakan sesuatu ‘ielat pada qiyas wajib yang dituju
Pada satu hukum seperti contohnya Pukulan kepada orang tuanya
Dengan memakinya itu sama saja Dengan menyakiti, maka haram hukumnya

حكما به لكنه دليل والثانى مالم يوجب التعليل
شرعا على نظيره فيعتبر فيستدل بالنظير المعتبر
زكاته كبالغ اى للنمو كقولنا مال الصبى تلزم

Serta yangn ke dua qiyas dlilalah Qiyas yang terdapat suatu ‘ielath
Pada satu hukum ‘ielat menunjukan Tapi pada hukum tidak diwajibkan
Bak harta anak pada orang dewasa Maka wajib zakat itu titik sama

ما بين اصلين اعتبارا وجدا والثالث الفرع الذى ترددا

Dan ke tiga maqies yang berbolak-balik Antara dua asal mana yang baik
Seperti abid di rusak orang lain Bolak-balik antara manusia hewan
Dari putra adam pandangan merdeka Di pandang hewan abid adalah harta

من غيره فى وصفه الذى يرى فليلتحق باى ذين اكثرا
بالمال لا بالحرفى الاوصاف فليلحق الرقيق فى الاتلاف

Abid yang di persamakan pada harta Itu lebih banyak dari pada satwa
Karena abid suka di jual belikan Diwakafkan ataupun diwasiatkan

PASAL PERSYARATAN RUKUN QIYAS

( فصل فى شروط اركان القياس )
مناسبا لاصله فى الجمع والشرط فى القياس كون الفرع

Ada empat syarat pada rukun qiyas Munasabah maqies ‘alaih serta maqies

مناسبا للحكم دون مين بان يكون جامع الامرين

Seperti adanya’ ielat mengumpulkan Maqies, maqies ‘alaih itu disatukan
Haruslah disamakan terhadap hukum Yang terdapat pada maqies harap mafhum

يوافق الخصمين فى رايهما وكون ذاك الاصل ثابتا بما

Maqies ‘alaih mestinya tlah ditentukan Oleh hadits ataupun dalil al-Qur’an
Pendapat mudda’i serta mustadilnya Haruslah sama ini yang ke duanya

فى كل معلولاتها التى ترد وشرط كل علة ان تطرد

Yang ketiga mutharid pada ‘ielatnya Serta pada hukum seperti ‘ielatnya
Yang terdapat pada sebuah surahnya Hukum telah ada bersama ‘ielatnya
Maka tidaklah boleh bagi ‘ielatnya Berpisah dari hukum tuk selamanya

قياس فى ذات انتقاض مسجلا لم ينتقض لفظا ولا معنى فلا

‘ielat tidaklah batal pada lafadznya Dan maknanya, jika ada batal qiyasnya
Contoh ’ielat yang batal pada lafadznya Lafadz ‘ielat pada surah tanpa hukumnya
Contoh ’ielat yang batal pada maknanya Makna yang dipakai‘ielat tanpa hukumnya

علته نفيا واثباتا معا والحكم من شروطه ان يتبعا

Syarat yang ke empat adalah hukumnya Harus mengikuti terhadap ‘ielatnya
Di dalam segi nafi serta itsbatnya Hukum serta ‘ielat harus bersamanya
Ada ‘ielat, ada pula hukumnya Begitupun jika ‘ielat sebaliknya

وهو الذى لها كذاك يجلب فهى التى له حقيقا تجلب

‘ilat itu penyebab hukum adanya Serta hukum ditarik ‘ielat sebabnya

PASAL HARAM dan IBAHAH (LARANGAN dan KEBOLEHAN)

بل بعدها بمقتضى الدليل لا حكم قبل بعثة الرسول

Tak ada hukum sebelum ada Rasul Adanya hukum setelah ada Rasul

تحريمها لا بعد حكم شرعى و الاصل فى الاشياء قبل الشرع

Sebelum syara’ sesuatu itu haram Tapi setelahnya itu selain haram
Jika hukum itu tidak ditemukan Haram atau halal itu kembalikan
Pada hukum haram engkau kembalikan Karena asal sesuatu di haramkan

وما نهانا عنه حرمناه بل ما احل الشرع حللناه

Jika sesuatu di halalkan syara’ Maka sesuatu halal bagi kita
Jika sesuatu di haramkan syara’ Maka sesuatu haram bagi kita

شرعا تمسكنابحكم الا صل وحيث لم نجد دليل حل

Tapi jika kita tidak menemukan Dalil syara’ akan hukum kehalalan
Mak hukum asal itu kita pegang Yaitu haram janganlah engkau tegang

وقال قوم ضد ما قلناه مستصحبين الاصل لا سواه

Hukum asal semua mengabadikan Ketika dalil syara’ tak ditemukan
Seperti mujtahid tidak mendapatkan Pada hukum puasa rajab di wajibkan
Kemudian mujtahidin mengatakan Puasa rajab itu tidak di wajibkan
Berdasarkan pada istishabul halnya Hal ini tentu bisa jadi hujjahnya
Karna istishab ada dua macamnya Satu istishabul hal dua masyhurnya
Menurut pendapat kaum sebaliknya Hukum asal sesuatu halalnya

تحريمها فى شرعنا فلا يرد اى اصلها التحليل الا ما ورد

Kecuali dalil syara’ mengharamkan Maka bagi kita juga mengharamkan

جوازه وما يضر يمنع وقيل ان الاصل فيما ينفع

Dan menurut pendapat qiil yang lainnya Asal sesuatu ada manfaatnya
Maka itu diperbolehkan hukumnya Lain halnya jika timbul madlaratnya
Maka itu di haramkan baginya Semua ini berbagai pendapatnya

بالاصل عن دليل حكم قد فقد وحد الاستصحاب اخذ المجتهد

Istishabul masyhur itu ketetapan Sesuatu yang ke dua pada zaman
Dengan sebab ketetapan sesuatu Yang terjadi pada waktu yang ke satu.[]

LihatTutupKomentar