Cara Bergaul Dengan Teman Akrab

Persahabatan dengan teman akrab itu menyenangkan. Namun, hati-hati. Kita harus tetap waspada untuk tidak terlalu berlebihan dalam bersikap dengan siapapun. Termasuk pada teman dekat. Karena pada suatu saat teman dekat bisa menjadi lawan yang justru lebih berbahaya.
Cara Bergaul Dengan Teman Akrab
Persahabatan dengan teman akrab itu menyenangkan. Namun, hati-hati. Kita harus tetap waspada untuk tidak terlalu berlebihan dalam bersikap dengan siapapun. Termasuk pada teman dekat. Karena pada suatu saat teman dekat bisa menjadi lawan yang justru lebih berbahaya.

Nama kitab: Terjemah kitab Bidayatul Hidayah (Bidayah AlHidayah)
Judul kitab asal: بداية الهداية للإمام الغزالي
Penulis: Abu Hamid Muhammad bin Muhammad AlGhazali AlThusi (أبو حامد محمد بن محمد الغزالي الطوسي)
Lahir: 1058 M / 450 H
Asal: Tous, Iran
Wafat: 19 Desember 1111 Masehi (usia 53) atau tahun 505 Hijriah
Bidang studi: Tasawuf
Download:
Versi Arab (pdf)
Terjemah Bidayatul Hidayah (pdf)

Daftar Isi


Bergaul Dengan Teman Akrab (2)

وكذلك قال أبو تمام:

عَدوُكَ مِن صَديقِكَ مُستَفاد ... فَلا تَستَكثرِنَ مِنَ الصَحابِ
فَإِنّ الدَاءَ أَكثَرَ ما تَراهُ ... يَكون مِنَ الطَعامِ أو الشَرابِ

وكن كما قال هلال بن العلاء الرقى:

لَما عَفوتَ وَلَم أَحقِد عَلى أَحد ... أَرحتَ نَفسى مِن هُم العَداواتِ
إِني أَحيى عَدوى عِندَ رُؤيَتِهِ ... لأَدفَعَ الشَرَ عَنى بِالتَحياتِ
وَأَظهَر البَشَر لِلإِنسانِ أَبغُضُهُ ... كَأَن قَد مَلا قَلبى مَرات
وَلسَت أَسلَمَ مِمَن لَستَ أَعرِفُهُ ... فَكَيفَ أَسلَم مِن أهلِ المَوَداتِ
الناسُ دَاء دَواءِ الناسِ تَركُهُم ... وَفي الجَفاءِ لَهُم قِطَعُ الأَخواتِ
فَسالِم الناسَ تَسلَم مِن غوائِلِهِم ... وَكُن حَريصاً عَلى كَسبِ التقياتِ
وَخالِق الناسَ وَاصبِر ما بُلَيتَ بِهِم ... اَصَمٌ اَبكَمٌ اَعمى ذا تقيات

وكن أيضا كما قال بعض الحكماء: الق صديقك وعدوك بوجه الرضا، من غير مذلة لهما ولا هيبة منهما، وتوقر من غير كبر، وتواضع من غير مذلة، وكن في جميع أمورك في أوسطها، فكلا طرفى قصدن الأمور ذميم، كما قيل:

عَلَيكَ بِأَوساطِ الأَمورِ فإِنّها ... طَريقٌ إِلى نَهجِ الصِراط قَويمُ
وَلا تَكُ فيها مُفرَطا أَو مُفرَطا ... فَإِنّ كُلا حالِ الأُمورِ ذميمُ

ولا تنظر في عطفيك، ولا تكثر إلى وارئك الالتفات، ولا تقف على الجماعات، وإذا جلست فلا تستوفز، وتحفظ من تشبيك أصابعك، وكثرة بصاقك ونخمك، وطر الذباب عن وجهك، وكثرة التمطى والتثاؤب في وجوه الناس في الصلاة وغيرها، وليكن مجلسك هادئا، وحديثك منظوما مرتبا، واصغ إلى الكلام الحسن ممن حدثك من غير إظهار تعجب مفرط، ولا تسأله إعادته، واسكت عن المضاحك والحكايات، ولا تحدث عن إعجابك بولدك وشعرك وكلامك وتصنيفك وسائر ما يخصك، ولا تتصنع تصنع المرأة في التزين، ولا تتبذل تبذل العبد، وتوق كثرة الكحل والإسراف في الدهن، ولا تلح في الحاجات، ولا تشجع أحداً على الظلم، ولا تعلم أحدا من أهلك وولدك فضلا عن غيرهم مقدار مالك؛ واجفهم من غير عنف، ولن لهم من غير ضعف، ولا تهازل أمتك ولا عبدك، فيسقط وقارك من قلوبهم، وإذا خاصمت فتوقر، وتحفئ من جهلك وعجلتك، وتفكر في حجتك، ولا تكثر الاشارة بيدك، ولا تكثر الالتفاف إلى من ورائك ولا تجث على ركبتيك، وإذا هدأ غضبك فتكلم. وإذا قربك السلطان فكن منه على حد السنان، وإياك وصديق العافية؛ فإنه أعدى الأعداء، ولا يجعل مالك أكرم من عرضك.

فهذا القدر يافتى يكفيك من بداية الهداية، فجرب بها نفسك؛ فإنها ثلاثة أقسام: قسم آداب الطاعات، وقسم في ترك المعاصي، وقسم في مخالطة الخلق، وهي جامعة لجمل معاملة العبد مع الخالق والخلق.

فإن رأيتها مناسبة لنفسك، ورأيت قلبك مائلا إليها راغبا في العمل بها، فاعلم أنك عبد نوَّر الله تعالى بالإيمان قلبك، وشرح به صدرك، وتحقق أن لهذه البداية نهاية، ووراءها أسرارا وأغوارا ومكاشفات، وقد أودعناها كتاب (إحياء علوم الدين) ؛ فاشتغل بتحصيله.

وإن رأيت نفسك تستثقل العمل بهذه الوظائف، وتنكر هذا الفن من العلم، وتقول لك نفسك: أنى ينفعك هذا العلم في محافل العلماء، ومتى يقدمك هذا على الأقران والنظراء؟! وكيف يرفع منصبك في مجالس الأمراء والوزراء؟ وكيف يوصلك إلى الصلة والأرزاق وولاية الأوقاف والقضاء؟ فاعلم أن الشيطان قد أغواك وأنساك متقلبك ومثواك، فاطلب لك شيطانا مثلك، ليعملك ما تظن أنه ينفعك ويوصلك إلى بغيتك. ثم أنه قط لا يصفو لك الملك في محلتك، فضلا عن قريتك وبلدتك، ثم يفوتك الملك المقيم والنعيم الدائم في جوار رب العالمين.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته، والحمد لله أولا وآخرا، وظاهرا وباطنا. ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم. وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه، وسلم تسليما كثيرا.

Makna yang sama juga terdapat dalam syair Abu Tamam berikut:

Musuhmu lebih bermanfaat daripada sahabatmu
Maka itu, jangan engkau memperbanyak sahabat

Sungguh kebanyakan penyakit yang kau lihat
berasal dari makanan atau minuman

Berusahalah engkau menjadi seperti yang dikatakan oleh Hilal bin al-Ala’ ar-Raqi:

Ketika aku memberi maaf dan tidak dengki pada seseorang
Aku istirahatkan diriku dari risaunya permusuhan

Aku hormati musuhku manakala melihatnya
guna menghilanghan keburukanku dengan penghormatan

Aku tampakkan keceriaan pada orang yang kumurka
Seakan-akan ia telah membuat hatiku bahagia

Aku tak selamat dari orang yang tak kukenal
maka bagaimana aku bisa selamat dari orang yang kucinta

Manusia adalah penyakit dan obatnya adalah meninggalkan mereka
tapi memusuhi mereka berarti memutuskan hubungan saudara

Berdamailah dengan mereka agar engkau selamat dari musibahnya
dan usahakan selalu untuk mendapatkan cinta

Bergaullah dengan manusia dan sabarlah dalam menghadapi mereka
Hendaknya engkau tuli, bisu, dan buta, serta warak

Demikian pula hendaklah engkau seperti yang disebutkan oleh Para ahli hikmat: Hadapilah teman yang dan musuhmu dengan wajah rida, tidak bersikap hina, dan tidak pula takut pada mereka. Sebaliknya engkau harus berwibawa, tapi tidak sombong dan harus bersikap tawadu. Jadi, pada semua persoalan, engkau harus bersikap pertengahan. Sebab, semua yang ekstrem akan tercela, sebagaimana disebutkan:

Engkau harus bersikap pertengahan karena ia
merupakan cara yang tepat menuju jalan yang benar

Jangan engkau teledor atau keterlaluan di dalamnya
karena masing-masing sikap itu adalah tercela

Jangan engkau melihat ke arah samping, jangan banyak menoleh ke belakang, serta jangan memperhatikan kelompok-kelompok orang. Apabila engkau duduk, maka duduklah dengan tidak tergesa-gesa. Hindarilah memasukkan jari-jarimu ke dalam jari-jari yang lain, memainkan janggut atau memainkan cincinmu, membersihkan gigi, memasukkan jari ke hidung, banyak meludah, mengusir lalat dari wajah, serta hilir-mudik di depan orang-orang dan di dalam salat.

Duduklah dengan tenang. Aturlah bicaramu dan de­ngarkan ucapan yang baik yang datang dari orang lain dengan tidak keterlaluan dalam menunjukkan kekagum­an. Jangan memintanya untuk mengulang. Berpalinglah dari pembicaraan yang membuat tawa dan yang berupa kisah. Jangan engkau beritakan kekagumanmu tentang anakmu. Juga, jangan kau sampaikan syair, pembicaraan, tulisan, serta semua yang khusus untukmu. Jangan berhias seperti wanita. Jangan merendahkan diri seperti seorang budak. Jangan terlalu banyak bercelak dan dipoles. Jangan memaksa ketika butuh dan jangan menghasung orang lain untuk berbuat lalim.

Jangan engkau memberitahukan jumlah harta keka­yaanmu kepada salah seorang keluargamu, kepada anakmu, apalagi kepada orang lain. Karena, jika mereka melihatnya sedikit, engkau akan hina di mata mereka dan jika banyak, mereka tak akan senang kepadamu. Hindari mereka tapi tidak dengan sikap keras. Lembutlah pada mereka tapi tidak dengan sikap lemah. Jangan engkau candai ibumu atau budakmu, karena dengan demikian harga dirimu bisa jatuh. Apabila engkau berselisih maka tetap jaga wibawa dan kehormatan. Jangan sampai engkau berbuat jahil dan tergesa-gesa. Berpikirlah terlebih dahulu sebelum mengeluarkan argumen. Jangan banyak menunjuk dengan tangan. Jangan banyak menoleh ke orang di belakangmu. Jangan berlutut.

Apabila marahmu telah mereda, baru berbicara. Jika sultan atau penguasa mendekatimu, engkau harus betul-betul waspada terhadapnya. Hindarilah teman yang ada maunya, karena ia musuh yang paling utama. Dan jangan sampai engkau lebih memuliakan harta ketimbang kehormatanmu.

Penjelasan ini cukup bagimu sebagai permulaan dari sebuah hidayah. Cobalah dirimu untuk mengaplikasi­kannya. Jadi ada tiga bagian: melakukan amal ketaatan, meninggalkan maksiat, dan bergaul dengan sesama. Itu semua sudah mencakup hubungan antara seorang hamba dan Khalik serta makhluk-Nya. Jika engkau merasa hal itu sesuai dengan dirimu, kemudian engkau condong serta ingin melakukannya, berarti Allah telah memercikkan cahaya iman ke dalam hatimu dan telah melapangkan dadamu.

Sadarilah bahwa permulaan ini mempunyai akhir dan di baliknya ada berbagai rahasia, pengetahuan, dan hal-hal yang tersingkap. Semua itu telah kami jelaskan dalam Kitab Ihya’ Ulumiddin . Karena itu berusahalah untuk mempelajarinya. Namun, jika engkau merasa berat dalam melakukan berbagai pelajaran di atas, lalu mengingkarinya dan engkau berkata pada dirimu sendiri, “Apa gunanya ilmu tersebut dalam forum para ulama? Kapankah pengetahuan tersebut bisa membuatmu mengalahkan para rekan dan rival? Bagaimana ia bisa menaikkan kedudukanmu di pemerintahan? Bagaimana mungkin ia bisa menyebabkanmu memperoleh harta serta jabatan ahli wakaf dan hakim?” Maka sadarlah bahwa setan telah menjerumuskanmu dan telah membuat mu lupa terhadap tempat kembalimu. Maka itu carilah setan lain yang sejenis denganmu guna mengajarkan apa yang kau sangka bermanfaat dan bisa mengantarmu memperoleh keinginanmu. Kemudian, ketahuilah bahwa milikmu yang berada di tempatmu tidak betul-betul murni menjadi milikmu apalagi yang berada di desa.atau di negerimu. Selain itu, engkau juga tak kan mendapat kekayaan abadi dan nikmat yang kekal di sisi Tuhan.

Wassalamualaikum wa rahmatullah wa barakaatuhu . Segala puji bagi Allah, Yang Mahapertama, Yang Maha Terakhir, Yang Mahatampak dan Yang Maha Tersembunyi. Tak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung. Salawat dan salam atas Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabat beliau semua. [alkhoirot.org]
LihatTutupKomentar