Semangat Belajar

senantiasa bersemangat dalam mencapai perkembanagn keilmuan dirinya dan berusaha dengan bersungguh sungguh dalam setiap akitivitas ibadahnya, misalnya membaca, membacakan orang lain, muthalaa’h, mengingat-ingat pelajaran, memberi makna kitab, menghafalkan, dan berdiskusi dan tidak menyia-nyiakan umurnya dan waktunya sehingga tidak ada waktu yang terbuang kecuali dalam kerangka thalabul ilmi, kecuali hanya sekedar untuk keperluan ala kadarnya ( hajatul basyariyah ), seperti makan, minum, tidur,
Semangat Belajar
Nama buku: Terjemah kitab Adabul Alim wa Al-Muta'allim
Judul versi terjemah: 1. Pendidikan Akhlak untuk Pengajar dan Pelajar; 2. Pendidikan Karakter Khas Pesantren (Adabul Alim wal Mutaallim)
Nama kitab asal: Adabul Alim wal Muta'allim (آداب العالم والمتعلم)
Pengarang: Hadratusy Syekh Kyai Haji Hasyim Asy'ari
Nama Ibu: Nyai Halimah
Penerjemah: Ishom Hadziq (?)
Bidang studi: Akhlaq dan Tasawuf

Daftar Isi

Semangat Belajar

Delapan belas, senantiasa bersemangat dalam mencapai perkembanagn keilmuan dirinya dan berusaha dengan bersungguh sungguh dalam setiap akitivitas ibadahnya, misalnya membaca, membacakan orang lain, muthalaa’h, mengingat-ingat pelajaran, memberi makna kitab, menghafalkan, dan berdiskusi dan tidak menyia-nyiakan umurnya dan waktunya sehingga tidak ada waktu yang terbuang kecuali dalam kerangka thalabul ilmi, kecuali hanya sekedar untuk keperluan ala kadarnya ( hajatul basyariyah ), seperti makan, minum, tidur, istirahat karena bosan atau penat, melaksanakan kewajiban suami istri, menemui orang yang bersilatur rahim, mencari maisyah, kebutuhan hidup yang diperlukan oleh setiap manusia, sakit, dan sebagainya serta aktifitas-aktifitas diperbolehkan .

Sebagian ulama’ salaf , mereka tidak pernah meninggalkan untuk mempelejari, menelaah dan mengkaji kitab salaf hanya karena menderia penyakit yang tidak terlalu berat ( ringan ), bahkan mereka mengharapkan kesembuhan penyakitnya dengan belajar, dan selalu melakukan aktifitas ilmu selama memungkinkan. Rasulullah sendiri telah bersabda :

“ Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung dari niat, karena derajat sebuah ilmu merupakan warisan derajatnya para nabi “.

Keluruhan derajat sebuah ilmu tidak akan bisa diraih oleh pelajar kecuali dengan kesulitan dan masyaqqat.
Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan riwayat dari Yahya Bin Katsir, ia berkata ; bahwa ilmu tidaka bisa dikuasai hanya dengan santai dan ongkang-ongkang kaki.

Dalam hadits yang lain juga disebutkan bawa : surga itu selalu dikelilingi oleh hal-hal yang dibenci oleh hawa nafsu.

Dalam sebuah syi’ir dikatakan , bahwa :

Keluhuran ilmu tidak bisa engkau kehendaki dengan biaya yang murah
Namun hanya bisa memperoleh sengatan lebah

Imam Syafi’I r.a. berkata : bahwa kewajiban orang yang ahli ilmu , orang yang pandai, menguasai banyak ilmu penngetahuan adalah untuk menyampaikan ilmu yang ia miliki sekuat kemampuanya serta menujmbuh kembangkan ilmunya, sabar terhadap segala cobaan, rintangan dan sesuatu yang baru datang ketika dalam pencarian ilmu dan berproses untuk mencari jati dirinya, selalu di lambarai dengan niat yang ikhlas ketika ia menggapai sebuah ilmu , baik itu berupa nash ( al Quar’an dan Al Hadits ) atau dalam istimbath hukum, megambil dalil sebuah hukum berdasarkan syara’, selalu mencintai Allah SWT dalam rangka membantu orang yang mempunyai ilmu. Nabi Muhammad telah bersabda : terimalah segala sesuatu yang bisa memberikan nilai anfa’, manfaat kepada dirimu dan minta pertolonganlah kepada Allah SWT.

Sembilan belas, mengambil pelajaran dan hikmah apapun dri setiap orang tampa membeda-bedakan status , baik itu berupa jabatan, nasab, umur dan persoalan yang lainya. Bahkan ia harsu selalu menerima hikmah itu dimanapun ia berada, karena sesugguhnya hkimah itu adalah iabarat harta benda orang mukmin yang hilang yang diambilnya dimanapun ia menemukannya.
Sa’ad bin Jubair berkata, seorang lelaki selalu mendapat sebutan orang yang alim selama ia berusaha untuk belajar, namun apabila ia meninggalkan belajar dan menyangka bahwa ia adalah orang yang tidak memerlukan, tidak membutuhkan terhadap ilmu , maka sebenarnya ia adalah orang yang paling bodoh . Sebagian orang-orang arab membacakan sebuah syi’ir yang berbunyi :

Orang buta bukanlah orang selalu lama ketika bertanya
orang buta yang sempurna adalah
orang yang terlalu lama diam karena kebodohanya sendiri
adalah sekolompok orang dari ulama’ salaf , mereka mempelajari dan mengambil ilmu hikmah dan menggunakan kesempatan kepada para santrinya untuk mencari ilmu ilmu yang tidak mereka miliki, kemudian hal itu dibenarkan oleh golongan para sahabat dan para tabi’in.

Kemudian kabar tersebut telah sampai juga kepada baginda Rosulullah SAW dengan melalui Ubayy Bin Ka’ab r.a., kemudian nabi berkata : aku telah mendapat perintah dari Allah SWT untuk membacakan kepadamu sebuah surat, yaitu surat lam yaqunillazina kafarauu . Kemudian para ulama’ berkata bahwa; termasuk faidah dari ayat tersebut adalah orang yang mulia tidak boleh mencegah untuk menjadi santri, murid, dan mengambil ilmu dari orang yang lebih mulia.

Al Humady, berkata ; ia merupakan salah satu dari muridnya imam Syafi’I,. Ia mengatakan bahwa; aku menemani iman Syafi’I mulai dari kota Makkah sampai ke kota Mesir, aku selalu mengambil hikmah, yaitu aku menanyakan kepada beliau beberapa masalah , kemudia beliau ( syafi’I ) juga menanyakan masalah hadits kepada aku.
Ahmad bin Hanbal telah berkata ; Imam Syafi’I berkata kepada aku , kalian lebih alim, lebih mengetahui tentang ilmu hadits dari pada aku, oleh karena itu apabila ada sebuah hadits yang shahih tolong sampaikan pada aku , dan aku akan mengambilnya.

Dua puluh, membiasakan diri menyusun atau merangkum kitab, jika memang mempunyai keahlian dalam bidang itu, karena apabila hal itu dilakukan , maka akan membuat seorang guru selalu menelaah, mempelajari hakikat keilmuan baik yang tersurat atau yang tersirat dan pada akhirnya dapat memperdalam esensi keilmuan dan juga banyak manfaat yang diperolehnya.

Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Al Khatib aAl Bagfhdadi, bahwa membuat karya tulis, merangkum, meresume akan menguatkan hafalan seseorang, mencerdaskan akal fikiran, mempertajam daya nalar , mengembangkan argumentasi , mengahasilkan nama yang harum, nama yang baik, besar pahalanya sampai hari kiamat.
Yang paling utama adalah hendaknya menprioritaskan sesuatu yang manfaatnya lebih umum sehingga bisa untuk dinikmati oleh orang lain, disamping itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas..

Dalam membuat kerya tulis , hendaknya jangan terlalu memperpanjang pembahasan sehingga menimbulkan kebosanan terhadap orang yang membaca, tidak terlalu pendek sehingga subsatansinya tidak bisa dimengerti yang membaca, dan selalu menyerahkan , memberikan karya tulisnya yang layak, pantas untuk diberikan kepada orang lain. Jangan sampai memberikan karya tulis tersebut sebelum diteliti, di telaah, dan di tashih dengan baik.

Pada masa-masa sekarang ini ,di antara ummat manusia, pastilah ada orang yang tidak menghendaki, mengingkari terhadap karya tulis , walaupun karangan itu dihasilkan oleh orang-orang keilmuanya sudah tidak perlu diragukan lagi, dikenal dikalangan masyarakat banyak. Dalam kasus seperti ini tidak ada alasan yang dapat dibenarkan ,kecuali ia hanya membual pada masa seperti sekarangf ini. Namu apabila tidak ada satu alasan pun yang bisa dipakai sebagai pembenar, maka bagi orang yang menekuni karya tulis menulis , mempunyai profesi sebagai penulis , baik berupa tulisan sebuah sya’ir, cerita-cerita atau yang lainya, hendaknya ia tidak di tentang, terlebih lagi apabila yang ditulis adalah sebuah karya yang bisa di ambil manfaatnya, hikmahnya, seperti menulis ilmu yang berhubungan ilmu syara’ , dan media atau alat yang dipakai untuk mendalami syari’at agama .

Sedangkan orang-orang yang tidak mempunyai keahlian dalam sebuah ilmu pengetahuan, maka diharapkan untuk menigngkari dan menentangnya, karena didalamnya pasti mengandung unsur pembodohan, dan menipu orang yang membaca karya tulis tersebut, disamping itu ia menyia-nyiakan waktunya terhadap sesuatu yang tidak bisa menberikan kontribusi dan keyakinan yang baik pada dirinya , hal ini mestinya lebih layak dilakukan terhadap dirinya.

LihatTutupKomentar