Sifat Wajib, Mustahil Jaiz Para Nabi dan Rasul

Sifat Wajib, Mustahil dan Jaiz bagi Para Rasul Para Nabi dan Rasul harus bersifat Shidhiq (benar), Amanah (terpercaya), Tabligh (menyampaikan), dan Fathonah (cerdas) dan boleh memiliki atau melakukan kelakuan atau watak manusia biasa (al-a’radh al-basyariyyah), yang tidak mengakibatkan berkurangnya martabat kenabian dan kerasulan mereka yang luhur.
Sifat Wajib, Mustahil Jaiz Para Nabi dan Rasul
Sifat Wajib, Mustahil dan Jaiz bagi Para Nabi dan Rasul

Para Nabi dan Rasul harus bersifat Shidhiq (benar), Amanah (terpercaya), Tabligh (menyampaikan), dan Fathonah (cerdas) dan boleh memiliki atau melakukan kelakuan atau watak manusia biasa (al-a’radh al-basyariyyah), yang tidak mengakibatkan berkurangnya martabat kenabian dan kerasulan mereka yang luhur.

Nama kitab: Terjemah Aqidah Sanusiyah
Penulis: Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf Al-Sanusi Al-Hasani (wafat. 895 H)
Penerjemah: Adjaz AR
Bidang studi: Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) Asy'ariyah, ilmu kalam, ushuluddin.

Daftar Isi


SIFAT-SIFAT WAJIB PARA ROSUL

وأما الرسل عليهم الصلاة والسلام فيجب في حقهم الصدق والأمانة وتبليغ ما أمروا بتبليغه للخلق.

1. Shidhiq (benar)

: Sesuainya khobar (informasi) dari mereka dengan kenyataan (realitas) yang ada. Ada tiga macam bentuk sidhq-nya :

1. benar dalam da’wah kerosulan (risalah) yang dibawanya
2. benar dalam dalam hukum-hukum yang mereka sampaikan dari Alloh
3. benar dalam ucapan yang berhubungan erat dengan masalah keduniaan, misal mengatakan Zaid telah datang, aku telah makan, aku membelinya dari Umar dsb.
Yangdimaksud disini adalah nomor 1 dan 2, sedang nomor 3 masuk amanah.

2. Amanah (terpercaya)

: Tiadanya khianat mereka untuk melakukan perbuatan haram atau makruh
: Terjaganya jiwa-raga mereka dari perbuatan yang dilarang, baik haram maupun makruh.
: Sesuatu yang menancap dengan kuat (dimiliki) dalam hati yang mencegah pemiliknya melakukan hal-hal yang dilarang.
: Terjaga dari berbuat dosa (‘ishmah)

3. Tabligh (menyampaikan)

: Menyampaikan apa (wahyu) yang diperintahkan pada mereka untuk disampaikan pada makhluq (umatnya).

Ada tiga macam bentuk wahyu :

1. Apa yang wajib mereka sampaikan
2. Apa yang wajib mereka rahasiakan (simpan)
3. Apa yang mereka diberi pilihan antara disampaikan atau disimpan, terserah.

4. Fathonah (cerdas)

Para rosul pasti bersifat fathonah, yaitu cerdas dan waspada pikirannya, guna mendukung da’wah risalahnya.

Maksud wajib disini adalah tiada lepasnya sifat-sifat tersebut, meski dengan dalil syara’, karena wajibnya sfat amanah dan tabligh dengan dalil syara’ (naqliy), sedang wajibnya shidq dengan dalil akal (‘aqliy), walaupun mu’jizat yang sebagai tanda yang menunjukkan shidhq, itu berdasar adat kebiasaan (‘adiy).

SIFAT-SIFAT MUSTAHIL PARA ROSUL

ويستحيل في حقهم عليهم الصلاة والسلام أضداد هذه الصفات وهي الكذب والخيانة بفعل شىء مما نهوا عنه نهيَ تحريم أو كراهة، وكتمانُ شىء مما أمروا بتبليغه للخلق،


1. Kidzib (bohong)

: Tidak sesuainya informasi yang diberikan, dengan realitas yang ada.

2. Khianat

: Melakukan tindakan (termasuk ucapan) yang dilarang baik haram maupun makruh, meski pernah diriwayatkan nabi pernah buang air kecil sambil berdiri, basuhan wudhu berkali-kali pernah dua kali-dua kali, karena itu untuk tasyri’ (memberi pelajaran syara’) dan menerangkan kebolehannya, dan tasyri’ seperti itu adalah wajib bagi beliau.

3. Kitman (menyembunyikan)

: Merahasiakan (menyimpan) sesuatu yang diperintahkan untuk disampaikan, meskipun lupa. Karena mereka tidak boleh lupa terhadap hukum-hukum yang harus mereka sampaikan dari Alloh, walaupun dalam masalah lain mereka boleh lupa. Nabi sendiri pernah lupa untuk mengerjakan sholat, tetapi disebabkan kesibukan hatinya mengagungkan Alloh.

4. Al-Ghoflah (lalai) & ‘Adamul Fathonah (tidak cerdas)


ويجوز في حقهم عليهم الصلاة والسلام ما هو من الأعراض البشرية التي لا تؤدي إلى نقص في مراتبهم العلية كالمرض [المنفر] ونحوه.

SIFAT JAIZ PARA ROSUL

Para rosul boleh memiliki atau melakukan kelakuan atau watak manusia biasa (al-a’roodh al-basyariyyah), yang tidak mengakibatkan berkurangnya martabat mereka yang luhur, misal sakit, lelah, makan, minum, mengantuk, tidur, beristri dan sebagainya.

BUKTI-BUKTI SIFAT WAJIB DAN JAIZ PARA ROSUL

أما برهان وجوب صدقهم عليهم الصلاة والسلام فلأنهم لو لم يصدقوا للزم الكذب في خبره تعالى لتصديقه تعالى لهم بالمعجزة النازلة منزلة قوله تعالى: صدق عبدي في كل ما يبلّغ عني.

وأما برهان وجوب الأمانة لهم عليهم الصلاة والسلام فلأنهم لو خانوا بفعل محرم أو مكروه لانقلب المحرم أو المكروه طاعة في حقهم لأن الله تعالى أمرنا بالاقتداء بهم في أقوالهم وأفعالهم ولا يأمر الله تعالى بفعل محرم ولا مكروه، وهذا بعينه هو برهان وجوب الثالث.

وأما دليل جواز الأعراض البشرية عليهم فمشاهدة وقوعها بهم إما لتعظيم أجورهم، أو للتشريع، أو للتسلي عن الدنيا، أو للتنبيه لخسّة قدرها عند الله تعالى وعدمِ رضاه بها دارَ جزاء لأنبيائه وأوليائه باعتبار أحوالهم فيها.

1. Dalil Shidiq

Buktinya adalah, seandainya mereka tidak benar, maka pastilah berdusta (kidzb) akan khobar Alloh, padahal Alloh telah membenarkan mereka dengan penurunan mu’jizat, sesuai dengan ayat : Shodaqo ‘abdii fii kulli maa yab-lughu ‘annii.
Mu’jizat : sesuatu yang keluar dari adat kebiasaan, bersamaan dengan tantangan da’wah risalah, tiada tertandingi.

Syarat-syarat mu’jizat :

1. Merupakan perbuatan Alloh atau yang serupa (meninggalkan perbuatan), supaya menggambarkan keadaannya sebagai pembenar dari Alloh bagi orang yang diberinya. Contoh perbuatan : keluarnya air dari celah-celah jejari Nabi. Contoh meninggalkan perbuatan : tidak terbakarnya nabi Ibrohim oleh api.

2. Merupakan sesuatu yang keluar dari adat kebiasaan, karena melemahkan seseorang tak akan terwujud kecuali dengan hal itu.

3. Munculnya dari tangan orang yang menda’wahkan kenabian, supaya dimengerti bahwa mu’jizat itu membenarkannya.

4. Bersamaan dengan da’wah, baik secara hakikat maupun hukumnya, karena mu’jizat merupakan saksi, sehingga tidak boleh sebelum adanya da’wah itu.

5. Sesuai dengan da’wah (pengakuan), maka yang tidak sesuai, tidak dihitung membenarkan, seperti terbelahnya gunung ketika pengaku rosul mengucapkan : mu’jizatku adalah terbelahnya lautan

6. Tidak malah mendustakan pengakunya, seperti ucapannya : mu’jizatku adalah berbicaranya batu ini, lalu batu itu berbicara bahwa orang itu tukang mengada-ada dan pendusta.

7. Tidak bisa ditandingi, kecuali oleh nabi yang semisalnya.

8. Keluarbiasaan-nya itu tidak terjadi ketika waktu rusaknya aturan adat kebiasaan, sehingga apa yang terjadi ketika hari kiamat tidak termasuk mu’jizat. Ini merupakan syarat tambahan dari sebagian ulama’

Sesuatu yang luar biasa yang keluar dari adat yang tidak memenuhi syarat di atas, tidak bisa disebut mu’jizat, tetapi dinamakan sbb :

1. irhaash atau ta’siis : suatu tanda dasar bagi kerosulannya, bila terjadi sebelum masa kerosulannya. Misal sebelum jadi nabi, nabi kita selalu dibayang-bayangi oleh awan.

2. karomah : suatu tanda kemuliaan yang berupa hal luar biasa yang muncul dari tangan seorang yang jelas kebaikan dan keadilannya (wali), tapi tidak mengaku rosul atau nabi. Misal riwayat karomah Sunan Bonang yang bisa merubah buah aren menjadi emas.

3. ma’unah : suatu pertolongan dari sisi Alloh yang berupa hal luar biasa yang muncul dari tangan seorang yang tidak dikenal keadaannya, tidak menampakkan kebaikan tidak pula kefasikan. Misal si Munir, santri yang kelihatannya biasa-biasa saja, terjun dari lantai tingkat empat, dan jatuh di lantai halaman pondok dalam keadaan segar bugar.

4. istidrooj : suatu tanda penghinaan dari Alloh yang berupa hal yang luar biasa yang muncul dari tangan seorang yang fasik, dalam arti bahwa Alloh meningkatkannya dengan menampilkan hal itu di tangannya, lantas dia berlarut-larut dalam kefasikan, sehingga bila Alloh mengambilnya, maka dia tidak dilepaskan-Nya (mati suu-ul khootimah), na’uudzu billaah min dzaalik.

5. ihaanah atau khidzlan : suatu tanda pendustaan dan penghinaan dari Alloh yang berupa yang berupa hal yang luar biasa pada tangan seoorang pembohong. Misal riwayat Musailamah al-Kadzdzab, yang mengaku menjadi rosul di masa Nabi saw, pernah meludahi mata seorang laki-laki dengan maksud mengobatinya, namun mata itu malah menjadi buta.

6. sihir : suatu keluarbiasaan yang muncul dari seseorang, yang bisa dipelajari oleh orang lain dan bisa ditandingi.


2. Bukti Amanah dan Tabligh

Buktinya adalah, seandainya mereka berkhianat dengan melakukan keharaman dan kemakruhan, maka pastilah keharaman dan kemakruhan itu berbalik menjadi ketaatan (tho’ah) bagi mereka. Karena Alloh memerintah kita untuk mengikuti perkataan dan perbuatan mereka, sehingga Alloh tidak menyuruh mereka untuk melakukan keharaman maupun kemakruhan. Ini juga bisa dijadikan bukti sifat wajib tabligh.

3. Bukti Fathonah

Buktinya ialah seandainya mereka lalai dan tidak cerdas, niscaya mereka tidak mungkin dapat mengemukakakan hujjah (bantahan) terhadap lawan bicara mereka dan tidak mungkin mampu berdebat dengan mereka untuk menanamkan kebenaran pada mereka, sampai mereka merasa puas. Apabila para rosul tidak cerdas, maka jelas bertentangan dengan tugas yang diberikan oleh Alloh , yaitu menunjukkan kepada mahluq tentang kebenaran.

4. Bukti Sifat Jaiz

Bukti bahwa para rosul itu bersifat jaiz (boleh berperilaku seperti manusia biasa) ialah, disaksikannya realitas sifat-sifat itu pada diri mereka dan sifat-sifat itu tidak mencacatkan atau menjadikan manusia lari dari mereka, misal gila, ayan yang lama, kusta, sopak dan buta. Ada beberapa alasan mengapa mereka tetap boleh berperilaku seperti manusia biasa, diantaranya :

- untuk melipatgandakan dan mengagungkan pahala yang mereka raih, seperti sakit.

- untuk tasyri’ (memberi pelajaran hukum syari’at) agar umatnya tahu bahwa hal itu boleh dilakukan

- untuk menurunkan/mewariskan masalah dunia kepada orang lain (keturunannya), seperti beristri.

- sebagai peringatan betapa hina derajat dunia di sisi Alloh dan tidak ridhonya Alloh, dunia sebagai tempat balasan bagi para nabi dan wali-Nya, dengan melihat tingkah laku mereka atas masalah dunia.[alkhoirot.org]
LihatTutupKomentar