Cara Mengenal Allah

Siapa yang mengenal al-Hak (Allah), maka ia akan menyaksikan-Nya pada segala sesuatu (ciptaan-Nya). Dan siapa yang fana dengan Allah, maka ia akan hilang dari segala sesuatu. Dan siapa yang mencintai Allah, maka dia akan mengutamakan segala sesuatu selain-Nya.
Cara Mengenal Allah
Siapa yang mengenal al-Hak (Allah), maka ia akan menyaksikan-Nya pada segala sesuatu (ciptaan-Nya). Dan siapa yang fana dengan Allah, maka ia akan hilang dari segala sesuatu. Dan siapa yang mencintai Allah, maka dia akan mengutamakan segala sesuatu selain-Nya.

Nama kitab: Terjemah kitab Hikam
Judul kitab asal: متن الحكم العطائية
Penulis: Ibnu Athaillah Al-Iskandari (ﺍﺑﻦ ﻋﻄﺎﺀ ﺍﷲ ﺍﻟﺴﻜﻨﺪﺭﻱ)
Nama lengkap: Tajuddin Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim Ibnu Athaillah Al-Sikandari
Nama lengkap dalam bahasa Arab: تاج الدين أبو الفضل أحمد بن محمد بن عبد الكريم بن عبد الرحمن بن عبد الله بن أحمد بن عيسى بن الحسين بن عطاء الله الجذامي
Lahir: 1260 M / 658 H
Asal: Iskandariyah, Mesir
Wafat: di Kairo, Mesir, 1309 M / 709 Hijriah
Bidang studi: Tasawuf
Daftar Isi


Cara Mengenal Allah


مَنْ عَرَفَ الحَقَّ شَهِدَهُ في كُلِّ شَيْءٍ، وَمَنْ فَنِيَ بِهِ غابَ عَنْ كُلِّ شَيْءٍ. وَمَنْ أحَبَّهُ لَمْ يُؤْثِرْ عَلَيْهِ شَيئاً.

Siapa yang mengenal al-Hak (Allah), maka ia akan menyaksikan-Nya pada segala sesuatu (ciptaan-Nya). Dan siapa yang fana dengan Allah, maka ia akan hilang dari segala sesuatu. Dan siapa yang mencintai Allah, maka dia akan mengutamakan segala sesuatu selain-Nya.

إنَّما حَجَبَ الحَقَّ عَنْكَ شِدَّةُ قُرْبِهِ مِنْكَ.

Sesungguhnya terhijabnya Allah dari penglihatanmu adalah karena begitu dekatnya Dia denganmu

إنَّما احْتَجَبَ لِشِدَّة ظُهورِهِ، وَخَفِيَ عَنِ الأبْصارِ لِعِظَمِ نُورِهِ.

Karena terlalu nyatanya (cahaya) Allah, sampai-sampai kita merasa Dia terhijab (dari kita). Dan karena kuatnya cahaya Allah itulah, maka Dia pun tersembunyi dari penglihatan (zhahir)

لا يَكُنْ طَلَبُكَ تَسَبُّباً للعَطاءِ مِنْهُ، فَيَقِلَّ فَهْمُكَ عَنْهُ، وَليَكُنْ طَلَبُكَ لإظْهارِ العُبودِيَّةِ وَقِياماً بِحُقوقِ الرُبوبِيَّةِ.

Janganlah permohonanmu (kepada Allah) engkau jadikan sebab untuk memperoleh pemberian-Nya, karena pemahamanmu mengenai Dia menjadi berkurang. Tapi, jadikanlah permohananmu itu semata demi menunjukkan penghambaanmu dan memenuhi hak-hak Allah atasmu

كَيْفَ يَكونُ طَلَبُكَ الّلاحِقُ سَبَباً لِعَطائِهِ السّابِقِ؟!

Bagaimana mungkin permohonanmu yang datang belakangan menjadi sebab bagi pemberian Allah yang telah jauh hari diputuskan?

جَلَّ حُكْمُ الأزَلِ أَنْ يَنْضافَ إلى العِلَلِ.

Hukum azali itu terbebas dari bergantung kepada sebab akibat

عِنايتُهُ فيكَ لا لِشَيْءٍ مِنْكَ. وَأيْنَ كُنْتَ حينَ واجَهَتْكَ عِنايَتُهُ وَقابَلَتْكَ رِعايَتُهُ؟! لَمْ يَكُنْ في أزَلِهِ إخلاصُ أعْمالٍ وَلا وُجودُ أحْوالٍ. بَلْ لَمْ يَكُنْ هُناكَ إلّا مَحْضُ الإفْضالِ وَعَظيمُ النَّوالِ.

Perhatian Allah kepadamu bukanlah karena sesuatu yang timbul dari dirimu. Di manakah engkau ketika perhatian dan pemeliharaan-Nya menemuimu? Ketika kamu masih di alam azali, belum ada keikhlasan amal ataupun wujud spiritual. Bahkan, di sana belum ada apa-apa selain banyaknya karunia dan pemberian (Allah) semata

عَلِمَ أنَّ العِبادَ يَتَشَوَّفونَ إلى ظُهورِ سِرِّ العِنايةِ، فَقال: (يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ). وَعَلِمَ أَنَّهُ لَوْ خَلّاهُمْ وَذلِكَ لَتَركوا العَمَلَ اعْتِماداً عَلى الأَزَلِ. فَقال (إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْمُحْسِنِينَ(

Allah tahu bahwa para hamba mendambakan terlihatnya rahasia pertolongan-Nya, maka Allah berfirman, Dan allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya untuk diberi rahmat-Nya. Allah juga tahu, andaikan Dia membiarkan mereka begitu saja, maka mereka akan meninggalkan usaha karena bersandar pada hukum (keputusan) azali semata. Sehingga Allah berfirman, ‘sesungguhnya rahmat Allah begitu dekat dengan orang-orang yang berbuat baik (muhsinin)

إلى المَشيئَةِ يَسْتَنِدُ كُلُّ شَيْءٍ، لِأنَّ وُقوعَ ما لَمْ يَشَأ الحَقُّ مُحالٌ، وَلا تَسْتَنِدُ هِيَ إلى شَيْءٍ.

Segala sesuatau yang ada bersandar kepada kehendak Allah sementara kehendak Allah tidak bersandar kepada apa pun

رُبَّما دَلَّهُمُ الأَدَبُ عَلى تَرْكِ الطَّلَبِ اعْتِماداً عَلى قِسْمَتِهِ وَاشْتِغالاً بِذِكْرِهِ عَنْ مَسْألَتِهِ.

Adakalanya adab yang baik justru mendorong orang untuk tidak lagi meminta (kepada Allah), karena bersanda padar pembagian-Nya, serta akibat terlalu sibuk dalam zikir (mengingat) kepada-Nya, sehingga tidak sempat untuk memohon kepada-Nya

إنَّما يُذَكَّرُ مَنْ يَجوزُ عَلَيْهَ الإغْفالُ. وَإنَّما يُنَبَّهُ مَنْ يُمْكِنُ مِنْهُ الإهْمالُ.

Yang harus diingatkan adalah orang yang bisa saja lalai, dan yang harus ditegur adalah orang yang mungkin bisa teledor

وُرودُ الفاقاتِ أعْيادُ المُريدينَ.

Datangnya kesulitan merupakan hari raya bagi para murid

رُبَّما وَجَدْتَ مِنَ المَزيدِ في الفاقاتِ ما لَمْ تَجِدُهُ في الصَّومِ وَالصَّلاةِ.

Bisa jadi engkau memperoleh tambahan karunia dalam kesulitan yang menimpa, yaitu apa yang tidak engkau dapati di dalam puasa maupun shalat

الفاقاتُ بُسُطُ المَواهِبِ.

Bermacam kesulitan itu merupakan hamparan bagi pemberian (Allah)

إنْ أرَدْتَ وُرودَ المَواهِبِ عَلَيْكَ، صَحِّحِ الفَقْرَ وَالفاقَةَ لَدَيْكَ؛ (إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ(

Apabila engkau menghendaki datangnya pemberian Allah kepadamu, maka bersungguh-sungguhlah dalam merasakan kefakiran dan kesusahan yang engkau alami. Sesungguhnya yang berhak menerima pemberian-pemberian (sedekah) itu hanyalah mereka yang fakir

تَحَقَّقْ بأوْصافِكَ يُمِدّكَ بأوصافِهِ. تَحَقَّقْ بِذُلِّكَ يُمِدّكَ بِعِزِّهِ. تَحَقَّقْ بِعَجْزِكَ يُمِدّكَ بِقُدْرَتِهِ. تَحَقَّقْ بِضَعْفِكَ يُمِدّكَ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ.

Sadarilah akan sifat-sifat (kekurangan)mu, niscaya Allah akan membantumu dengan (kesempurnaan) sifat-sifat-Nya. Akuilah kehinaan dirimu di hadapan Allah, niscaya Allah akan membantumu dengan kemuliaan-Nya. Akuilah semua ketidakberdayaanmu, niscaya Allah akan membantumu dengan kekuasaan-Nya. Dan akuilah kelemahanmu, niscaya Allah akan membantumu dengan kekuatan-Nya

رُبَّما رُزِقَ الكَرامَةَ مَنْ لَمْ تَكْمُلْ لَهُ الاسْتِقامَةُ.

Bisa jadi seorang yang belum sempurna istiqomahnya sudah diberi karomah

مِنْ عَلاماتِ إقامَةِ الحَقِّ لَكَ في الشَّيْءِ إدامَتُهُ إيّاكَ فيهِ مَعَ حُصولِ النَتائِجِ

Di antara tanda bahwa Al-Hak (Allah) telah mengokohkan suatu kedudukan bagimu adalah apabila Dia menahanmu pada posisi itu dan engkau memetik berbagai hasil dari (kedudukan) tersebut

مَنْ عَبَّرَ مِنْ بِساطِ إحْسانِهِ أَصْمَتَتْهُ الإساءةُ، وَمَنْ عَبَّرَ مِنْ بِساطِ إحْسان اللهِ إلَيْهِ لَمْ يَصْمُتْ إذا أساءَ.

Siapa yang memberi nasihat karena merasa dirinya baik, maka dia akan terdiam oleh kesalahan yang ia lakukan. Sedang siapa yang memberi nasihat karena memandang (ucapannya) itu sebagai kebaikan dari Allah bagi dirinya, maka ia tidak akan terdiam meski melakukan kesalahan

تَسْبِقُ أنْوارُ الحُكَماءِ أقْوالَهُمْ، فَحَيْثُ صارَ التَّنْويرُ وَصَلَ التَّعْبيرُ.

Cahaya orang-orang bijak (ahli hikmah) mendahului perkataan mereka. Maka, di manapun cahaya itu terpancar di batin, sampailah apa yang mereka katakan

كُلُّ كَلامٍ يَبْرُزُ وَعَلَيْهِ كِسْوَةُ القَلْبِ الَّذي مِنْهُ بَرَزَ.

Setiap ucapan yang keluar pasti menunjukkan kondisi hati yang mengucapkannya

مَنْ أُذِنَ لهُ في التَّعْبيرِ فُهِمَتْ في مَسامِعِ الخَلْقِ عِبارَتُهُ، وَجُلِّيَتْ إلَيْهِمْ إشارَتُهُ.

Siapa yang telah diberi izin oleh Allah untuk menyampaikan ajaran, maka apa yang diucapkannya akan dapat dipahami oleh yang mendengarnya, dan isyarat-isyarat yang ia berikan akan terang diterima oleh mereka

رُبما بَرَزَتِ الحَقائِقُ مَكسوفَةَ الأنْوارَ إذا لَمْ يُؤْذَنْ لَكَ فيها بِالإظْهارِ.

Adakalanya cahaya wawasan (ilmu) hakikat itu memudar tatkala engkau belum diberi izin (oleh Allah) untuk mengungkapkannya

عِباراتُهُم إمّا لِفَيَضانِ وَجْدٍ، أوْ لِقَصْدِ هِدايَةِ مُريدٍ. فالأوَّلُ حالُ السّالِكينَ، والثّاني حالُ أرْبابِ المَكِنَةَ والمُحَقِّقينَ.

Apa yang disampaikan oleh mereka bisa jadi karena luapan perasaan yang melimpah di dalam hati, atau untuk memberi petunjuk pada seorang murid. Yang pertama adalah keadaan para salik (penempuh jalan), sedangkan yang kedua adalah keadaan pembimbing spiritual yang telah sangat matang dalam ilmu hakikat [alkhoirot.org]
LihatTutupKomentar