Terjemah Matan Al-Bajuri Tijan Darari

Terjemah Matan Kitab Tijan Darari / Tiijaan Al Daraari / Darori (Matan Al-Bajuri) Ad-Darari fit Tauhid) Penulis: Ibrahim Al-Bajuri (1189 - 1276 H)
Terjemah Matan Al-Bajuri Tijan Darari

Nama kitab: Terjemah Matan Kitab Tijan Darari / Tiijaan Al Daraari / Darori (Matan Al-Bajuriyah)
Judul asal: تيجان الدراري في التوحيد (Tijan Ad-Darari fit Tauhid)
Penulis: Ibrahim Al-Bajuri (1189 - 1276 H)
Penerjemah:
Bidang studi: Ilmu Tauhid Ahlussunnah Wal Jamaah (Asy'ariyah)

Daftar Isi
  1. Download (Unduh)
  2. Pengantar
  3. Wujud
  4. Qidam
  5. Baqa'
  6. Mukhalafah lil Hawadis
  7. Al-Qiyam bin Nafsi
  8. Al-Wahdaniyat
  9. Qudrat (Maha Berkuasa)
  10. Iradat (Maha Berkehendak)
  11. Ilm
  12. Hayat
  13. Sama' Bashar
  14. Kalam
  15. Qadiran
  16. Muridan
  17. Aliman
  18. Hayyan
  19. Sami'an Bashiran
  20. Mutakalliman
  21. Sifat Wajib bagi Rasul
  22. Shidiq (Jujur)
  23. Amanah (Dapat Dipercaya)
  24. Tabligh (Menyampaikan)
  25. Fatonah (Cerdas)
  26. Sifat Jaiz Rasul
  27. Penutup
  28. Nasab Rasulullah
  29. Kekhususan Nabi
  30. Era Terbaik 
  31. Terjemah kitab Aqidah Tauhid lainnya:
    1. Terjemah Aqidatul Awam
    2. Terjemah Hasyiyah Ad Dasuqi
    3. Terjemah Jawahirul Kalamiyah
    4. Terjemah Sullamut Taufiq
    5. Terjemah Tauhid Hasyiyah Al-Bajuri
    6. Terjemah Tauhid Sanusiyah (Ummul Barahin)
  32. Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) 

Download:
- Terjemah Kitab Matan Tijan Ad-Darari
- Syarah Tijan Ad-Darari oleh Syekh Nawawi Banten

PENGANTAR

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصًّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (وَبَعْدُ).

فَيَقُوْلُ فَقِيْرُ رَحْمَةِ رَبِّهِ الْخَبِيْـرُ الْبَصِيْـرُ اِبْرَاهِيْمُ اَلْبَاجُورِى ذُو التَّقْصِيْرِ طَلَبَ مِنِّى بَعْضُ الإِخْوَانِ أَصْلَحَ اللهُ لِى وَلَهُمْ الْحَالَ وَالشَّأنَ أَنْ أَكْتُبَ لَهُ رِسَالَةً تَشْـتَمِلُ عَلَى صِفَـاتِ الْمَوْلى وَاضْدَادِهَـا وَمَا يَجُوزُ فِى حَقِّهِ تَعَالى وَعَلَى مَا يَجِبُ فِى حَقِّ الرَّسُولِ وَمَا يَسْتَحِيْلُ فِى حَقِّهِمْ وَمَا يَجُوزُ فَأَجَبْـتُهُ اِلى ذلِكَ فَقُلْتُ وَبِاللهِ التَّوْفِيْقُ
Segala puji hanya milik Allah s.w.t. Tuhan semesta alam, sanjungan Shalawat serta Salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasūlullāh s.a.w., dan setelah itu (membaca basmalah, ḥamdalah, shalawat dan salām).

Berkatalah seseorang yang sangat memdambakan Rahmat Tuhannya Yang Maha Waspada serta Maha Melihat, yaitu Syaikh Ibrāhīm al-Bājūrī yang memiliki sifat lalai.

Beberapa dari saudara-saudaraku – semoga Allah memberi kebaikan kondisi dan urusan padaku dan pada mereka – telah memohon kepadaku agar aku menuliskan untuk mereka sebuah risalah yang memuat sifat-sifat wajib (sesuatu yang tidak dapat diterima akal ketidak adaannya) dan sifat kebalikannya (sesuatu yang tidak dapat diterima akal adanya), serta hal-hal yang boleh dalam ḥaqq Allah s.w.t., juga sifat yang wajib, yang mustaḥīl (sesuatu yang tidak bisa diterima akal adanya) serta yang boleh dalam ḥaqq para Rasūl.

Maka, akupun mengabulkan permohonan mereka – hanya kepada Allah aku memohon pertolongan – .

يَجِبُ عَلى كُلِّ مُكَلَّفٍ أَنْ يَعْرِفَ مَايَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالَى وَمَايَسْتَحِيْلُ وَمَا يَجُوْزُ

فَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى الْوُجُودُ وَضِدُّهُ الْعَدَمُ وَالدَّلِـيْلُ عَلَى ذلِكَ وُجُودُ الْمَخْلُوْقَاتِ وَيَجِبُ الْقِدَمُ وَمَعْـنَاهُ أَنَّـهُ لاَ أَوَّلَ لَهُ تَعَالى وَضِدُّهُ الْحُدُوْثُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ حَادِثًا لاَحْتَاجَ اِلَى مُحْدِثٍ وَهُوَ مُحَالٌ
Wajib atas setiap orang mukallaf (muslim yang baligh lagi berakal) mengetahui hal yang wājib dalam ḥaqq Allah s.w.t., yang mustaḥīl serta yang jā’iz (boleh).

WUJUD

Maka Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat Wujūd (ada).Kebalikannya adalah sifat ‘Adam (tidak ada). Dalil bahwa Allah s.w.t., itu ada adalah adanya makhluk (semua hal selain Allah).

QIDAM

Dan Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Qidam (terdahulu). Artinya, sesungguhnya Allah s.w.t. tiada permulaan bagi-Nya.
Kebalikannya adalah sifat al-Ḥudūts(baru).Dalil bahwasanya Allah s.w.t. bersifatan terdahulu adalah: seandainya Allah adalah sesuatu yang baru. Maka Allah s.w.t. butuh pada yang menciptakan. Dan hal itu tidak bisa diterima akal (mustaḥīl).


وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى أَلْبَقَاءُ وَمَعْـنَاهُ أَنَّـهُ تَعَالى لاَ آخِرَ لَهُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ فَانِيًا لَكَانَ حَادِثًا وَهُوَ مُحَالٌ

وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى اَلْمُخَالَفَةُ لِلْحَوَادِثِ وَمَعْـنَاهُ أَنَّـهُ تَعَالى لَيْسَ مُمَـاثِلاً لِلْحَوَادِثِ فَلَيْسَ لَهُ يَدٌ وَلاَ عَيْنٌ وَلاَ أُذُنٌ وَلاَ غَيْرُ ذَلِكَ مِنْ صِفَـاتِ الْحَوَادِثِ وَضِدُّهَا الْمُمَاثَلَةُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ مُمَاثِلاً لِلْحَوَادِثِ لَكَانَ حَادِثًا وَهُوَ مُحَالٌ

وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى اَلْقِيَامُ بِالنَّفْسِ وَمَعْـنَاهُ أَنَّـهُ تَعَالى لاَيَفْتَقِرُ اِلى مَحَلٍ وَلاَاِلى مَخَصِّصٍ وَضِدُّهُ اَلإِحْتِيَاجُ اِلى الْمَحَلِ وَالمَخَصِّصِ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ احْتَـاجَ اِلى مَحَلٍ لَكَانَ صِفَةً وَكَونُهُ صِفَة مُحَال وَ لَوْ احْتَـاجَ اِلى مَخَصِّصٍ لَكَانَ حَادِثًـا وَكَونُهُ حَادِثًـا مُحَالٌ

BAQA'

Dan Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Baqā’ (kekal). Artinya, sesungguhnya Allah s.w.t. tiada akhir baginya. Dan dalil atas sifat kekalnya Allah s.w.t. adalah: seandainya Allah adalah sesuatu yang rusak (fanā’), maka tentunya Allah adalah sesuatu yang baru. Dan hal itu tidak dapat diterima akal (mustaḥīl).

MUKHALAFAH LIL HAWADIS

Dan Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat Mukhālafatu lil-Ḥawādits (berbeda dengan makhluk). Artinya, sesungguhnya Allah s.w.t. tidak menyerupai kepada segala hal yang bersifat baru (makhluk). Maka, Allah tidak memiliki tangan, tidak memiliki mata, tidak memiliki telinga dan tidak pula memiliki yang lainnya dari sifat-sifat makhluk. Kebalikannya adala sifat al-Mumātsalah(menyerupai). Dalil bahwasanya Allah s.w.t. tidak menyerupai makhluk adalah: seandainya Allah memiliki keserupaan dengan makhluk, maka tentunya Allah adalah sesuatu yang baru. Dan hal itu tidak bisa diterima akal (mustaḥīl).

AL-QIYAM BIN NAFSI

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Qiyāmu bin-Nafsi (berdiri sendiri). Artinya, sesungguhnya Allah s.w.t. tidak membutuhkan tempat dan tidak butuh pada yang mewujudkan. Kebalikannya adalah sifat al-Iḥtiyāju ilal-Maḥalli wal-Mukhashshish (membutuhkan pada tempat dan pencipta). Dalil bahwasanya Allah s.w.t. bersifat berdiri sendiri adalah: seandainya Allah s.w.t. membutuhkan pada tempat, maka Allah adalah sebuah sifat sedangkan keadaan Allah sebuah sifat adalah hal yang tidak bisa diterima akal (mustaḥīl).

Dan seandainya Allah membutuhkan pada yang menciptakan, maka tentunya Allah adalah sesuatu yang baru. Dan keadaan Allah merupakan sesuatu yang baru adalah hal yang tidak bisa diterima akal (mustaḥīl).

WAHDANIYAT


وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى اَلْوَحْدَنِيَّـةُ فِى الذَّاتِ وَفِى الصِّفَاتِ وَفِى الأَفْعَالِ وَمَعْنَى الْوَحْدَانِيَـةِ فِى الذَّاتِ أَنَّهَا لَيْسَتْ مَرَكَّبَةً مِنْ أَجْزَاءٍ مُتَعَدِدَةٍ وَمَعْنَى الْوَحْدَانِيَـةِ فِى الصِّفَاتِ أَنَّـهُ لَيْسَ لَهُ صِفَتَانِ فَأَكْثَرَ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ كَقُدْرَتَيْنِ وَهَكَذَا وَلَيْسَ لِغَيْرِهِ صِفَةٌ تُشَابِهُ صِفَتَهُ تَعَالى وَمَعْنَى الْوَحْدَانِيَـةِ فِى الأَفْعَالِ أَنَّـهُ لَيْسَ لِغَيْرِهِ فِعْـلٌ مِنَ الأَفْعَالِ وَضِدُّهَا التَّعَدُّدُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ مُتَعَـدِّدًا لَمْ يُوجَـدْ شَيْءٌ مِنْ هَذِهِ الْمَخْلُوقَاتِ.

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Waḥdāniyyah (tunggal). Baik dalam Dzat-Nya, Sifat-Nya dan Perbuatan-Nya. Pengertian tungal dalam Dzat-Nya adalah, sesungguhnya dzatnya Allah tidak tersusun dari berbagai bagian yang banyak. Sedangkan pengertian tunggal dalam sifat-Nya adalah, sesungguhnya tidak ada bagi Allah dua sifat atau lebih dari satu jenis sifat, seperti adanya dua sifat Qudrah dan seterusnya. Dan tidak ada pada selain Allah satu sifat yang menyerupai terhadap sifatnya Allah s.w.t.
Arti tunggal dalam perbuatan-Nya adalah, sesungguhnya tidak ada bagi selain Allah suatu perbuatan dari perbuatan-perbuatannya (semua pekerjaan makhluk adalah atas kekuatan yang diberikan oleh Allah s.w.t.). Kebalikannya adalah sifat atTa‘addud (berbilang). Dalil bagi sifat Tunggalnya Allah s.w.t. adalah: seandainya Allah adalah sesuatu yang berbilang, maka tentunya tidak akan dapat dijumpai sesuatu pun dari Makhlūq(sesuatu selain Allah) ini.[alkhoirot.org]
LihatTutupKomentar