Terjemah Tauhid Hasyiyah Al-Bajuri

Terjemah Hasyiyah Al-Bajuriyah ilmu tauhid membahas sifat wajib Allah yaitu qudrat iradat ilmu hayat sama' dan bashar kalam dst
Terjemah Tauhid Hasyiyah Al-Bajuri
Nama kitab: Terjemah Hasyiyah Al-Bajuriyah Matan Kitab Tijan Darari / Tiijaan Al Daraari
Judul asal: تيجان الدراري في التوحيد (Tijan Ad-Darari fit Tauhid)
Penulis: Ibrahim Al-Bajuri (1189 - 1276 H)
Penerjemah:
Bidang studi: Ilmu Tauhid Ahlussunnah Wal Jamaah (Asy'ariyah)
Download:
- Terjemah Kitab Matan Tijan Ad-Darari
- Syarah Tijan Ad-Darari oleh Syekh Nawawi Banten

Daftar Isi

وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى اَلْقُدْرَةُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالى يُوجَدُ بِهَا وَيُعَدِّمُ وَضِدُّهَا الْعَجْزُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ عَاجِزًا لَمْ يُوجَـدْ شَيْءٌ مِنْ هَذِهِ الْمَخْلُوقَاتِ .

وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى اَلإِرَادَةُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالى يُخَصِّصُ بِهَـا الْمُمْكِنَ بِالْوُجُودِ أَوْ بِالْعَدَمِ أَوْ بِالْغَـنِيِّ أَوْ بِالْفَقْـرِ أَوْ بِالْعِـلْمِ أَوْ بِالْجَهْلِ اِلى غَيْرِ ذلِكَ وَضِدُّهَـا الْكَرَاهَةُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ كَارَهًا لَكَانَ عَاجِزًا وَ كَوْنُـهُ عَاجِزًا مُحَالٌ.

QUDRAT

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Qudrah (Maha Berkuasa). Sifat Qudrahadalah suatu sifat terdahulu yang menetap pada Dzatnya Allah s.w.t. yang dengan sifat tersebut Allah mewujudkan dan meniadakan sesuatu. Kebalikannya adalah sifat al-‘Ajz (lemah). Dalil bahwa Allah s.w.t. bersifat Maha Berkuasa adalah: seandainya Allah lemah, maka tentunya tidak akan dapat dijumpai sesuatu pun dari makhluq-Nya.

IRADAT

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Irādah (Maha Berkehendak). Sifat Irādah adalah suatu sifat terdahulu yang menetap pada Dzatnya Allah s.w.t. yang dengan sifat tersebut Allah menentukan hal yang mungkin menjadi wujud atau tidak wujud atau kaya atau miskin atau mengerti atau bodoh dan seterusnya. Kebalikannya adalah sifat al-Karāhah(terpaksa). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat Maha Berkehendak adalah: Seandainya Allah terpaksa, maka tentunya Allah bersifat lemah. Dan adanya Allah bersifat lemah adalah hal yang tidak bisa diterima akal (mustaḥīl).

وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى الْعِـلْمُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالى يَعْلَمُ بِهَـا الأَشْيَـاءَ وَضِدُّهَـا الْجَهْلُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ جَاهِلاً لَمْ يَكُنْ مُرِيْـدًا وَهُوَ مُحَالٌ.

وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى الْحَيـاةُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالى تَصُحِّحُ لَهُ أَنْ يَتَّصِفَ بِالْعِلْمِ وَغَيْرِهِ مِنَ الصِّفَـاتِ وَضِدُّهَـا الْمَوْتُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ مَيْـتًا لَمْ يَكُنْ قَادِرًا وَلاَ مُرِيْدًا وَلاَ عَالِمًـا وَهُوَ مُحَالٌ.

وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى السَّمِيْـعُ وَالْبَصِيْرُ وَهُمَا صِفَتَانِ قَدِيْمَتَانِ قَائِمَتَانِ بِذَاتِهِ تَعَالى يَنْكَشِفُ بِهِمَا الْمَوْجُودُ وَضِدُّهَمَا الصَّمَمُ والْعُمْيُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ قَوْلُهُ تَعَالى وَهُوَ السَّمِيْعُ وَالبَصِيْرُ.

وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى الْكَلاَمُ وَهُوَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالى وَلَيْسَتْ بِحَرْفٍ وَلاَ صَوْتٍ وَضِدُّهَـا الْبُكْمُ وَهُوَ الْخَرْسُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ قَوْلُهُ وَكَلَّمَ اللهُ مَوسى تَكْلِيْمًـا.

ILMU

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-‘Ilmu (Maha Mengetahui). Sifat al-‘ilmu adalah sifat terdahulu yang menetap pada Dzatnya Allah s.w.t. yang dengan sifat tersebut Allah mengetahui semua hal. Kebalikannya adalah sifat al-Jahl (bodoh). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat Maha Mengetahui adalah: seandainya Allah memiliki sifat bodoh, maka tentunya Allah tidak memiliki sifat Maha Berkehendak. Dan hal itu adalah hal yang tidak bisa diterima akal (mustaḥīl).

HAYAT

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Ḥayāh (Maha Hidup). Sifat al-Ḥayāhadalah sifat terdahulu yang menetap pada Dzatnya Allah s.w.t. yang dengan sifat tersebut dapat membenarkan bahwa Allah memiliki sifat ‘Ilmu dan sifat-sifat lainnya. Kebalikannya adalah sifat al-Maut (Mati). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat Maha Hidup adalah: Seandainya Allah mati, maka tentunya Allah tidak memiliki sifat Maha Berkuasa dan Maha Berkehendak, dan hal itu adalah hal yang tidak bisa diterima akal (mustaḥīl).

SAMA' DAN BASHAR

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat as-Sama‘ (Maha Mendengar) dan al-Bashar (Maha Melihat). Keduanya adalah sifat terdahulu yang menetap pada Dzatnya Allah s.w.t. yang dengan keduanya menjadi terbukalah hal yang wujud. Kebalikannya adalah sifat as-Shamam(Tuli) dan al-‘Amā (Buta). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat Maha Mendengar dan Maha Melihat adalah firman Allah s.w.t.:

(وَ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ)
Dialah Allah Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Melihat (asy-Syūrā, ayat 11).

KALAM

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Kalām (Maha Berfirman). Sifat Kalām adalah sifat terdahulu yang menetap pada Dzatnya Allah s.w.t. dan tidak berwujud huruf dan tidak berwujud suara. Kebalikannya adalah sifat al-Bukmu yaitu al-Kharas (Bisu). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat Maha Mengetahui adalah firman Allah s.w.t.:

(وَ كَلَّمَ اللهُ مُوْسَى تَكْلِيْمًا)
Dan Allah telah berfirman kepada Mūsā dengan Firman yang Nyata (An-Nisā’, ayat 164).


وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى كَوْنُـهُ قَادِرًا وَضِدُّهُ كَوْنُـهُ عَاجِزًا وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ دَلِيْلُ الْقُدْرَةِ.

وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى كَوْنُـهُ مُرِيْدًا وَضِدُّهُ كَوْنُهُ كَارِهًـا وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ دَلِيْلُ الإِرَادَةِ.

وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى كَوْنُـهُ عَالِمًـا وَضِدُّهُ كَوْنُهُ جَاهِلاً وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ دَلِيْلُ الْعِلْـمِ

. وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى كَوْنُـهُ حَيًّـا وَضِدُّهُ كَوْنُهُ مَيتًـا وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ دَلِيْلُ الْحَيَـاةِ.

وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى كَوْنُـهُ سَمِيْعًـا بَصِيْرًا وَضِدُّهُمَا كَوْنُهُ أَصَمُّ وَكَوْنُهُ أَعْمى وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ دَلِيْلُ السَّمْعِ وَ دَلِيْلُ الْبَصَرِ.

وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى كَوْنُـهُ مُتَكَلِّمًـا وَضِدُّهُ كَوْنُهُ أَبْكَمَ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ دَلِيْلُ الْكَلاَمِ.

QADIRAN

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat Kaunuhu Qādiran (adanya Allah Dzat yang Maha Kuasa). Kebalikannya adalah sifat Kaunuhu ‘Ājizan(adanya Allah Dzat yang lemah).Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat adanya Allah Dzat yang Maha Kuasa adalah sebagaimana dalilnya sifat al-Qudrah (Maha Berkuasa).

MURIDAN

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat Kaunuhu Murīdan (adanya Allah Dzat yang Maha Berkehendak). Kebalikannya adalah sifat Kaunuhu Kārihan (adanya Allah Dzat yang terpaksa).Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat adanya Allah Dzat yang Maha Berkehendak adalah dalil sifat al-Irādah(Maha Berkehendak).

ALIMAN

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat Kaunuhu ‘Āliman (adanya Allah Dzat yang Maha Mengetahui). Kebalikannya adalah sifat Kaunuhu Jāhilan (adanya Allah Dzat yang Bodoh). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat adanya Allah Dzat yang Maha Mengetahui adalah dalil sifat al-‘Ilmu (Maha Mengetahui).

HAYYAN

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat Kaunuhu Ḥayyan (adanya Allah Dzat yang Maha Hidup). Kebalikannya adalah sifat Kaunuhu Mayyitan (adanya Allah Dzat yang Mati). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat yang Maha Hidup adalah dalil sifat al-Ḥayyāh(Maha Hidup).

SAMI'AN DAN BASHIRAN

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat Kaunuhu Samī‘an (adanya Allah Dzat yang Maha Mendengar) dan Kaunuhu Bashīran(adanya Allah Dzat yang Maha Melihat). Kebalikannya adalah sifat Kaunuhu ‘Ashamma (adanya Allah Dzat yang Tuli) adan Kaunuhu A‘mā (adanya Allah Dzat yang Maha Buta). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat adanya Allah Dzat yang Maha Mendengar dan adanya Allah Dzat yang Maha Melihat adalah dalil sifat as-Sama‘ dan dalil sifat al-Bashar (Maha Mendengar dan Maha Melihat).

MUTAKALLIMAN

Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat Kaunuhu Mutakalliman (adanya Allah Dzat yang Maha Berfirman). Kebalikannya adalah sifat Kaunuhu Abkama (adanya Allah Dzat yang Bisu). Dalil bahwa Allah memiliki sifat adanya Allah s.w.t. Dzat yang Maha Berfirman adalah dalil sifat al-Kalām (Maha Berfirman).

SIFAT JAIZ BAGI ALLAH

وَالْجَـائِزُ فِى حَقِّهِ تَعَالى فِعْلُ كُلِّ مُمْكِنٍ أَوْتَرْكُهُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ وَجَبَ عَلَيْهَ سُبْحَانَ اللهُ وَتَعَالى فِعْلُ شَيْءٍ أَوْ تَرْكُهُ لَصَارَ الْجَائِزُ وَاجِبًـا أَوْ مُسْتَحِيْلاً وَهُوَ مُحِالٌ.
Boleh bagi ḥaqqnya Allah s.w.t. bersifat mengerjakan setiap perkara yang mungkin atau meninggalkannya. Dalil bahwa Allah s.w.t. bersifat mengerjakan setiap perkara yang mungkin atau meninggalkannya adalah seandainya Allah berkewajiban untuk mengerjakan sesuatu atau berkewajiban untuk meninggalkannya niscaya sifat Jā’iztersebut menjadi Wājib atau Mustaḥīl. Dan hal itu adalah hal yang tidak dapat diterima oleh akal (mustaḥīl).[www.alkhoirot.org]
LihatTutupKomentar