Tata cara Berak dan Kencing

Panduan dan tata cara kencing (buang air kecil) dan berak (buang air besar) berdasarkan Al Quran dan Sunnah dan ijtihad para ulama salaf mujthaid
Tata cara Berak dan Kencing
Panduan dan tata cara kencing (buang air kecil) dan berak (buang air besar) berdasarkan Al Quran dan Sunnah dan ijtihad para ulama salaf mujthaid

Nama kitab: Terjemah Al-Tahzhib (Tahdzib) Syarah Matan Taqrib
Nama lain: Terjemah At-Tahzhib Dalil Al-Quran dan Hadits dari Matan Taqrib
Judul kitab asal: Al-Tahdzib fi Adillati Matnil Ghayah wat Taqrib
Nama kitab asal: التذهيب في أدلة متن الغاية والتقريب
Penulis: Mustofa Daib Al-Bigha Al-Maidani Al-Dimasyqi Al-Syafi'i

Daftar Isi

TATA CARA HAJAT KECIL DAN BESAR YANG SUNNAH


ويجتنب استقبال القبلة واستدبارها في الصحراء (1) ويجتنب البول والغائط في الماء الراكد (2)، وتحت الشجرةِ المثمرة، وفي الطريق والظل (6 )، والثُّقب (4) ولا يتكلم على البول والغائط (5) ولا يستقبل الشمس والقمر ولا يستدبرهما (3).

Ketika berhajat besar atau kecil hendaknya menjauhkan diri dari menghadap ke arah qiblat atau membelakanginya bila berada di lapangan terbuka (1), dan hendaknya menjauhkan diri berhajat besar atau kecil di air yang menggenang (tidak mengalir) (2), di bawah pohon yang berbuah, di jalanan umum dan tempat berteduh (3), di lobang (4),jangan berbicara ketika dalam keadaan buang air kecil atau besar (5),dan jangan menghadap ke arah matahari dan bulan atau membelakanginya (6).

CATATAN


(1) روى البخاري (386) ومسلم (264): عن أبي أيّوبَ الأنصاري رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (إذَا أتَيْتُمُ الْغَائطَ فَلا تَسْتَقْبِلُوا الْقبْلَةَ وَلا تَسْتَدْبِرُوهَا، ولَكِنْ شَرِّقُوا أوْ غًرِّبُوا). وخص ذلك بَالصحراء وما في معناها من الأمكنة التي لا ساتر فيها، ودليل التخصيص: ما روى البخاري (148) ومسلم (266) وغيرهما: عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: ارْتَقَيْتُ فَوْقَ ظَهْرِ بيت حَفْصَةَ لبعضِ حاجتي، فرأيتُ النبيَّ صلى الله عليه وسلم يقضي حاجتَه مُسْتَدْبِر القِبْلة مُسْتَقْبِلَ الشّام.
فحمل الأول على المكان غيرَ المعد لقضاء الحاجة وما في معناه من الأماكن التي لا ساتر فيها، وحمل الثاني على المكان المعد وما في معناه، جمعاً بين الأدلة، ولا يخلو الأمر عن كراهة في غير المعد مع وجود الساتر.

(2) روى مسلم (281) وغيره: عن جابر رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم: أنه نهى أنْ يُبَالَ في الماء الراكِد. والتّغَوُّطُ
أقبح وأولى بالنهي، والنهي للكراهة، ونقل عن النووي أنه للتحريم.

(3) روى مسلم (269) وغيره: عن أيى هريرة رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (اتّقُوا اللَّعَانَيْنِ. قالوا وما اللعانانِ يا رسولَ الله؟ قال: (الذي يَتخلَّى في طَرِيقِ الناسِ أوْ في ظِلِّهِمْ). [اللعانين: الأمرين الجالبين للعْن].

(4) روى أبو داود (29) وغَيره: عن عبد الله بن سرجس رضي الله عنه قال: نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم أنْ يُبَالَ في الجُحْر.
وهو الثقب في الأرض.

(5) روى مسلم (370) وغيره: عن ابن عمر رضي الله عنه: أن رجلاً مرَّ ورسولُ الله صلى الله عليه وسلم يَبُولُ، فسلم عليه، فلم يَرُدَّ عليه.
وروى أبو داود (15) وغيره، عن أبي سعيد رضي الله عنه قال: سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول: (لا يخْرُجِ الرَّجُلان يَضْرِبَان الغَائطَ، كَاشِفَيْنِ عَنْ عَوْرَتِهِمَا يَتَحَدثَان، فَإنَ اللهَ عَز وَجَلَ يمْقُتُ عَلى ذَلِكَ). [يضربان: يأتيان. يمقت: يغضب].

(6) ذكر النووي في المجموع (1/ 103) أن الحديث المستأنس به في هذا ضعيف، بل هو باطل، وأن الصحيح المشهور أنه يكره الاستقبال دون الاستدبار. قال الخطيب في الإقناع (1/ 46): وهذا هو المعتمد.

فائدة: يستحب لقاضي الحاجة أن يقول الأذكار والأدعية، التي ثبتت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قبل دخول الخلاء وبعد الخروج منه:
فيقول قبل الدخول: (بِاسْمِ اللهِ، اللهُم إنّي أعُوذُ بِكَ مِنَ الخُبُثِ وَالخَبائثِ).
[الخبث: َ جمع خبيث، والخبائث: جمع خبيثة، والمراد ذكور الشياطين وإناثهم].
البخاري (142) ومسلم (375) والترمذي (606).
وبعد الخروج يقول: (غفْرَانَكَ، الحمدُ لله الّذي أذْهَبَ عَنّي الأذَى وَعَافَاني، الحمد لله الّذِي أذَاقَنيَ لَذتًهُ وَأبْقَى فيَّ قُوَّتَهُ وَدَفَعَ عَنَّي أذَاهُ).
أبو داود (30) والترمذي (7) وابن ماجه (301) والطبراني.

(1) Hadits diriwayatkan oleh al Bukhary (386) dan Muslim (264) dari Abi Ayyub al Anshory ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Apabila kamu berhajat besar, maka janganlah menghadap ke arah qiblat dan jangan pula membelakanginya. Tetapi hendaklah menghadap ke arah timur atau ke arah barat (dalam kontek beliau di Madinah). Hal itu dikhususkan apabila berhajat di tanah lapang atau tempat yang sejenis itu yang tanpa ada tabir yang menghalangi dari pandangan orang lain. Sedangkan dalil yang khusus adalah hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (148), Muslim (266) dan lainnya dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Saya sedang naik ke atas atap rumah Hafshoh karena saya ada satu keperluan, saya melihat Nabi saw. berhajat membelakangi qiblat dan menghadap ke arah negeri Syam. Hadits yang pertama dimaksudkan ditempat yang bukan disediakan untuk berhajat atau yang sejenisnya yang tidak ada tabirnya, sedangkan hadits kedua menunjukkan bahwa berhajat ditempat yang semestinya atau yang sejenisnya, mempertemukan antara dua hadits di atas, dan hal itu dapat ditarik kesimpulan bahwa hukumnya makruh berhajat yang bukan pada tempatnya sekalipun bertabir.

(2) Hadits diriwayatkan oleh Muslim (281) dan lainnya dari Jabir ra. dari Nabi saw.: “Bahwasanya beliau melarang orang kencing di air yang tidak mengalir, sedangkan buang air besar lebih jelek, maka lebih tepat bila dilarang. Larangan di sini berarti makruh, dan dinukil dari an Nawawie, bahwa hal itu hukumnya haram (perhatikan syarah Muslim III/187).

(3) Hadits diriwayatkan oleh Muslim (269) dan lainnya dari Abi Hurairoh ra., bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Takutlah kalian terhadap dua perbuatan yang menimbulkan laknat, mereka bertanya: Apakah dua perbuatan yang menimbulkan laknat wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Yaitu orang yang buang air (berhajat) di jalanan umum dan di tempat orang berteduh”.

(4) Hadits diriwayatkan Abu Dawud (29) dan lainnya, dari Abdullah bin Sarjis ra. ia berkata: “Rasulullah saw. melarang kencing di sebuah lobang, yakni lobang di tanah”.

(5) Hadits riwayat Muslim (370) dan lainnya, dari Ibnu Umar ra.: Bahwa ada seorang berjalan melewati Rasulullah yang saat itu sedang buang air kecil, maka orang tersebut mengucapkan salam kepada beliau, beliau tidak menjawab salamnya” Dan hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud (15) dan lainnya, dari Abu Said ra. ia berkata: Saya mendengar Nabi saw. bersabda: “Janganlah dua orang keluar untuk sama-sama buang air besar, di satu tempat dalam keadaan terbuka auratnya dan bercakap-cakap, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan murka karena perbuatan seperti itu”.

(6) An Nawawy menjelaskan dalam kitab al Majmuk (I/103) bahwa hadits yang menjelaskan larangan membelakangi matahari dan bulan adalah dloif, bahkan batal, bahwa yang benar dan terkenal adalah dimakruhkan menghadap tidak dimakruhkan membelakanginya. Al Khothib dalam kitab al Iqnak (I/46) menyatakan: Ini yang paling kuat. Anjuran: Disunnatkan bagi orang yang berhajat besar atau kecil untuk membaca do’a yang berasal dari Nabi saw. sebelum dan sesudah masuk ke kamar kecil. Sebelum masuk: باسم الله, اللهم إنى أعوذ بك من الخبث والخبائث (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kotornya/godaan syaitan) diriwayatkan oleh al Bukhar (142), Muslim (375) dan at Tirmidzy (606). Dan setelah keluar dari kamar kecil: غفرانك, الحمد لله الذى أذهب عنى الأذى وعافنى, الحمد لله الذى أذاقنى لذته وأبقى فى قوته ودفع عنى أذاه (Dengan ampunan-Mu, segala puji bagi Allah yang telah menjauhkan dariku penyakit dan telah menyehatkanku. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepadaku kelezatan (lega) dan mengekalkanku dalam kekuatan-Nya, dan yang telah menjauhkan dariku segala penyakit), diriwayatkan oleh Abu Dawud (30), at Tirmidzy (7) Ibnu Majah (301) dan at Thobarony.[]
LihatTutupKomentar