Bab I Ilmu dan Makrifat

Bab I Ilmu dan Makrifat Tentang tahapan ini kami akan mengawalinya dengan seruan: Wahai orang-orang yang ingin terbebas dari bahaya dan beribadah, sem

 

Bab I Ilmu dan Makrifat

 Nama kitab:  Terjemah Kitab Minhajul ‘Abidin
Judul kitab asal: Minhaj Al-Abidin ila Jannati Rabbil Alamin  (منهاج العابدين إلى جنة رب العالمين)
Pengarang: Al-Ghazali
Nama lengkap: Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali (Abū Ḥāmid Muḥammad ibn Muḥammad aṭ-Ṭūsiyy al-Ġazzālīy)
Nama yang dikenal di Arab: أَبْو حَامِدْ مُحَمّد الغَزّالِي الطُوسِيْ النَيْسَابُوْرِيْ الصُوْفِيْ الشَافْعِي الأشْعَرِيْ
Kelahiran: 1058 M/450 H, Tous, Iran
Meninggal: December 19, 1111 M/ 505 H, Tous, Iran
Penerjemah: K.H.R. Abdullah bin Nuh
Bidang studi: Ilmu Tasawuf, Sufisme, Akhlaq

Tahapan Pertama ILMU DAN MAKRIFAT

Tentang tahapan ini kami akan mengawalinya dengan seruan: Wahai orang-orang yang ingin terbebas dari bahaya dan beribadah, semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kamu sekalian, pertama kali yang harus Anda lakukan adalah menuntut ilmu, karena sesungguhnya ilmu adalah pangkal dari segala perbuatan.

 

Anda juga harus tahu bahwa ilmu dan ibadah merupakan dua mata rantai yang tak bisa terpisahkan. Sebab segala sesuatu yang kita lihat, kita dengar, dan kita pelajari pada dasarnya diciptakan untuk kedua hal tersebut. Untuk dua hal itu pula Al-Kitab diturunkan. Begitu juga dengan para rasul dan nabi. Mereka diturunkan untuk keduanya. Bahkan Allah menciptakan langit, . bumi dan segala isinya hanya untuk ilmu dan ibadah.

Renungkanlah dua ayat Al-Qur’an di bawah ini!

  1. Firman Allah:

Artinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit, dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya Allah, Ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (Q.S. Ath-Thalaag: 12)

Ayat ini cukup menjadi bukti bahwa ilmu adalah sesuatu yang teramat mulia, terlebih ilmu tauhid.

  1. Firman Allah:

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.” (Q.S. Adz-Dzaariyaat: 56)

Ayat ini menunjukkan kemuliaan ibadah serta kewajiban untuk senantiasa menjalankannya. Betapa besar arti ilmu dan ibadah yang menjadi tujuan utama penciptaan dunia dan akhirat ini. Maka sudah sepantasnya bila kita mencurahkan segala yang kita miliki untuk mengejar ilmu pengetahuan dan menjalankan ibadah. Ketahuilah bahwa selain keduanya sama sekali tidak memiliki kebaikan dan tidak ada yang dapat diperoleh darinya.

Bila Anda sekalian telah mengetahui bahwa keduanya bagaikan dua mutiara indah, maka ketahuilah bahwa di antara keduanya ilmulah yang lebih utama. Itu sebabnya Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya: “Kelebihan orang yang berilmu atas orang yang beribadah seperti kelebihanku atas orang terendah di antara umatku.”

Beliau juga bersabda:

Artinya: “Memandang wajah orang alim satu kali lebih baik daripada beribadah selama satu tahun dengan puasa di siang hari dan salat di malam harinya.”

Dalam hadis lain diceritakan:

Artinya: “Maukah kutunjukkan siapa orang yang paling mulia di dalam surga?” Para sahabat menjawab: “Tentu kami ingin mengetahuinya, ya Rasulullah!” Rasulullah meneruskan: “Mereka adalah para ulama dari golongan umatku”

Dengan demikian, jelas sudah bahwa ilmu merupakan permata yang lebih mulia daripada ibadah. Meski begitu, kita tidak boleh melupakan ibadah, di samping harus memiliki ilmu. Sebab ibarat pohon ibadah merupakan buah ilmu. Bukankah yang terbaik dari pohon adalah batangnya dan yang diambil manfaatnya adalah buah?

Jika kita tidak beribadah dengan ilmu kita, maka ilmu itu pun akan musnah bagai debu yang tertiup angin. Karena itulah seorang hamba harus memiliki keduanya sesuai dengan porsi masing-masing.

Sehubungan dengan hal itu Hasan Al-Bashri berkata:

Artinya: “Tuntutlah ilmu dengan tanpa mengesampingkan ibadah dan beribadahlah dengan tanpa melepaskan Ilmu.”

Jadijelas, bahwa ilmu dan ibadah keduanya ditekankan harus dimiliki seorang hamba, hanya saja ilmu merupakan yang lebih utama. Sebab ilmu adalah prinsip dasar dan petunjuk beribadah.

Dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya: “Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikutnya.” Karena ilmu merupakan pemimpin yang menjadi panutan, maka ilmu harus didahulukan. Ini harus dilakukan karena adanya dua hal:

Pertama, agar dapat selamat dan berhasil dalam ibadah, Anda harus mengetahui siapa yang disembah, baru Anda bisa menyembahnya. Bagaimana mungkin Anda menyembah Dzat yang belum Anda ketahui asma, sifat-sifat wajib dan sifat mustahilnya? Sebab kadang-kadang seseorang meyakini sesuatu yang tidak layak bagi-Nya. Dengan begitu ibadah Anda bagaikan debu yang berhamburan sia-sia.

Kami telah menjelaskan hal penting tersebut dalam keterangan mengenai suul-khaatimah dalam bab khauf kitab “Ihya Ulumiddin”.

Selanjutnya Anda harus mengetahui apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya ditinggalkan. Jika tidak, bagaimana mungkin Anda menjalankan ibadah tanpa mengetahui apa dan bagaimana ibadah tersebut? Apakah hal itu harus dikerjakan ataukah harus ditinggalkan? Manakah maksiat yang harus ditinggalkan? Sedangkan kewajiban syariat seperti bersuci, salat, puasa dan ibadah lain memiliki syarat-syarat tersendiri yang harus diketahui sehingga ia bisa mengerjakannya dengan baik.

Kadang-kadang Anda menjalankan ibadah selama bertahuntahun dengan cara bersuci dan salat yang tidak benar, misalnya, Anda tidak merasa bahwa hal tersebut tidak benar dan melenceng dari sunnah.

Terkadang Anda mendapati suatu kejanggalan dan tidak menemukan orang yang dapat dimintai pendapatnya.

Harus pula diketahui bahwasanya pokok (inti) ibadah adalah gerak hati berupa tawakal, berserah diri, rida, sabar, tobat, ikhlas dan gerak hati lain yang insya Allah akan kami terangkan dalam keterangan selanjutnya. Juga kebalikan gerak hati tersebut yang harus dijauhi, seperti benci terhadap takdir Allah, berandai-andai, riya dan sombong. Sebab gerak hati di atas termasuk perintah dan larangan Allah Swt. dalam kitab-Nya yang mulia dan apa yang disampaikan oleh rasul-Nya.

Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Dan bertawakallah kalian hanya kepada Allah, jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (Q.S. Al-Maaidah: 23)

Firman Allah:

Artinya: “Bersyukurlah kepada Allah, jika kalian benar-benar orang yang hanya menyembah kepada-Nya.” (Q.S. al-Baqarah: 172)

Firman Allah:

Artinya: “Bersabarlah. Dan ketahuilah bahwa kesabaranmu itu karena pertolongan Allah semata.” (Q.S. An-Nahl!: 127) Firman Allah:

Artinya: “Dan beribadahlah dengan penuh ketekunan.” (Q.S. AlMuzammil: 8)

Ketekunan dalam ayat itu artinya dengan betul-betul ikhlas.

Dan ayat-ayat lain yang menerangkan ibadah seperti halnya salat dan puasa.

Kenapa Anda melakukan salat atau puasa dan meninggalkan kewajiban tawakal, sabar, dan sebagainya ini? Padahal keduanya sama-sama perintah dari Tuhan yang satu dan ada dalam satu kitab. bahkan Anda melupakannya sehingga sama sekali tidak mengetahui gerak hati karena fatwa ulama yang mencintai dunia. Teramat besar kecintaannya terhadap dunia hingga perkara jelek dianggap baik dan yang baik dianggap jelek. Juga karena mengikuti orang yang meninggalkan cahaya, hikmah dan petunjuk Allah dalam kitab-Nya serta mencari ilmu yang digunakan untuk memperoleh harta haram dan memburu sesuatu yang tak berguna.

Wahai orang yang mencari petunjuk! Apakah kamu tidak merasa takut menyia-nyiakan sebagian kewajiban atau bahkan sebagian besarnya, sibuk melaksanakan salat serta puasa sunat dan akhirnya tidak mendapatkan sesuatupun?

Boleh jadi Anda terus menerus menjalankan maksiat yang menjerumuskan Anda ke dalam neraka dan meninggalkan perkara mubah seperti makan dan minum yang dapat Anda pergunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. lalu Anda tidak memperoleh apa-apa darinya.

Lebih buruk lagi bila Anda terbuai angan-angan dan selalu berandai-andai dalam beribadah. Padahal yang semacam itu termasuk maksiat yang murni. Anda mengira bahwa hal tersebut merupakan niat baik karena tidak bisa membedakan perbedaan tipis antara keduanya, serta di lain keadaan dua hal tersebut bisa menyatu.

Begitu pula di saat Anda membenci dan mengeluhkan ketentuan Allah. Lalu Anda menganggapnya sebagai perendahan diri kepada-Nya, padahal itulah kesombongan yang sebenarnya. Anda menganggap hal tersebut sebagai pujian kepada Allah atau ajakan berbuat baik terhadap manusia. Inilah kemaksiatan yang diangap sebagai ketaatan dan mengharap pahala dari amal yang mendatangkan siksaan. Anda pun tertipu dan terbuai anganangan buruk. Sungguh ini adalah musibah yang teramat jelek bagi orang yang beramal tanpa ilmu.

Di balik itu semua, sesungguhnya ada hubungan erat antara amal lahir dan batin. Amal batin dapat memperindah dan merusak amal lahir, di antaranya ikhlas, riya, sombong (bangga dengan dirinya sendiri), mengingat karunia Allah dan lain sebagainya.

Barangsiapa tidak mengenal amal-amal batin, pengaruhnya dalam ibadah lahir dan cara mencegah dan menjaga amal lahir darinya, maka kecil kemungkinan ia dapat menyelamatkan amal lahirnya. Ia kehilangan amal lahir dan batin. Dan yang diperolehnya hanyalah kepedihan. Ini merupakan kerugian yang nyata. Karena itu pula Rasulullah Saw. mendefinisikan ilmu dengan sabdanya berikut ini:

Artinya: “Sesungguhnya tidur dengan dasar ilmu lebih baik daripada salat yang didasari kebodohan.”

Karena orang yang beramal tanpa ilmu kebanyakan merusak amal daripada memperbaikinya.

Beliau juga bersabda tentang ilmu:

Artinya: “Sesungguhnya ilmu itu diilhamkan kepada orang-orang yang beruntung dan dihalangi dari orang-orang yang celaka.”

Maksudnya, wallahu a’lamu bimuraadih, adalah: Orang yang tidak mau belajar kemudian celaka, ia besusah payah melakukan ibadah dengan cara yang salah dan yang diperolehnya tak lain hanya kesulitan. Semoga Allah menjauhkan kita semua dari ilmu dan amal yang tidak berguna.

Karena itu, sungguh besar jasa para ulama yang zuhud dan beramal dengan ilmunya, semoga Allah meridai mereka. Karena inti penghambaan, ibadah dan pelayanan kepada Penguasa alam semesta adalah ilmu.

Begitulah pandangan orang yang memiliki pandangan mata hati dan mendapat pertolongan dari Allah.

Dengan demikian, Anda menjadi tahu bahwa ketaatan seorang hamba tidak akan dihasilkan dengan selamat tanpa adanya ilmu. Karena itulah ilmu harus didahulukan dari ibadah lain.

Kedua, penyebab yang mengharuskan pendahuluan ilmu dari ibadah adalah karena ilmu yang bermanfaat akan menghasilkan buah berupa rasa takut kepada Allah.

Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hambahamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu.” (Q.S. Faathir: 28)

Yang dimaksud di sini adalah orang yang tidak mengenal Allah dengan benar tentu tidak akan benar-benar takut kepadaNya. Ia tidak dapat mengagungkan Allah sebagaimana mestinya. Dengan ilmu ia dapat benar-benar mengenal, mengagungkan dan takut kepada-Nya. Maka ilmunya menghasilkan ketaatan dan menjauhkannya dari perbuatan maksiat dengan pertolongan Allah.

Selain dua hal tersebut diatas (ketaatan dan jauh dari maksiat) tidak ada lagi keinginan lain dalam beribadah. Karena itu, hendaklah kalian senantiasa menuntut ilmu. Semoga Allah memberikan petunjuk-Nya kepadamu.

Wahai orang-orang yang meniti jalan menuju akhirat! Saat hendak memulai beribadah, semoga Allah meberikan taufik dengan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua.

Barangkali Anda akan berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya: “Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim.”

Lalu ilmu apa yang harus dipelajari dan sampai di mana batas wajib mempelajari ilmu tentang ibadah?

Ketahuilah bahwasanya ilimu harus dipelajari secara global ada tiga macam: Ilmu tauhid, ilmu sirri, yaitu ilmu yang berhubungan dengan gerak hati, dan ilmu syariat. Adapun batas wajib menuntut masing-masing dari ketiganya adalah sebagai berikut:

  1. Dalam ilmu tauhid: Sekedar mengetahui pokok-pokok agama bahwa Anda memiliki Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Menghendaki, Maha Hidup, Berfirman, Mendengar, Melihat, Esa, tidak bersekutu, bersifat sempurna, bebas dari segala kekurangan, tidak bersifat baru, berdiri sendiri dengan sifat gidam-Nya, jauh dari yang baru, dan Muhammad Saw. adalah hamba serta utusan-Nya, yang benar dalam segala perintah dan keterangannya tentang akhirat. Dan kemudian perbuatanperbuiatan sunnah yang harus Anda ketahui.

Hati-hati! Jangan sampai Anda mengada-ada (membuat bid ah) dalam agama Allah Swt. dengan sesuatu yang tidak ada nash (dalil) Al-Qur’an dan hadisnya sehingga Anda berada pada posisi yang mengkhawatirkan di hadapan Allah.

Semua dalil ilmu tauhid yang inti sudah disebutkan dalam Al-Qur’an. Kemudian hal itu dijelaskan oleh guru-guru kami, semoga Allah meridai mereka, di dalam kitab-kitab yang telah mereka buat tentang pokok-pokok agama.

Secara umum dapat dikatakan bahwa semua yang menjadikan Anda tidak merasa aman dari kerusakan bila tidak mengetahuinya, maka mencarinya adalah wajib, dan tidak boleh ditinggalkan.

Inilah keterangan yang sebenarnya. Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua.

  1. Dalam ilmu sirri: Anda harus mengetahui apa yang wajib dikerjakan dan ditinggalkan, sehingga Anda bisa benar-benar mengagungkan Allah, ikhlas dalam beramal, serta niat yang suci. Insya Allah kesemyanya akan kami terangkan dalam kitab ini.
  1. dalam ilmu syariat: Anda harus mengetahui semua kewajiban yang harus Anda kerjakan serta syarat-rukunnya seperti salat, bersuci dan puasa. Sedangkan haji, zakat dan jihad (berjuang) di jalan Allah menjadi wajib mempelajarinya jika Anda berkewajiban melaksanakannya. Bila tidak, maka Andapun tidak wjib mempelajarinya.

Inilah batasan ilmu yanmg wajib dipelajari oleh para hamba dan juga merupakan fardu ‘ain yang mau tidak mau harus Anda kerjakan.

Jika Anda bertanya: “Apakah aku berkewajiban mempelajari ilmu tauhid yang dapat kugunakan sebagai sanggahan terhadap alasan orang-orang kafir serta agar mereka menerima hujjah agama Islam. Atau kujadikan sebagai penyanggah alasan para pembuat bid ah serta agar mereka menerima hujjah sunnah?”

Ketahuilah bahwa hal itu adalah fardu kifayah. Yang fardu ‘ain bagi Anda hanyalah mengetahui ilmu yang menguatkan keyakinan terhadap pokok-pokok agama, bukan yang lain. Begitu pula terhadap cabang-cabang ilmu tauhid dengan segala permasalahannya.

Begitulah seharusnya. Tapi jika Anda tidak merasa yakin terhadap suatu pokok agama yang dikhawatirkan dapat merusak keyakinan, maka Anda pun berkewajiban mencari pemecahan masalah tersebut dengan pembicaraan yang memuaskan. Tapi hati-hati! Jangan berdebat dengan cara yang tidak benar, karena itu adalah penyakit yang tidak ada obatnya. Waspadalah darinya. Karena orang yang terjangkit penyakit ini tidak akan selamat kecuali mendapat rahmat dan belas kasih dari Allah Swt.

Ketahuilah! Jika di setiap daerah sudah ada penyeru dari gorang-orang Ahlissunnah yang menjelaskan masalah keyakinan yang masih dianggap kabur, menangkal para pembuat bid’ah, dapat mengolah ilmu kalam dan membersihkan hati para pemilik kebenaran dari gangguan para pembuat bid ah, maka kewajiban menuntut ilmu itu telah gugur bagi orang lain. Begitu juga dengan Anda.

Anda tidak wajib menuntut ilmu sirri dan segala keajaiban hati selain apa yang dapat merusak ibadah sehingga Anda bisa menghindarinya, dan kewajiban yang harus Anda lakukan seperti ikhlas, memuji, bersyukur, tawakal, serta kewajiban lain sehingga Anda bisa menjalaninya.

Adapun selain yang disebut di atas Anda tidak wajib mempelajarinya. Begitu pula dengan ilmu-ilmu fikih seperti jualbeli, sewa-menyewa, perkawinan, perceraian dan hukum pidana. Kesemuanya adalah fardu kifayah dan Anda tidak wajib mempelajarinya bila telah ada yang mempelajari.

Jika Anda bertanya: “Apakah ilmu tauhid seperti di atas bisa dipelajari sendiri tanpa adanya seorang guru yang mengajarkannya?”

Ketahuilah! Seorang guru hanya bertugas membuka dan memudahkan cara memperolehnya. Mencari ilmu dengan perantara seorang guru akan terasa lebih mudah dan menyenangkan. Lalu Allah, dengan anugerah-Nya memberi karunia kepada orang yang Dia kehendaki. Maka jadilah Allah sebagai pembimbing mereka.

Ketahuilah bahwa tahapan ilmu ini adalah jalan rumit yang sulit ditempuh. Namun dengan melaluinya akan tercapai segala maksud dan tujuan. Manfaat tahapan ini besar sekali. Untuk bisa melaluinya juga sangat sulit dan bahayanya juga tidak kecil. Banyak orang yang berpindah dari jalan ini kemudian tersesat. Tidak sedikit penempuhnya yang tergelincir. Banyak orang bingung karena tersesat di dalamnya. Tidak sedikit orang melaluinya lalu berhenti di tengah jalan. Banyak yang melewatinya dalam waktu yang teramat singkat. Namun tidak sedikit pula yang hanya berputar-putar di dalamnya selama tujuh puluh tahun. Semua berada di bawah kekuasaan Allah.

Adapun manfaat ilmu, sebagaimana yang telah kami terangkan adalah bisa memenuhi kebutuhan yang mendesak bagi para hamba sebagai dasar ibadah, lebih-lebih ilmu tauhid dan ilmu sirri.

Telah diceritakan bahwa Allah Swt. berfirman kepada Nabi Dawud a.s.: “Hai Dawud! Carilah ilmu yang bermanfaat!” Nabi dawud menjawab: “Wahai Tuhanku! Apakah ilmu yang bermanfaat itu?” Allah berfirman: ” Hendaknya kamu mengetahui kemegahan-Ku, keagungan-Ku, kesombongan-Ku dan kemahakuasaan-Ku yang sempurna atas segala sesuatu. Karena semua itu yang dapat mendekatkanmu kepada-Ku.

Diceritakan dari sayyidina Ali karramallahu wajhahu. Beliau berkata: “Aku tidak merasa bahagia seandainya mati di waktu kecil kemudian dimasukkan ke dalam surga sedangkan aku belum dewasa. Sebab orang yang paling tahu tentang Allah adalah orang yang paling takut kepada-Nya, lebih banyak ibadahnya dan lebih banyak menerima nasehat dari-Nya.

Adanya kesulitan mencari ilmu sebaiknya Anda hadapi dengan penuh keikhlasan. Carilah ilmu untuk menimba pengetahuan dan tidak sekedar mendengar cerita.

Ketahuilah bahwa bahaya ilmu sangatlah besar. Karena barangsiapa yang mencari ilmu hanya agar terpandang di mata manusia, bisa duduk bersama para pejabat, membanggakan diri di hadapan para pakar dan mengeruk harta, maka perniagaan hidupnya akan bangkrut dan merugi.

Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya: “Barangsiapa menuntut ilmu untuk berbangga di hadapan para ulama, dapat menyangkal pendapat orang bodoh atau untuk memalingkan pandangan manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka”

Abu Yazid Al-Busthami berkata: “Aku bermujahadah selama tiga puluh tahun. Tidak ada yang lebih berat bagiku daripada ilmu dan bahayanya.”

Waspadalah terhadap rayuan setan. Ia akan berkata kepadamu: “Jika di dalam hadis telah diterangkan bahaya menuntut ilmu, maka kamu lebih baik meninggalkannya.”

Jangan Anda perhatikan omongan setan tersebut. Telah diceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah besabda:

Artinya: “Pada malam mi’raj aku melihat kebanyakan penghuni neraka adalah orang-orang miskin.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah! Adakah mereka miskin karena kekurangan harta?’ Rasulullah menjawab: “Tidak. Tapi mereka adalah orang-orang yang miskin dari ilmu.”

Orang yang tidak menuntut ilmu tidak akan mampu ” memahami hukum-hukum ibadah dan menjalankannya sesuai aturan yang berlaku dengan semestinya. Bahkan seandainya ada orang yang beribadah kepada Allah sebagaimana para malaikat langit tapi tidak didasari ilmu, maka ia pun termasuk orang-orang yang merugi.

Singsingkan lengan bajumu dalam menuntut ilmu dengan diskusi, mengajar dan mengulangnya. Jangan merasa malas dan bosan. jika tidak, maka Anda berada di dalam bahaya yang teramat besar.

Semoga Allah Swt, melindungi kita semua.

Secara umum jika Anda melihat tanda-tanda ciptaan Allah yang Maha Agung dengan sungguh-sungguh, maka Anda akan tahu bahwa kita memiliki Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Hidup, Berkehendak, Mendengar, Melihat, Berfirman, bersih dari kebaruan baik dari pembicaraan, ilmu dan kemauan, bersih dari segala sifat kekurangan dan berbagai penyakit. Dia tidak bisa disifati dengan sifat-sifat para makhluk, Tidak menjalankan apa yang diperbolehkan bagi para makhluk-Nya. Dia sama sekali tidak menyerupai makhluk, Tidak menetap di suatu tempat maupun arah dan tidak pula bisa ditempati oleh hal-hal baru serta berbagai macam penyakit.

Jika Anda memperhatikan mukjizat Rasulullah, ayat-ayat Allah, dan tanda-tanda kenabiannya, tentu kita yakin bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang kepercayaan yang menerima wahyu-Nya. Kita juga mengetahui apa yuang diyakini oleh para ulama salaf ash-shaalih yaitu bahwa kelak Allah akan terlihat di hari kiamat, bahwa Allah Dzat yang ada, tidak menetap di suatu tempat ataupun arah dan bahwa Al-Qur an adalah kalam Allah yang gadim, bukan makhluk, huruf yang terpisah-pisah ataupun berupa suara. Karena bila demikian adanya maka ia inenjadi sama dengan makhluk.

Kita pun akan tahu bahwa tidak ada gerak hati dan kejapan mata dari alam nyata (dunia) dan alam gaib (alam malakut) kecuali dengan ketentuan, kekuasaan, dan kehendak Allah Swt. Dari Allah pula muncul kebaikan, keburukan, manfaat, bahaya, iman dan kufur. Allah tidak mempunyai kewajiban apapun kepada makhluk-nya. Orang yang diberi-Nya pahala hanya karena karunia-Nya semata. Dan orang yang disiksa-Nya merupakan keadilan dari-Nya.

Ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw. tentang akhirat seperti pengumpulan (makhluk), bangkit dari kubur, siksa kubur, pertanyaan Munkar dan Nakir, neraca (amal) dan lintasan (di atas nerakajahannam) merupakan pokok-pokok ajaran yang diyakini dan dijalankan oleh para salaf ash-shaalih sebelum munculnya berbagai bid’ah yang menyesatkan. Hal itu juga telah menjadi kesepakatan para ulama.

Semoga Allah menjauhkan kita semua dari perbuatan bid’ah dalam agama dan menuruti keinginan nafsu tanpa berpijak pada suatu dalil.

Kemudian Anda juga harus merenungkan tingkah laku hati, kewajiban batin serta larangan-larangannya seperti yang akan diterangkan di dalam kitab ini agar Anda mengetahuinya. Anda juga akan tahu apa saja yang harus dikerjakan seperti bersuci, puasa, salat, dan sebagainya.

Dengan demikian, Anda telah memenuhi kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, Dzat yang menjadikan Anda seorang hamba dalam bidang ilmu. Anda juga telah menjadi golongan ulama pengikut Muhammad Saw. yang berpengetahuan kuat.

Jika Anda mengamalkannya, niscaya Anda akan menjadi seorang hamba yang berilmu dan beramal karena Allah dengan dasar pengetahuan, tidak bodoh, hanya ikut-ikutan ataupun lalai. Anda juga memperoleh kemuliaan yang agung. Ilmu Anda sangat berharga dan memiliki pahala yang melimpah. Anda telah berhasil melewati jalan rumit ini, meninggalkannya: di belakang serta memenuhi haknya dengan izin Allah.

Hanya Allah tempat kita meminta taufik dan kemudahan. Sesungguhnya Dia Maha Penyayang. Dan Tiada daya serta upaya melainkan dengan pertolongan Allah Dzat yang Maha Tinggi dan Maha Agung.[alkhoirot.org]

LihatTutupKomentar