Terjemah Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah

Nama kitab: Terjemah kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah Pengarang: Hadratusy Syaikh Kyai Hasyim Asy'ari Ada beberapa pernyataan menarik dari Kyai Hasyim Asy'ari dalam kitab ini. Antara lain: - Wahabi adalah ahli bid'ah pengikut Muhammad bin Abdul Wahab, Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim. - Bahwa umat Islam Indonesia dulunya bersatu dalam satu golongan Ahlussunnah Wal Jamaah dengan aqidah Asy'ariyah dan madzhab fiqih Syafi'iyah yang toleran dan menghormati tiga madzhab yang lain.
Terjemah Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah

Highlight kitab Risalah Aswaja Hasyim Asy'ari

Ada beberapa pernyataan penting dari Hadratush Syaikh Kyai Hasyim Asy'ari dalam kitab ini. Antara lain:

  1. Wahabi adalah ahli bid'ah pengikut Muhammad bin Abdul Wahab, Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim.
  2. Yang berhak mengklaim pengikuti Salafus Shalih adalah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), bukan Wahabi Salafi.
  3. Bahwa umat Islam Indonesia dulunya bersatu dalam satu golongan Ahlussunnah Wal Jamaah dengan aqidah Asy'ariyah dan madzhab fiqih Syafi'iyah yang toleran dan menghormati tiga madzhab yang lain.
  4. Muslim Indonesia mulai pecah setelah masuknya aliran Wahabi Salafi dengan aqidah Ibnu Taimiyah yang mudah menyesatkan golongan lain. Di samping itu, fikihnya cenderung non-madzhab walaupun sebagian mengklaim pengikut Hanbali.
  5. Sawadul A'zham adalah golongan muslim terbesar yakni Ahlussunnah Wal Jamaah Asy'riyah Maturidiyah yang berfiqih madzhab empat. Lebih detail.

Nama kitab: Terjemah kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah (رِسَالَةُ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ)
Judul lengkap: رسالة أهل السنة و الجماعة في حديث الموتي و أشراط الساعة و بيان مفهوم السنة و البدعة
Pengarang: Hadratusy Syaikh Kyai Hasyim Asy'ari
Penerjemah: KH. Abdullah Afif Pekalongan (Pasal 1 s/d 5 dan 9);
Ngabdurohman Al Jawi (Pasal 6, 8, 10)
Bidang studi: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja)

Catatan: Urutan bab / pasal di bawah berdasarkan urutan versi cetak dalam bahasa Arab terbitan Maktabah Al-turats Al-Islami Tebuireng Jombang

Ingin belajar agama di Ponpes Terbaik? Kunjungi Pesantren Al-Khoirot Malang
Program utama: 1. Santri reguler; 2. Santri Dewasa; 3. Santri Kilat; 4. Tahfidz Quran; 5. Bahasa Arab.
Sistem: Salaf & Modern
Manhaj: Aswaja (NU)


Daftar Isi

  1. Download Kitab al-Risalah
  2. Pasal 1: Muqaddimah (Pengantar)
  3. Pasal 2: Sunnah dan Bid’ah 
    1. Pengertian Sunnah
    2. Pengertian Bid'ah
    3. Bid'ah Terbagi Menjadi Lima: Wajib, Haram, Sunnah, Makruh, Mubah
  4. Pasal 3: Penduduk Jawa (Indonesia) Mayoritas Ahlussunnah, Bukan Wahabi
    1. Aswaja Pewaris Generasi Salaf, Bukan Pengikut Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab
    2. Ibnu Abdil Wahab dan Ibnu Taimiyah adalah Ahli Bid'ah
    3. Wahabi Salafi Duri dalam Daging Umat Islam
    4. Propaganda Sesat Wahabi Salafi: Merendahkan Ulama
  5. Pasal 4: Salafi dan Sawadul A'zam itu Pengikut Ulama Madzhab Empat
    1. Mengikuti Salah Satu Madzhab adalah Jalan Salafus Shalih
    2. Menjaga Persatuan Umat
    3. Tetap Berpegang pada Al Jamaah Pengikut Salafus Shalih
  6. Pasal 5: Hukum Taqlid itu Wajib Bagi Orang Awam
    1. Orang Awam Wajib Bertanya pada Ulama Mujtahid
    2. Pemahaman Ahli Bid'ah atas Al Quran dan Hadits Tidak Dapat Dipercaya
    3. Orang Awam Tidak Wajib Ikut Satu Madzhab
    4. Orang Awam Boleh Konsisten Ikut Satu Madzhab atau Tidak
    5. Orang yang Taqlid Boleh Ikut Imam yang Berbeda-beda
  7. Pasal 6: Berhati-hati Dalam Mencari Ilmu Agama
    1. Berhati-hati Terhadap Fitnah Ahli Bid’ah & Orang-orang Munafiq
    2. Para Imam yang Menyesatkan
  8. Pasal 7: Hadits dan atsar dicabutnya ilmu, dan mewabahnya kebodohan
    1. Peringatan Nabi, bahwa akhir zaman adalah banyak kejelekan, Mengenai umatnya yang akan mengikuti bid’ah
    2. Keberadaan agama yang hanya dipegang oleh segelintir orang
  9. Pasal 8: Dosa Pelopor Ajaran Sesat
  10. Pasal 9: Ahlussunnah adalah Pengikut Aqidah Asy'ariyah
    1. 73 Golongan yang Berbeda Aqidah bukan Fiqih
    2. Perbedaan Aqidah Terjadi Sejak Era Sahabat
    3. Nama 72 Golongan Aqidah Sesat
  11. Pasal 10: Tanda-Tanda Hari Kiamat
    1. Ahli Ibadah yang Bodoh, Penghafal Al Quran yang Fasiq
    2. Percaya pada Pengkhianat, Tidak Percaya pada Orang Jujur
    3. Masjid Tidak Pernah Dibuat Shalat
    4. Kalimat Lailaha IllAllah Tidak Pernah Diucapkan
    5. Arti Wu'ul dan Tuhut
    6. 10 Tanda Kiamat
    7. Adanya Dukhan (Kabut)
    8. Tentang Dajjal dan Fitnah Dajjal
    9. Kekuatan dan Kesaktian Dajjal
    10. Hewan Dabbah
    11. Matahari Terbit dari Barat
    12. Turunnya Nabi Isa
    13. Munculnya Ya'juj dan Ma'juj
    14. Seluruh Orang Islam akan Meninggal
    15. Api Keluar dari Yaman
  12. Pasal 11: Orang Mati Bisa Mendengar dan Bicara
    1. Orang Mati Tahu yang Memandikan dan Mengkafani
    2. Kembalinya Ruh ke dalam Jasad Setelah Mati
  13. Pasal 12: Penutup 
  14. Kitab Aqidah Lain
    1. Terjemah Aqidatul Awam
    2. Terjemah Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah
    3. Terjemah Tauhid Hasyiyah Al-Bajuri
    4. Terjemah Hasyiyah Ad Dasuqi
    5. Terjemah Tauhid Sanusiyah (Ummul Barahin)
    6. Terjemah Jawahirul Kalamiyah
    7. Terjemah Husunul Hamidiyah 
    8. Terjemah Matan Al-Bajuri Tijan Darari
    9. Terjemah Sullamut Taufiq
    10. Terjemah Mirqatus Suud Syarah Sulam Taufiq
    11. Terjemah Irsyadul Ibad
  15. Kembali ke atas

1. Muqaddimah (Pengantar)

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ شُكْرًا عَلَى نَوَالِهِ, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَﺁلِهِ, وَبَعْدُ, فَهَذَا كِتَابٌ أَوْدَعْتُ فِيْهِ شَيْئًا مِنْ حَدِيْثِ الْمَوْتَى وَأَشْرَاطِ السَّاعَةِ, وَشَيْئًا مِنَ الْكَلَامِ عَلَى بَيَانِ السُّنَّةِ وَالْبِدْعَةِ, وَشَيْئًا مِنَ الْأَحَادِيْثِ بِقَصْدِ النَّصِيْحَةِ, وَالَى اللهِ الْكَرِيْمِ أَمُدُّ اَكُفَّ الْاِبْتِهَالِ, أَنْ يَنْفَعَ بِهِ نَفْسِيْ وَأَمْثَالِيْ مِنَ الْجُهَّالِ, وَأَنْ يَجْعَلَ عَمَلِيْ خَالِصًا لِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ, إِنَّهُ جَوَادٌ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ, وَهَذَا أَوَانُ الشُّرُوْعِ فِي الْمَقْصُوْدِ, بِعَوْنِ الْمَلِكِ الْمَعْبُوْدِ .


Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah, sebagai sebuah ungkapan rasa syukur atas segala anugerahNya. Rahmat ta’dzim dan salam mudah-mudahan terlimpahcurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. dan seluruh keluarga beliau.

Apa yang akan hadir dalam kitab ini, saya tuturkan beberapa hal antara lain: Hadits-hadits tentang orang-orang yang mati, tanda-tanda hari kiamat, penjelasan tentang sunnah dan bid’ah dan beberapa hadits yang berisi nasehat-nasehat agama.

Kepada Allah, Dzat Yang Maha Mulia kutengadahkan telapak tangan, kuberdoa dengan sepenuh hati, kumohonkan agar kitab ini memberikan manfaat untuk diri kami dan orang-orang bodoh semisal kami. Mudah-mudahan Allah menjadikan amal kami sebagai amal shalih Liwajhillahil Karim, karena Ia lah Dzat Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan segala pertolongan Allah Dzat yang disembah, penyusunan kitab ini dimulai.

2. Pasal Menjelaskan Tentang Sunnah dan Bid’ah

فَصْلٌ فِيْ بَيَانِ السُّنَّةِ وَالْبِدْعَةِ

اَلسُّنَّةُ بِالضَّمِّ وَالتَّشْدِيْدِ كَمَا قَالَ أَبُو الْبَقَاءِ فِيْ كُلِّيَّتِهِ : لُغَةً اَلطَّرِيْقَةُ وَلَوْ غَيْرَ مَرْضِيَّةٍ. وَشَرْعًا اِسْمٌ لِلطَّرِيْقَةِ الْمَرْضِيَّةِ الْمَسْلُوْكَةِ فِي الدِّيْنِ سَلَكَهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَوْ غَيْرُهُ مِمَّنْ عُلِمَ فِي الدِّيْنِ كَالصَّحَابَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ مِنْ بَعْدِيْ. وَعُرْفًا مَا وَاظَبَ عَلَيْه مُقْتَدًى نَبِيًّا كَانَ اَوْ وَلِيًّا. وَالسُّنِّيُّ مَنْسُوْبٌ اِلَى السُّنَّةِ حُذِفَ التَّاءُ لِلنِّسْبَةِ.

وَالْبِدْعَةُ كَمَا قَالَ الشَّيْخُ زَرُوْقٌ فِيْ عُدَّةِ الْمُرِيْدِ : شَرْعًا إِحْدَاثُ اَمْرٍ فِي الدِّيْنِ يُشْبِهُ اَنْ يَكُوْنَ مِنْهُ وَلَيْسَ مِنْهُ سَوَاءٌ كَانَ بِالصُّوْرَةِ اَوْ بِالْحَقِيْقَةِ. لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أَحْدَثَ فِيْ اَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. وَقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :" وَكُلُّ مُحْدَثٍ بِدْعَةٌ "

وَقَدْ بَيَّنَ الْعُلَمَاءُ رَحِمَهُمُ اللهُ أَنَّ الْمَعْنَى فِي الْحَدِيْثَيْنِ الْمَذْكُوْرَيْنِ رَاجِعٌ لِتَغْيِيْرِ الْحُكْمِ بِاعْتِقَادِ مَا لَيْسَ بِقُرْبَةٍ قُرْبَةً لَا مُطْلَقِ الْإِحْدَاثِ, اِذْ قَدْ تَنَاوَلَتْهُ الشَّرِيْعَةُ بِأُصُوْلِهَا فَيَكُوْنُ رَاجِعًا اِلَيْهَا اَوْ بِفُرُوْعِهَا فَيَكُوْنُ مَقِيْسًا عَلَيْهَا.

وَقَالَ الْعَلَّامَةُ مُحَمَّدٌ وَلِيُّ الدِّيْنِ اَلشِّبْثِيْرِيُّ فِيْ شَرْحِ الْأَرْبَعِيْنَ النَّوَوِيَّةِ عَلَى قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أَحْدَثَ حَدَثًا اَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ

وَدَخَلَ فِي الْحَدِيْثِ اَلْعُقُوْدُ الْفَاسِدَةُ, وَالْحُكْمُ مَعَ الْجَهْلِ وَالْجَوْرِ وَنَحْوُ ذَلِكَ مِمَّا لَا يُوَافِقُ الشَّرْعَ. وَخَرَجَ عَنْهُ مَا لَا يَخْرُجُ عَنْ دَلِيْلِ الشَّرْعِ كَالْمَسَائِلِ الْاِجْتِهَادِيَّةِ الَّتِيْ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اَدِلَّتِهَا رَابِطٌ اِلَّا ظَنُّ الْمُجْتَهِدِ وَكِتَابَةِ الْمُصْحَفِ وَتَحْرِيْرِ الْمَذَاهِبِ وَكُتُبِ النَّحْوِ وَالْحِسَابِ .


Pengertian Sunnah

Lafadz as-Sunnah dengan dibaca dhammah sin-nya dan diiringi dengan tasydid, sebagaimana dituturkan oleh Imam al-Baqa’ dalam kitab Kulliyat-nya secara etimologi adalah thariqah (jalan), sekalipun yang tidak diridhai.

Menurut terminologi syara’ as-Sunnah merupakan thariqah (jalan) yang diridhai dalam menempuh agama sebagaimana yang telah ditempuh oleh Rasulullah Saw. atau selain beliau, yakni mereka yang memiliki otoritas sebagai panutan di dalam masalah agama seperti para sahabat Ra.

Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Saw.: “Tetaplah kalian untuk berpegang teguh pada sunnahku dan sunnahnya Khulafaur Rasyidin setelahku.”

Sedangkan menurut terminologi ‘urf adalah apa yang dipegangi secara konsisten oleh tokoh yang menjadi panutan, apakah ia sebagai nabi ataupun wali. Adapun istilah as-Sunni merupakan bentuk penisbatan dari lafadz as-Sunnah dengan membuang ta’ untuk penisbatan.

Pengertian Bid'ah

Bid’ah sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Zaruq di dalam kitab ‘Iddat al-Murid menurut terminologi syara’ adalah: “Menciptakan hal perkara baru dalam agama seolah-olah ia merupakan bagian dari urusan agama, padahal sebenarnya bukan, baik dalam tataran wacana, penggambaran maupun dalam hakikatnya.”

Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Saw.: “Barangsiapa menciptakan perkara baru didalam urusanku, padahal bukan merupakan bagian daripadanya, maka hal itu ditolak.”

Dan sabda Nabi Saw.: “Dan segala bentuk perkara yang baru adalah bid’ah.”

Para ulama rahimahullaah menjelaskan tentang esensi dari makna dua hadits tersebut di atas dikembalikan kepada perubahan suatu hukum dengan mengukuhkan sesuatu yang sebenarnya bukan merupakan ibadah tetapi diyakini sebagai konsepsi ibadah. Jadi bukanlah segala bentuk pembaharuan yang bersifat umum. Karena kadang-kadang bisa jadi perkara baru itu berlandaskan dasar-dasar syari’ah secara asal sehingga ia menjadi bagian dari syari’at itu sendiri, atau berlandaskan furu’us syari’ah sehingga ia dapat dianalogikan kepada syari’at.

Al-‘Allamah Muhammad Waliyuddin asy-Syibtsiri dalam Syarh al-Arba’in an-Nawawiyyah memberikan komentar atas sebuah hadits Nabi Saw.: “Barangsiapa membuat persoalan baru atau mengayomi seseorang yang membuat pembaharuan, maka ditimpakan kepadanya laknat Allah.”

Masuk dalam kerangka interpretasi hadits ini yaitu berbagai bentuk akad-akad fasidah, menghukumi dengan kebodohan dan ketidakadilan, dan lain-lain dari berbagai bentuk penyimpangan terhadap ketentuan syara’.

Keluar dari bingkai pemahaman terhadap hadits ini yakni segala hal yang tidak keluar dari dalil syara’ terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah ijtihadiyah dimana tidak terdapat korelasi yang tegas antara masalah-masalah tersebut dengan dalil-dalilnya kecuali sebatas persangkaan mujtahid. Dan seperti menulis Mushaf, mengintisarikan pendapat-pendapat imam madzhab, menyusun kitab nahwu dan ilmu hisab.

Bid'ah Terbagi Menjadi Lima: Wajib, Haram, Sunnah, Makruh, Mubah

وَلِذَا قَسَّمَ ابْنُ عَبْدِ السَّلَامِ اَلْحَوَادِثَ اِلَى الْأَحْكَامِ الْخَمْسَةِ فَقَالَ : اَلْبِدْعَةُ فِعْلُ مَالَمْ يُعْهَدْ فِيْ عَصْرِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاجِبَةً كَتَعَلُّمِ النَّحْوِ وَغَرِيْبِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ مِمَّا يُتَوَقَّفُ فَهْمُ الشَّرِيْعَةِ عَلَيْهِ, وَمُحَرَّمَةً كَمَذْهَبِ الْقَدَرِيَّةِ وَالْجَبَرِيَّةِ وَالْمُجَسِّمَةِ, وَمَنْدُوْبَةً كَإِحْدَاثِ الرُّبُطِ وَالْمَدَارِسِ وَكُلِّ إِحْسَانٍ لَمْ يُعْهَدْ فِي الْعَصْرِ الْأَوَّلِ, وَمَكْرُوْهَةً كَزُخْرُفَةِ الْمَسَاجِدِ وَتَزْوِيْقِ الْمَصَاحِفِ, وَمُبَاحَةً كَالْمُصَافَحَةِ عَقِبَ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَالْعَصْرِ وَالتَّوَسُّعِ فِي الْمَأْكَلِ وَالْمَشْرَبِ وَالْمَلْبَسِ وَغَيْرِ ذَلِكَ .

فَإِذَا عَرَفْتَ مَا ذُكِرَ تَعْلَمُ اَنَّ مَا قِيْلَ : إِنَّهُ بِدْعَةٌ, كَاتِّخَاذِ السُّبْحَةِ, وَالتَّلَفُّظِ بِالنِّيَّةِ, وَالتَّهْلِيْلِ عِنْدَ التَّصَدُّقِ عَنِ الْمَيِّتِ مَعَ عَدَمِ الْمَانِعِ عَنْهُ, وَزِيَارَةِ الْقُبُوْرِ وَنَحْوِ ذَلِكَ لَيْسَ بِبِدْعَةٍ

وَإِنَّ مَا أُحْدِثَ مِنْ أَخْذِ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْأَسْوَاقِ اللَّيْلِيَّةِ, وَاللَّعِبِ بِالْكُوْرَةِ وَغَيْرَ ذَلِكَ مِنْ شَرِّ الْبِدَعِ


Karena itulah Imam Ibnu Abdis Salam membagi perkara-perkara yang baru itu ke dalam hukum-hukum yang lima. Beliau berkata:

“Bid’ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal (terjadi) pada masa Rasulullah Saw. (Bid’ah tersebut adakalanya):
1. Bid’ah Wajibah: seperti mempelajari ilmu nahwu dan mempelajari lafadz-lafadz yang gharib baik yang terdapat di dalam al-Quran ataupun as-Sunnah, dimana pemahaman terhadap syari’ah menjadi tertangguhkan pada sejauhmana seseorang dapat memahami maknanya.
2. Bid’ah Muharramah: seperti aliran Qadariyah, Jabariyah dan Mujassimah.
3. Bid’ah Mandubah: seperti memperbaharui sistem pendidikan pondok pesantren dan madrasah-madrasah, juga segala bentuk kebaikan yang tidak dikenal pada zaman generasi pertama Islam.
4. Bid’ah Makruhah: seperti berlebih-lebihan menghiasai masjid, menghiasi mushaf dan lain sebagainya.
5. Bid’ah Mubahah: seperti bersalaman selesai shalat Shubuh dan Ashar, membuat lebih dalam makanan dan minuman, pakaian dan lain sebagainya.”

Setelah kita mengetahui apa yang telah dituturkan di muka maka diketahui bahwa adanya klaim bahwa berikut ini adalah bid’ah, seperti memakai tasbih, melafadzkan niat, membaca tahlil ketika bersedekah setelah kematian dengan catatan tidak adanya perkara yang mencegah untuk bersedekah tersebut, menziarahi makam dan lain-lain, maka kesemuanya bukanlah merupakan bid’ah.

Dan sesungguhnya perkara-perkara baru seperti penghasilan manusia yang diperoleh dari pasar-pasar malam, bermain undian pertunjukan gulat dan lain-lain adalah termasuk seburuk-buruknya bid’ah.[alkhoirot.org]

Download Kitab Risalah

  1. Versi bahasa Arab: Edisi Online
  2. Versi bahasa Indonesia: Download pdf
  3. Versi Arab (dalam format PDF)


Kembali ke Daftar Isi

LihatTutupKomentar