Menuduh Zina (Qadzaf)

Qadzaf atau Menuduh zina pada orang lain adalah dosa besar dan dalam hukum hudud Islam si penuduh akan dihukum cambuk 80 kali. Kecuali kalau si penuduh dapat mendatangkan saksi atau yang dituduh memaafkan. Meminum minuman keras (alkohol, khamar) adalah dosa besar dan pelakunya akan mendapat hukuman (had).
Menuduh Zina (Qadzaf)
Qadzaf atau Menuduh zina pada orang lain adalah dosa besar dan dalam hukum hudud Islam si penuduh akan dihukum cambuk 80 kali. Kecuali kalau si penuduh dapat mendatangkan saksi atau yang dituduh memaafkan.

Meminum minuman keras (alkohol, khamar) adalah dosa besar dan pelakunya akan mendapat hukuman (had).

Nama kitab: Terjemah Kitab Fathul Qorib
Judul kitab asal: Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب أو القول المختار في شرح غاية الإختصار)
Pengarang: Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili
Penerjemah:
Bidang studi: Fiqih madzhab Syafi'i

Daftar Isi


BAB QADZAF

(فصل): في أحكام القذف وهو لغة الرمي وشرعاً الرمي بالزنى على جهة التعيير لتخرج الشهادة بالزنى

(وإذا قذف) بذال معجمة (غيره بالزنى) كقوله زنيت (فعليه حد القذف) ثمانين جلدة كما سيأتي هذا إن لم يكن القاذف أباً أو أماً، وإن علوا كما سيأتي (بثمانية شرائط ثلاثة) وفي بعض النسخ ثلاث

(منها في القاذف وهو أن يكون بالغاً عاقلاً) فالصبي والمجنون لا يحدان بقذفهما شخصاً (وأن لا يكون والداً للمقذوف) فلو قذف الأب أو الأم وإن علا ولده، وإن سفل لا حد عليه (وخمسة في المقذوف وهو أن يكون مسلماً بالغاً عاقلاً حراً عفيفاً) عن الزنى فلا حد بقذف الشخص كافراً أو صغيراً أو مجنوناً أو رقيقاً أو زانياً (ويحد الحر) القاذف (ثمانين) جلدة (و) يحد (العبد أربعين) جلدة

(ويسقط) عن القاذف (حد القذف بثلاثة أشياء): أحدها (إقامة البينة) سواء كان المقذوف أجنبياً أو زوجة. والثاني مذكور في قوله (أو عفو المقذوف) أي عن القاذف. والثالث مذكور في قوله (أو اللعان في حق الزوجة) وسبق بيانه في قول المصنف فصل وإذا رمى الرجل الخ.

(Fasal) menjelaskan tentang qadzaf.

Qadzaf secara bahasa adalah menuduh secara mutlak. Dan secara syara’ adalah menuduh zina atas dasar mencemarkan nama baik, agar supaya mengecualikan persaksian zina.

Ketika seseorang menuduh orang lain telah berbuat zina seperti ucapannya, “engkau telah zina,” maka ia berhak mendapatkan had qadzaf berupa delapan puluh cambukan sebagaimana yang akan dijelaskan. Lafadz “qadzaf” dengan menggunakan huruf dzal yang diberi titik satu,

Hal ini jika memang si penuduh bukan ayah atau ibu orang yang dituduh, walaupun keduanya hingga sampai atas sebagaimana yang akan dijelaskan.

Syarat Had Qadzaf

Dengan delapan syarat. Tiga syarat di antaranya pada orang yang menuduh. Dalam sebagian redaksi dengan menggunakan lafadz, “tsalatsun.”

Yaitu, si penuduh adalah orang yang sudah baligh dan berakal.

Sehingga anak kecil dan orang gila tidak berhak dihad sebab keduanya menuduh zina pada seseorang.

Si penuduh bukan orang tua orang yang dituduh.

Sehingga, seandainya seorang ayah atau ibu walaupun keduanya hingga ke atas menuduh zina terhadap anaknya walaupun hingga ke bawah, maka ia tidak berhak mendapat had.

Dan lima syarat pada maqdzuf (orang yang dituduh).

Yaitu, orang yang dituduh adalah orang islam, baligh, berakal, merdeka dan terjaga dari zina.

Sehingga tidak ada hukum had sebab seseorang menuduh zina pada orang kafir, anak kecil, orang gila, budak atau orang yang pernah melakukan zina.

Jumlah Had Qadzaf

Orang merdeka yang menuduh zina dihukum had sebanyak delapan puluh cambukan.

Dan seorang budak -yang menuduh zina- mendapat had empat puluh cambukan.

Gugurnya Had Qadzaf

Had qadzaf menjadi gugur dari orang yang menuduh sebab tiga perkara,

Salah satunya mendatangkan saksi, baik yang dituduh adalah orang lain atau istrinya sendiri.

Yang kedua disebutkan di dalam perkataan mushannif, “atau orang yang dituduh memaafkan”, maksudnya pada orang yang menuduh.

Yang ketiga disebutkan di dalam perkataan beliau, “melakukan sumpah li’an di dalam haknya istri.”

Li’an telah dijelaskan di dalam perkataan mushannif, “fasal, ketika seseorang menuduh .....”[alkhoirot.org]

BAB MINUMAN KERAS


(فصل): في أحكام الأشربة وفي الحد المتعلق بشربها

(ومن شرب خمراً) وهي المتخذة من عصير العنب (أو شراباً مسكراً) من غير الخمر كالنبيذ المتخذ من الزبيب (يحد) ذلك الشارب إن كان حراً (أربعين) جلدة وإن كان رقيقاً عشرين جلدة

(ويجوز أن يبلغ) الإمام (به) أي حد الشرب (ثمانين) جلدة والزيادة على أربعين في حر وعشرين في رقيق (على وجه التعزير) وقيل الزيادة على ما ذكر حد، وعلى هذا يمتنع النقص عنها

(ويجب) الحد (عليه) أي شارب المسكر (بأحد أمرين بالبينة) أي رجلين يشهدان بشرب ما ذكر) (أو الإقرار) من الشارب بأنه شرب مسكراً، فلا يحد بشهادة رجل وامرأة ولا بشهادة امرأتين، ولا بيمين مردودة، ولا بعلم القاضي ولا بعلم غيره (ولا يحد) أيضاً الشارب (بالقيء والاستنكاه) أي بأن يشم منه رائحة الخمر.

(Fasal) menjelaskan hukum-hukum minuman keras dan menjelaskan had yang terkait dengan meminumnya

Barang siapa meminum khamr, yaitu minuman yang dibuat dari perasaan anggur basah, atau meminum minuman yang memabukkan dari selain khamr seperti nabidz yang terbuat dari anggur kering, maka si penimum tersebut dihukum had.

Jika dia orang merdeka, maka dihad sebanyak empat puluh cambukan. Dan jika budak, maka dihad sebanyak dua puluh cambukan.

Bagi imam diperkenankan memberi hukuman had hingga delapan puluh cambukan.

Lebihan dari empat puluh cambukan pada orang merdeka dan dari dua puluh cambukan pada budak adalah bentuk ta’ziran.

Ada yang mengatakan bahwa lebihan dari had yang telah disebutkan tersebut adalah had.

Berdasarkan pada pendapat ini, maka tidak diperkenankan mengurangi dari tambahan tersebut.

Penetapan Had Minuman Keras

Had ditetapkan kepada orang yang meminum minuman keras dengan salah satu dua perkara.

Yaitu dengan saksi, maksudnya dua laki-laki yang bersaksi atas perbuatan seseorang yang meminum minuman yang telah disebutkan.

Atau pengakuan dari orang yang meminum bahwa sesungguhnya ia telah meminum minuman keras.

Sehingga had tidak bisa ditetapkan dengan persaksian satu laki-laki dan satu perempuan, tidak dengan persaksian dua wanita, tidak dengan sumpah yang dikembalikan -pada penuduh-, tidak dengan pengetahuan sang qadli dan tidak juga dengan pengetahuan selain qadhi.

Orang yang meminum juga tidak bisa dihukum had sebab memuntahkan minuman keras dan sebab istinka’, maksudnya dengan gambaran dari dia tercium bau khamr. [alkhoirot.org]
LihatTutupKomentar