Ariyah (Pinjam Meminjam)

Akad ariyah adalah transaksi pinjam meminjam antara pihak pemilik barang dengan pihak yang hendak meminjam barang tersebut. Ada syarat khusus tentang barang yang boleh dipinjamkan yaitu (a) barang yang dipinjam tidak boleh berkurang. Artinya, tidak boleh meminjamkan kue untuk dimakan, karena akan berkurang; (b) pemanfaatan barang harus halal secara syariah. Berarti tidak boleh meminjamkan minuman keras, dll.
Ariyah (Pinjam Meminjam)
Akad ariyah adalah transaksi pinjam meminjam antara pihak pemilik barang dengan pihak yang hendak meminjam barang tersebut. Ada syarat khusus tentang barang yang boleh dipinjamkan yaitu (a) barang yang dipinjam tidak boleh berkurang. Artinya, tidak boleh meminjamkan kue untuk dimakan, karena akan berkurang; (b) pemanfaatan barang harus halal secara syariah. Berarti tidak boleh meminjamkan minuman keras, dll.; (c) barang yang dipinjamkan harus milik sendiri.

Nama kitab: Terjemah Kitab Fathul Qorib
Judul kitab asal: Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب أو القول المختار في شرح غاية الإختصار)
Pengarang: Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili
Penerjemah:
Bidang studi: Fiqih madzhab Syafi'i

Daftar Isi


BAB ARIYAH (MEMINJAM)

(فصل): في أحكام العارية

وهي بتشديد الياء في الأفصح مأخوذة من عار إذا ذهب، وحقيقتها الشرعية إباحة الانتفاع من أهل التبرع بما يحل الانتفاع به مع بقاء عينه ليرده على المتبرع، وشرط المعير صحة تبرعه وكونه مالكاً لمنفعة ما يعيره، فمن لا يصح تبرعه كصبي ومجنون لا تصح إعارته، ومن لا يملك المنفعة كمستعير لا تصح إعارته إلا بإذن المعير، وذكر المصنف ضابط المعار في قوله:

(وكل ما أمكن الانتفاع به) منفعة مباحة (مع بقاء عينه جازت إعارته) فخرج بمباحة آلة اللهو فلا تصح إعارتها وببقاء عينه إعارة الشمعة للوقود، فلا تصح وقوله (إذا كانت منافعه آثاراً) مخرج للمنافع التي هي أعيان كإعارة شاة للبنها وشجرة لثمرتها ونحو ذلك، فإنه لا يصح فلو قال لشخص خذ هذه الشاة فقد أبحتك درها ونسلها، فالإباحة صحيحة والشاة عارية

(وتجوز العارية مطلقاً) من غير تقييد بوقت (ومقيداً بمدة) أي بوقت كأعرتك هذا الثوب شهراً وفي بعض النسخ، وتجوز العارية مطلقة ومقيدة بمدة وللمعير الرجوع في كل منهما متى شاء (وهي) أي العارية إذا تلفت لا باستعمال مأذون فيه (مضمونة على المستعير بقيمتها يوم تلفها) لا بقيمتها يوم قبضها ولا بأقصى القيم فإن تلفت باستعمال مأذون فيه كإعارة ثوب للبسه، فانسحق أو انمحق بالاستعمال فلا ضمان.

Pengertian Ariyah (Pinjam Meminjam)

(Fasal) menjelaskan hukum-hukum ‘ariyyah.

Lafadz “’ariyyah” dengan ditasydid huruf ya’nya menurut pendapat ashah (paling sahih), adalah lafadz yang diambil dari kata-kata “’ara ‘idza dzahaba (sesuatu terbang ketika pergi).”

Hakikat ‘ariyyah secara syariah adalah izin untuk memanfaatkan yang dilakukan oleh orang yang sah bersedekah sunnah terhadap sesuatu yang halal untuk dimanfaatkan tanpa mengurangi barangnya agar bisa dikembalikan pada orang yang melakukan perbuatan sunnah tersebut.

Syarat Orang Yang Meminjamkan (Al Mu'ir)

Syarat orang yang meminjamkan adalah sah tabarru’nya, dan ia adalah pemilik manfaat barang yang ia pinjamkan.

Sehingga, orang yang tidak sah tabarru’nya seperti anak kecil dan orang gila, maka meminjamkan yang ia lakukan hukumnya tidak sah.

Dan orang yang tidak memiliki manfaat seperti orang yang meminjam, maka hukumnya tidak sah untuk meminjamkan barang yang ia pinjam kecuali dengan izin orang yang meminjamkan padanya.

Barang Yang Dipinjamkan

Mushannif menyebutkan batasan barang pinjaman di dalam ucapan beliau,

Setiap sesuatu yang bisa dimanfaatkan dengan kemanfaatan yang diperbolehkan -oleh syara’- tanpa mengurangi barangnya, maka boleh untuk dipinjamkan.

Dengan bahasa “diperbolehkan”, mengecualikan alat musik, maka hukumnya tidak sah untuk dipinjamkan.

Dengan keterangan “tanpa mengurangi barangnya”, mengecualikan meminjamkan lilin untuk dinyalakan, maka hukumnya tidak sah.

Perkataan mushannif, “ketika manfaatnya berupa atsar”, mengecualikan manfaat-manfaat yang berupa barang.

Seperti meminjamkan kambing untuk diambil air susunya, pohon untuk diambil buahnya dan sesamanya, maka sesungguhnya hal tersebut hukumnya tidak sah.

Sehingga, seandainya seseorang berkata pada orang lain, “ambillah kambing ini, sesungguhnya aku memperbolehkan padamu untuk mengambil air susunya dan anaknya,” maka hal tersebut adalah ibahah yang sah, sedangkan kambingnya berstatus barang pinjaman.

Waktu Peminjaman

Diperbolehkan melakukan akad ‘ariyyah dengan cara mutlak tanpa dibatasi dengan waktu.

Dan dengan cara dibatasi waktu seperti, “aku meminjamkan baju ini padamu selama sebulan.”

Dalam sebagian redaksi diungkapkan dengan bahasa, “boleh melakukan ‘ariyah dengan cara mutlak dan dengan dibatasi waktu.”

Bagi orang yang meminjamkan diperkenankan untuk menarik kembali barang pinjamannya dalam masing-masing dua keadaan tersebut kapanpun ia menghendaki.

Status Akad Ariyah

Barang pinjaman ketika rusak bukan karena penggunaan yang diberi izin, maka harus diganti oleh orang yang meminjam dengan ganti rugi berupa harga di hari kapan barang tersebut rusak.

Tidak dengan harga di hari saat memintanya dan tidak dengan harga tertinggi.

Jika rusak sebab penggunaan yang telah diizini seperti meminjamkan baju untuk dipakai kemudian nampak jelek atau sobek sebab penggunaan tersebut, maka tidak wajib mengganti bagi orang yang meminjam. [alkhoirot.org]
LihatTutupKomentar