Keutamaan Diskusi Ilmiah

Ka’ab Al Akhbar berkata: “Seandainya pahala tempat diskusi tampak pada manusia, niscaya mereka akan saling membunuh berebut pahala, sehingga para pemimpin meninggalkan pemerintahannya dan para Bos pasar akan meninggalkan pasarnya. Sebagian ulama’ salaf berkata: “Sebaik-baik pemberian adalah akal, sedangkan sejelek-jelek musibah adalah kebodohan.
Keutamaan Diskusi Ilmiah

Nama buku: Terjemah kitab Adabul Alim wa Al-Muta'allim
Judul versi terjemah: 1. Pendidikan Akhlak untuk Pengajar dan Pelajar; 2. Pendidikan Karakter Khas Pesantren (Adabul Alim wal Mutaallim)
Nama kitab asal: Adabul Alim wal Muta'allim (آداب العالم والمتعلم)
Pengarang: Hadratusy Syekh Kyai Haji Hasyim Asy'ari
Nama Ibu: Nyai Halimah
Penerjemah: Ishom Hadziq (?)
Bidang studi: Akhlaq dan Tasawuf

Daftar Isi

Keutamaan Diskusi Ilmiah

Ka’ab Al Akhbar berkata: “Seandainya pahala tempat diskusi tampak pada manusia, niscaya mereka akan saling membunuh berebut pahala, sehingga para pemimpin meninggalkan pemerintahannya dan para Bos pasar akan meninggalkan pasarnya.

Sebagian ulama’ salaf berkata: “Sebaik-baik pemberian adalah akal, sedangkan sejelek-jelek musibah adalah kebodohan.

Sebagian ulama’ salaf yang lain juga berkata: “Ilmu itu sebagai pengaman dari tipu daya setan,juga sebagai benteng dari tipu daya orang yang dengki dan sebagai petunjuk akal”.

Kemudian ia menyanyikan sebuah syair lagu tentang maknanya:

Alangkah bagusnya akal dan alangkah terpujinya orang yang berakal#
Alangkah jeleknya kebodohan dan alangkah tercelanya orang bodoh.

Tak ada ucapan seseorang yang pantas dalam suatu perdebatan #
Kebodohan itulah yang akan merusaknya pada hari nanti ketika ia ditanya.

Ilmu adalah sesuatu yang paling mulia yang diperoleh seseorang #
Orang yang tidak berilmu , maka ia bukanlah laki-laki.

Wahai saudara kecilku ! Pelajarilah ilmu dan amalkanlah #
Ilmu itu merupakan sebuah perhiasan bagi orang yang benar-benartelah mengamalkannya.

Diriwayatkan dari Muadz Bin Jabal ra. ia berkata: “Pelajarilah ilmu pengetahuan, karenamempelajarinya adalah suatu kebajikan, mencarinya adalah suatu ibadah, mendiskusikannya adalah tasbih, membahasnya adalah jihad, menyerahkannya adalah upaya pendekatan diri kepada Allah SWT dan mengajarkannya kepada orang yang tidak berilmu adalah shadaqah.

Fuzdail bin ‘Iyadl ra. telah berkata: “Orang yang alim yang mengajarkan ilmunya kepada orang lain, maka ia akan diundang dikerajaan langit sebagai orang besar”.

Sufyan bin ‘Uyainah telah berkata: “Kedudukan manusia yang paling tinggi disisi Allah adalah orang yang berada di antara Allah dan di antara hamba-hambaNya.Mereka itulah para nabi dan para ulama’”.

Ia juga mengakatan: “Di dunia ini seseorang tidak akan diberi sesuatu yang lebih utama dari pada derajat kenabian dan tidak ada sesuatupun setelah derajat kenabian yang lebih utama dari pada ilmu pengetahuan dan ilmu fiqh”. Kemudian ia ditanya:”Dari siapa perkataan ini?”.Ia menjawab:”Dari seluruhpara ahli fiqh”.

Imam Al Syafi’i ra. telah berkata: “Seandainya para ahli fiqh yang selalu mengamalkan ilmunyabukan sebagai kekasih Allah, niscaya Allah tidak akan mempunyai seorang wali”.

Ibnu al Mubarak ra. berkata:”Seseorang itu masih dianggappandai selama iamencari ilmu.Apabila ada seseorang menganggap bahwa dirinya pandai, maka ia benar-benar telah bodoh”.

Imam Waqi’ berkata: “Seorang laki-laki tidak akan dikatakan orang alim, sehingga ia mau mendengarkan orang yang lebih tua, mau mendengar orang yang sebanding dengannya, dan mau mendengar orang yang lebih muda darinya.

Sufyan Al Tsauri berkata : “Keajaiban-keajaiban itu merata ada dimana-mana.Pada akhir zaman seperti sekarang ini lebih merata lagi, bencana yang menimpa manusia banyak.Sedangkan musibah masalah keagamaan sekarang ini lebih banyak lagi. Bencana-bencana itu merupakan peristiwa yang besar, namun kematian para ‘ulama merupakan peristiwa yang lebih besar. Sesungguhnya hidup orang alim itu adalah rahmat bagi umat, sedangkan kematiannya agama Islam menyebabkan suatu cacat”.

Dalamkitab Shahih Al Bukhari dan Al Muslim ad sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibn Amr Ibn al ‘Ash ra. ia berkata: “Aku mendengar dari Rasulullah, beliau besabda: “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabut ilmu tersebut dari manusia, akan tetapi Allah mencabut ilmu dari muka bumiini dengan cara mencabut nyawa orang-orang yang para ulama’, sehingga jika seorang alim sudah tak tersisa, masyarakat mengangkat para pemimpin yang bodoh. Maka ditanyalah pemimpin-pemimpin itu(tentang masalah keagamaan), kemudian mereka memberikan fatwa tanpa berlandaskan ilmu pengetahuan, sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain”.[alkhoirot.org]

FASHAL: ULAMA YANG IKHLAS

Semua hal yang telah disebutkan diatas; yakni keutamaan ilmu dan orang yang memiliki ilmu, hanyalah hak ulama yang mengamalkan ilmunya, berkepribadian baik dan bertakwa yang bertujuan untuk memperoleh keridhaan Allah SWT, dekat dihadapanNya dengan mendapatkan surga yang penuh dengan kenikmatan. Bukanlah orang yang ilmunya dimaksudkan untuk tujuan-tujuan duniawi, yakni jabatan, harta benda atau berlomba-lomba memperbanyak pengikut.

Telah diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barang siapa mencari ilmu untuk menjatuhkan para ulama’, atau berdebat dengan para ahli fiqh atau bertujuan untuk memalingkan pandangan manusia, maka Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka” (H.R. Al Turmudzi ).

Dan diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barang siapa mempelajari ilmu yang seharusnya dicari hanya karena Dzat Allah, tetapi bia tidak mempelajarinya kecuali untuk memperoleh tujuan-tujuan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkanaroma surgawi”.

Juga diriwayatkan beliau: “Barang siapa yang mecari ilmu karena selain Allah atau menghendaki Dzat Allah maka, tempatilah tempat duduknya dari api neraka.

Juga diriwayatkan beliau; “Pada hari kiamatnanti akan didatangkan seorang alim, kemudian ia dilemparkan kedalam api neraka sehingga ususnya terburai keluar dari perutnya, kemudian ia berputar-putar didalam neraka laksana keledeiyang berputar sambil membawa alat penggiling. Kemudian penduduk ahli neraka mengerumuninya sambil bertanya: “Apa yang menyebabkanmu seperti ini?.Ia menjawab: “Aku memerintahkan orang lain agar melakukan kebaikan, tetapiakusendiri tidak melakukannya dan aku melarang orang lain agar tidak melakukan perbuatan yang buruk, sementaraaku sendiri melakukannya”.

Diriwayatkan dari Bisyr ra.: “Allah memberikan wahyu kepada Nabi Dawud as.:”Janganlah engkau jadikan antara aku dan engkauada seorang yang alim yang terfitnah, sehingga sifat takkaburnya (sombong) menjauhkan dirimu untuk mencintai aku. Mereka itu adalah orang yang pekerjaanya menghadang hamba-hambaku ditengah jalan”.

Sufyan Al Tsauri ra. berkata: “Ilmu itu dipelajari hanyalah untuk bertaqwa.Kelebihan ilmu atas ilmu yang lain hanya karena ilmu digunakan bertaqwa kepadaAllah SWT. Jika tujuan ini menjadi cacat dan niat orang yang mencari ilmu menjadi rusak, dengan pengertian bahwa ilmu itu digunakanuntuk mencapai perolehanhal-hal duniawi; berupa harta atau jabatan, maka pahala orang yang mencari ilmu itu benar-benar telah terhapus dan ia benar-benar telah dengan kerugian yang amat sangat.

Al Fudlail bin ‘Iyadl telah berkata:”Para ulama’ yang fasiqdan orang–orang yang hafal Al-Qur’an telah mendatangi aku dan nanti pada hari kiamat mereka akan disiksa terlebih dahulu sebelum disiksanya orang yang menyembah berhala”.

Al Hasan al Basri telah berkata: ”Siksaan ilmu pengetahuan adalah hati yang mati, kemudian ia ditanya: “Apa yang dimaksud dengan hati yang mati?.Ia menjawab: “Matinya hati adalah mencari harta dunia dengan menggunakan perbuatan-perbuatan akhirat”.[alkhoirot.org]
LihatTutupKomentar