Baligh dan Hukumnya

Baligh dan Hukumnya menjelaskan kebalighan murohiq (anak yang mendekati masa dewasa ) dan anak yang sebayanya. Tanda-tanda baligh ada tiga
Baligh dan Hukumnya
Nama kitab: Terjemah Kitab Kasyifatus Saja Syarah Safinatun Naja
Judul kitab asal: Kasyifat al-Saja Syarah Safinat al-Naja (كاشفة السجا شرح سفينة النجا)
Ejaan lain: Kashifa al-Saja, Kasyifah As-Saja, Kashifat Al-Saja Pengarang: Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi
Nama yang dikenal di Arab: محمد بن عمر بن عربي بن علي نووي الجاوي أبو عبد المعطي
Kelahiran: 1813 M, Kecamatan Tanara, Banten
Meninggal: 1897 M, Mekkah, Arab Saudi
Penerjemah: Muhammad Ihsan Ibnu Zuhri
Bidang studi: Fiqih mazhab Syafi'i

Daftar isi
  1. BAGIAN KELIMA: BALIGH
  2. A. Tanda-tanda Baligh
  3. B. Kewajiban Wali Anak
  4. Kembali ke Terjemah Kasyifatus Saja Syarah Safinatun Naja



BAGIAN KELIMA BALIGH


A. Tanda-tanda Baligh



فصل) في بيان بلوغ المراهق والمعصر

 

[Fasal] ini menjelaskan kebalighan murohiq (anak yang
mendekati masa dewasa atau hampir baligh) dan anak yang sebayanya.


(علامات البلوغ ثلاث في حق الأنثى واثنان في حق الذكر أحدها (تمام خمس عشرة
سنة) قمرية تحديدية باتفاق (في الذكر والأنثى) وابتداؤها من انفصال جميع البدن (و)
ثانيها (الاحتلام) أي الإمناء وإن لم يخرج المني من الذكر كأن أحس بخروجه فأمسكه
وسواء خرج من طريقه المعتاد أو غيره مع الانسداد الأصلي وسواء كان في نوم أو يقظة
بجماع أو غيره (في الذكر والأنثى لتسع سنين) قمرية تحديدية عند البيجوري والشربيني
والذي اعتمده ابن حجر وشيخ الإسلام أ ا تقريبية ونقل عبدالكريم عن الرملي أ ا
تقريبية في الأنثى وتحديدية في الذكر (و) ثالثها (الحيض في الأنثى لتسع سنين) تقريبية
بأن كان نقصها أقل من ستة عشر يوما ولو بلحظة وأما حبلها فليس بلوغا بل علامة
على بلوغها بالإمناء قبله وأما الخنثى فحكمه أنه إن أمنى من ذكره وحاض من فرجه
حكم ببلوغه فإن وجد أحدهما أو كلاهما من أحد فرجيه فلا يحكم ببلوغه

 

[Tanda-tanda baligh ada 3/tiga] bagi perempuan dan ada
2/dua bagi laki-laki, yaitu;

Pertama adalah [genap berusia 15 tahun] Qomariah [bagi
laki-laki dan perempuan.] Hitungan usia tersebut dimulai dari
terpisahnya seluruh tubuh manusia setelah dilahirkan.

[Dan] kedua adalah [ihtilaam,] maksudnya mengeluarkan
sperma, meskipun sperma tersebut tidak keluar secara nyata dari
dzakar, misalnya; murohiq merasakan keluarnya sperma, kemudian
ia menahannya; baik sperma itu keluar dari jalur biasa atau keluar
dari jalur tidak biasa dengan syarat ketika jalur biasa tertutup asli
sejak lahir; baik sperma itu keluar saat tidur atau sadar; baik sperma
itu keluar karena jimak atau lainnya.

Ihtilam sebagai tanda baligh berlaku [bagi laki-laki dan
perempuan ketika masing-masing telah berusia 9/sembilan
tahun] Qomariah, maksudnya, 9 tahun genap pas (tahdidiah) sesuai
hitungan hari seperti pendapat menurut Baijuri dan Syarbini.
Sedangkan pendapat yang dipedomani oleh Ibnu Hajar dan Syaikhul
Islam adalah berusia hampir 9 tahun (taqribiah). Abdul Karim
mengutip dari Romli bahwa usia 9 tahun yang dimaksud adalah
hampir 9 tahun bagi perempuan (taqribiah) dan genap 9 tahun secara
pas (tahdidiah) bagi laki-laki.

[Dan] ketiga adalah [haid bagi perempuan ketika ia
berusia 9/sembilan tahun] kurang lebih atau hampir, sekiranya
waktu kurangnya dari 9 tahun tersebut adalah lebih sedikit daripada
16 hari24.

Adapun kehamilan perempuan bukanlah termasuk tanda
kebalighannya, tetapi tanda balighnya adalah karena keluarnya
sperma sebelum hamil.
 

Adapun khuntsa,25 apabila ia mengeluarkan sperma dari
dzakarnya dan juga mengeluarkan haid dari farjinya maka baru
dihukumi baligh. Apabila ditemukan mengeluarkan sperma saja atau
 

24 Apabila ada seorang perempuan mengeluarkan darah pada
usianya 9 tahun kurang 15 hari, atau 14 hari, atau 13 hari, maka darah
tersebut dihukumi sebagai darah haid dan perempuan itu telah baligh.
Berbeda apabila ada seorang perempuan mengeluarkan darah pada
usianya 9 tahun kurang 16 hari, atau 17 hari, atau 18 hari, maka darah
tersebut dihukumi darah istihadhoh, bukan darah haid, dan perempuan itu
belum dihukumi baligh.
 

25 Khuntsa musykil adalah orang yang memiliki alat kelamin laki-laki
dan alat kelamin perempuan, atau tidak memiliki kedua-duanya sama
sekali. mengeluarkan haid saja, atau ditemukan mengeluarkan sperma dan
juga mengeluarkan darah haid dari salah satu kelaminnya, entah itu
dzakar atau farjinya, maka ia belum dihukumi baligh.


B. Kewajiban Wali Anak



وإنما ذكر المصنف أول مسألة في الفقه علامات البلوغ لأن مناط التكليف على البالغ
دون الصبي والصبية لكن يجب على سبيل فرض الكفاية على أصلهما الذكور والإناث
أن يأمرهما بالصلاة وما تتوقف عليه كوضوء ونحوه بعد استكمالهما سبع سنين إذا ميزا
وحد التمييز هو أن يصيرا بحيث يأكلان وحدهما ويشربان وحدهما ويستنجيان وحدهما
فلا يجب الأمر إذا ميزا قبل السبع بل يسن وأن يأمرهما أيضا بشرائع الدين الظاهرة نحو
الصوم إذا أطاقا

Alasan Syeh Salim bin Sumair al-Khadromi menjelaskan
tanda-tanda baligh di awal pembahasan Fiqih karena tuntutan hukum
atau taklif dibebankan atas orang baligh, bukan shobi (anak kecil
laki-laki) atau shobiah (anak kecil perempuan). Namun, diwajibkan
secara fardhu kifayah atas orang tua shobi atau shobiah, baik bapak
atau ibu, untuk memerintahkan mereka berdua melakukan sholat dan
melakukan apa yang menjadi syarat sahnya sholat, seperti; wudhu
dan selainnya, setelah mereka berdua berusia genap 7 tahun dengan
syarat ketika mereka berdua telah tamyiz. Batasan tamyiz adalah
ketika shobi dan shobiah dapat makan sendiri, minum sendiri, dan
cebok atau istinjak sendiri.

Dengan demikian tidak diwajibkan secara fardhu kifayah
atas orang tua untuk memberikan perintah apa yang telah disebutkan
ketika shobi atau shobiah telah tamyiz sebelum berusia 7 tahun,
tetapi disunahkan memerintah mereka berdua.
Begitu juga, diwajibkan secara fardhu kifayah atas orang tua
untuk memerintahkan shobi dan shobiah melakukan syariat-syariat
dzohir agama, seperti berpuasa Ramadhan, ketika mereka berdua
telah kuat atau mampu.

ولا بد مع صيغة الأمر من التهديد كأن يقول لهما صليا وإلا ضربتكما

 

Dalam memberikan perintah kepada shobi atau shobiah,
orang tua wajib menggunakan pernyataan perintah yang disertai
menakut-nakuti, seperti; wali berkata kepada mereka berdua,
“Sholatlah! Jika kalian tidak sholat maka aku akan memukul kalian
berdua.”

وأن يعلمهما أن النبي صلى الله عليه وسلّم ولد بمكة وأرسل فيها ومات في المدينة ودفن فيها

Begitu juga diwajibkan atas orang tua untuk mengajari shobi
dan shobiah tentang bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallama dilahirkan dan diutus di Mekah, wafat dan dikuburkan di
Madinah.

ويجب أيضا أن يضر ما على ترك ذلك ضربا غير مبرح في أثناء العاشرة بعد كمال
التسع لاحتمال البلوغ فيه
 

Orang tua juga wajib memukul shobi atau shobiah ketika
mereka meninggalkan perintah (sholat, wudhu, dan lain-lain) dengan
pukulan yang tidak menyakiti pada saat mereka berdua telah berusia
di tengah-tengah 10 tahun setelah genap usia 9 tahun karena
memungkinkannya terjadinya baligh saat itu.

وللمعلم أيضا الأمر لا الضرب إلا بإذن الولي، ومثله الزوج في زوجته فله الأمر لا
الضرب إلا بإذن الولي والسواك كالصلاة في الأمر والضرب

Bagi mu’allim atau guru didik diperbolehkan memberi
perintah sholat dan syariat-syariat dzhohir dari agama kepada shobi
dan shobiah, tetapi ia tidak boleh memukul mereka berdua ketika
mereka meninggalkan perintah kecuali apabila dapat izin dari wali.
Seorang suami diperbolehkan memberi perintah sholat dan
lain-lainnya kepada istri, tetapi suami tidak boleh memukul istri
ketika istri meninggalkan perintahnya tersebut, kecuali apabila suami
telah mendapat izin dari wali.
Siwakan adalah seperti sholat dalam segi hukum wajib
secara fardhu kifayah atas orang tua untuk memerintahkan shobi dan
shobiah untuk melakukannya dan memukul mereka ketika mereka
meninggalkannya.

وحكمة ذلك التمرين على العبادة ليعتادها فلا يتركها إن شاء الله تعالى

Hikmah memberi perintah dan memukul shobi dan shobiah
di atas adalah agar mereka terlatih melakukan ibadah sehingga
mereka akan terbiasa dan tidak meninggalkannya, Insya Allah
Ta’aala.


واعلم) أنه يجب على الآباء والأمهات على سبيل فرض الكفاية تعليم أولادهم الطهارة
والصلاة وسائر الشرائع ومؤنة تعليمهم في أموالهم إن كان لهم مال فإن لم يكن ففي
مال آبائهم فإن لم يكن ففي مال أمها م، فإن لم يكن ففي بيت المال فإن لم يكن
فعلى أغنياء المسلمين

 

(Ketahuilah!) Sesungguhnya diwajibkan atas para bapak dan
ibu (mencakup kakek-nenek dan seatasnya) secara fardhu kifayah
untuk mengajari anak-anak mereka tentang thoharoh, sholat, dan
ibadah-ibadah lain. Masalah biaya mengajari diambilkan dari harta
anak-anak tersebut jika memang mereka memilikinya. Namun,
apabila anak-anak tidak memiliki harta maka biaya mengajari
diambilkan dari harta para bapak. Apabila para bapak tidak memiliki
harta maka biaya mengajari anak-anak diambil dari harta para ibu.
Apabila para ibu juga tidak memiliki harta maka biaya mengajari
mereka diambilkan dari baitul maal. Apabila baitul maal tidak ada
biaya maka biaya mengajari mereka diambilkan dari harta para
muslimin yang kaya.

(فائدة إذا قيل لك لم وجب على الصبي غرامة المتلفات وقد قال العلماء برفع القلم
عنه؟ قلت الأقلام ثلاثة قلم الثواب وقلم العقاب وقلم المتلفات فقلم الثواب مكتوب له
وقلم العقاب مرفوع عنه وقلم المتلفات مكتوب عليه ومنها الدية وكذلك ا نون والنائم
إلا أن قلم الثواب والعقاب مرفوعان عنهما وأما القصاص والحد فلا يجبان عليهم لعدم
التزامهم للأحكام قال صلى الله عليه وسلّم رفع القلم عن ثلاثة عن النائم حتى يستيقظ
وعن الصبي حتى يحتلم وعن ا نون حتى يعقل أخرجه أبو داود والترمذي
 

[FAEDAH]

Ketika kamu ditanya, “Mengapa shobi wajib menanggung
ganti atas barang-barang harta yang ia rusakkan, padahal para ulama
berkata, ‘Pena atau qolam tuntutan hukum dihilangkan dari diri
shobi’?” maka jawablah, “Pena atau qolam dibagi menjadi tiga, yaitu
qolam pahala, qolam dosa, dan qolam menanggung ganti atas
barang-barang harta yang dirusakkan. Qolam pahala ditetapkan bagi
shobi. Qolam dosa dihilangkan dari shobi. Dan Qolam menanggung
ganti ditetapkan atas shobi. Termasuk menanggung ganti atas
barang-barang yang dirusakkan adalah diyat (denda). Sama dengan
shobi adalah orang gila dan orang tidur, hanya saja bagi mereka
berdua, qolam pahala dan qolam dosa dihilangkan dari mereka.”
Adapun qishos dan had maka tidak wajib atas mereka, yakni;
shobi, orang gila, dan orang tidur, karena mereka tidak memiliki
kesanggupan memenuhi hukum-hukum syariat (sebab belum baligh,
gila, dan tidur). Rasulullah Muhammad shollallahu ‘alaihi wa
sallama bersabda, “Pena atau qolam tuntutan hukum dihilangkan
dari orang tidur sampai ia sadar, dari shobi sampai ia mengeluarkan
sperma, dan dari orang gila sampai ia sembuh akalnya.” Hadis ini
diriwayatkan oleh Abu Daud dan Turmudzi .


فالمراد بالقلم قلم التكليف دون قلم الضمان لأنه من خطاب الوضع فيجب ضمان المتلفات والدية عليهم من مالهم بخلاف القصاص والحد


Yang dimaksud dengan istilah pena atau qolam adalah pena
taklif atau pena tuntutan menyanggupi hukum-hukum syariat, bukan
pena tuntutan menanggung tanggungan (dhoman) karena pena
tuntutan menanggung tanggungan merupakan khitob wadh’i (yang
tidak terpengaruhi oleh lupa dan bodoh) sehingga menanggung ganti
atas barang-barang yang dirusakkan dan diyat diwajibkan atas shobi,
orang gila, dan orang tidur dengan harta mereka. Berbeda dengan
qishoh dan had maka tidak wajib atas mereka.

LihatTutupKomentar