Rukun-Rukun Iman

Rukun-Rukun Iman Rukun-rukun Iman ada 6 enam Iman menurut bahasa berarti membenarkan secara mutlak, baik membenarkan berita yang dibawa oleh Rasululla
Rukun-Rukun Iman

 BAGIAN KETIGA RUKUN-RUKUN IMAN

Nama kitab: Terjemah Kitab Kasyifatus Syaja Syarah Safinatun Naja
Judul kitab asal: Kasyifat al-Saja Syarah Safinat al-Naja (كاشفة السجا شرح سفينة النجا)
Pengarang: Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi
Nama yang dikenal di Arab: محمد بن عمر بن عربي بن علي نووي الجاوي أبو عبد المعطي
Kelahiran: 1813 M, Kecamatan Tanara, Banten
Meninggal: 1897 M, Mekkah, Arab Saudi
Penerjemah:
Bidang studi: Fiqih

Daftar isi
  1. BAGIAN KETIGA: RUKUN-RUKUN IMAN
  2. Pendahuluan
  3. Pengertian Iman
  4. Tingkatan-tingkatan Keimanan
  5. A. Iman kepada Allah
  6. B. Iman kepada Malaikat
  7. C. Iman kepada Kitab-kitab Allah
  8. 1. Lembaran-lembaran Ibrahim
  9. 2. Lembaran-lembaran Musa
  10. D. Iman kepada Para Rasul
  11. E. Iman kepada Hari Akhir
  12. F. Iman kepada Qodar
  13. Dalil Naqli Rukun-rukun Islam dan Iman
  14. Kembali ke Terjemah Kasyifatus Saja Syarah Safinatun Naja
BAGIAN KETIGA: RUKUN-RUKUN IMAN


Pendahuluan

فصل) في بيان جميع ما وجب به الإيمان والبراهين الدالة على حقيقة الإيمان

Fasal ini menjelaskan tentang segala sesuatu yang wajib diimani dan
dalil-dalil yang menunjukkan hakikat keimanan.

أركان الإيمان ستة) فإضافة الأركان من إضافة المتعلق بفتح اللام إلى المتعلق بكسرها أي
جميع ما وجب الإيمان به، والبراهين الدالة على حقيقة الإيمان ستة لأن الإيمان الذي هو
التصديق القلبي يتعلق بمعنى يتمسك بذلك

[Rukun-rukun Iman ada 6/enam.] Mengidhofahkan lafadz
أرْكَان‘ ’ pada lafadz ‘ الإِيْمَان ’ merupakan pengidhofahan muta’allaq (makna
yang dihubungi) pada muta’alliq (makna yang berhubungan dengan).
Maksudnya adalah semua perkara yang wajib diimani dan dalil-dalil
yang menunjukkan hakikat keimanan ada 6 (enam), karena iman
yang berarti membenarkan dengan hati memiliki hubungan dengan
makna yang mana iman tersebut berpedoman pada makna semua
perkara itu dan dalil-dalil itu.
 

Pengertian Iman

فالإيمان لغة مطلق التصديق سواء كان بما جاء به النبي أو بغيره وشرعا التصديق بجميع
ما جاء به النبي صلى الله عليه وسلّم مما علم من الدين بالضرورة لا مطلقا ومعنى
التصديق هو حديث النفس التابع للجزم سواء كان الجزم عن دليل ويسمى معرفة أو
عن تقليد ومعنى حديث النفس أن تقول تلك النفس أي القلب :رضيت بما جاء به
النبي صلى الله عليه وسلّم


Iman menurut bahasa berarti membenarkan secara mutlak,
baik membenarkan berita yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad
atau membenarkan selainnya. Sedangkan menurut istilah syara’,
pengertian iman adalah membenarkan semua yang dibawa oleh
Rasulullah Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallama, yaitu semua
perkara yang diketahui secara dhorurot atau pasti dari agama.9

Maksud membenarkan disini adalah omongan hati yang
mengarah pada kemantapan, baik kemantapan itu dihasilkan dari
dalil, yang disebut dengan ma’rifat (mengetahui), atau dihasilkan
dari tanpa dalil, yang disebut taqlid (mengikuti).
Maksud omongan hati adalah sekiranya hatimu berkata,
“Aku meridhoi semua perkara agama yang dibawa oleh Rasulullah
Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallama.”

Tingkatan-tingkatan Keimanan

غرة) مراتب الإيمان خمسة أولها إيمان تقليد وهو الجزم بقول الغير من غير أن يعرف
دليلا وهو يصح إيمانه مع العصيان بتركه النظر أي الاستدلال إن كان قادرا على الدليل
ثانيها إيمان علم وهو معرفة العقائد بأدلتها وهذا من علم اليقين وكلا القسمين
صاحبهما محجوب عن ذات الله تعالى ثالثها إيمان عيان وهو معرفة الله بمراقبة القلب فلا
يغيب ربه عن خاطره طرفة عين بل هيبته دائما في قلبه كأنه يراه وهو مقام المراقبة
ويسمى عين اليقين رابعها إيمان حق وهو رؤية الله تعالى بقلبه وهو معنى قولهم العارف
يرى ربه في كل شيء وهو مقام المشاهدة ويسمى حق اليقين وصاحبه محجوب عن
الحوادث وخامسها إيمان حقيقة وهو الفناء بالله والسكر بحبه فلا يشهد إلا إياه كمن
غرق في بحر ولم ير له ساحلا 9 

Pengertian perkara agama yang diketahui secara dhorurot adalah
sekiranya perkara agama tersebut diketahui oleh orang awam atau orang
khusus.

[GHURROH] 

Tingkatan-tingkatan keimanan ada 5 (lima),
yaitu;

1 Iman Taqlid, yaitu mantap dengan ucapan orang lain tanpa
mengetahui dalil. Orang yang memiliki tingkatan keimanan ini
dihukumi sah keimanannya tetapi berdosa karena ia
meninggalkan mencari dalil apabila ia mampu untuk
menemukannya.

2 Iman ‘Ilmi, yaitu mengetahui akidah-akidah beserta dalildalilnya.
Tingkatan keimanan ini disebut ilmu yaqin.
Masing-masing orang yang memiliki keimanan tingkat [1] dan

[2] termasuk orang yang terhalang jauh dari Dzat Allah Ta’aala.
3 Iman ‘Iyaan, yaitu mengetahui Allah dengan pengawasan hati.
Oleh karena itu, Allah tidak hilang dari hati sekedip mata pun
karena rasa takut kepada-Nya selalu ada di hati, sehingga seolaholah
orang yang memiliki tingkatan keimanan ini melihat-Nya di
maqom muroqobah (derajat pengawasan hati). Tingkat keimanan
ini disebut dengan Ainul Yaqin.

4 Iman Haq, yaitu melihat Allah dengan hati. Tingkatan keimanan
ini adalah pengertian dari perkataan ulama, “Orang yang
makrifat Allah dapat melihat-Nya dalam segala sesuatu.”
Tingkat keimanan ini berada di maqom musyahadah dan disebut
dengan haq al-yaqiin. Orang yang memiliki tingkatan keimanan
ini adalah orang yang terhalang jauh dari selain Allah.

5 Iman Hakikat, yaitu sirna bersama Allah dan mabuk karena cinta
kepada-Nya. Oleh karena itu, orang yang memiliki tingkatan
keimanan ini hanya melihat Allah seperti orang yang tenggelam
di dalam lautan dan tidak melihat adanya tepi pantai sama sekali.

والواجب على الشخص أحد القسمين الأولين، وأما الثلاثة الأخر فعلوم ربانية يخص ا
من يشاء من عباده

Tingkatan keimanan yang wajib dicapai seseorang adalah
tingkatan nomer [1] dan [2]. Sedangkan tingkatan keimanan nomer

[3], [4], dan [5] merupakan tingkatan-tingkatan keimanan yang
dikhususkan oleh Allah untuk para hamba-Nya yang Dia kehendaki.
 

A. Iman Kepada Allah

أحدها (أن تؤمن بالله) بأن تعتقد على التفصيل أن الله تعالى موجود قديم باق مخالف
للحوادث مستغن عن كل شيء واحد قادر مريد عالم سميع بصير متكلم وعلى الإجمال
أن لله كمالات لا تتناهى

Rukun iman yang pertama adalah bahwa [kamu beriman
kepada Allah] sekiranya kamu meyakini secara tafsil (rinci) bahwa
sesungguhnya Allah itu Yang Maha Ada (maujud), Dahulu (qodim),
Kekal (baqi), Berbeda dengan makhluk (mukholif lil hawadis), Tidak
membutuhkan siapa dan apapun (mustaghnin ‘an kulli syaik), Esa
(wahid), Kuasa (qodir), Berkehendak (murid), Mengetahui (‘alim),
Mendengar (samik), Melihat (bashir), Berfirman (mutakallim), dan
kamu meyakini secara ijmal (global) bahwa sesungguhnya Allah
memiliki kesempurnaan yang tiada batas.

واعلم أن الموجودات بالنسبة للاستغناء عن المحل والمخصص وعدمه أربعة الأول ما لا
يفتقر لهما معا وهو ذات الله الثاني عكسه وهو صفات الحوادث الثالث ما يقوم بمحل
دون المخصص وهو صفة الباري أي الذي يخلق الخلق ويظهرهم من العدم الرابع عكسه
وهو ذات المخلوقين

Ketahuilah! Sesungguhnya segala sesuatu yang wujud dilihat
dari sisi butuh atau tidak butuhnya pada tempat (mahal) dan yang
mewujudkan (mukhossis) dibagi menjadi 4 (empat), yaitu;
 

1 Sesuatu yang tidak membutuhkan mahal dan juga mukhossis,
yaitu Dzat Allah.
 

2 Sesuatu yang membutuhkan mahal dan juga mukhossis, yaitu
sifat-sifat makhluk.

3 Sesuatu yang menempati mahal tanpa adanya mukhossis, yaitu
sifat10 Allah al-Bari, yaitu Allah Yang menciptakan makhluk dan
mewujudkan mereka dari keadaan tidak ada menjadi ada.


4 Sesuatu yang membutuhkan mukhossis, bukan mahal, yaitu dzat
makhluk.

فائدة) من ترك أربع كلمات كمل إيمانه أين وكيف ومتى وكم فإن قال لك قائل أين الله؟ فجوابه ليس في مكان ولا يمر عليه زمان وإن قال لك كيف الله؟ فقل ليس كمثله شيء وإن قال لك متى الله؟ فقل له أول بلا ابتداء وآخر بلا انتهاء وإن قال لك قائل كم الله؟ فقل له واحد لا من قلة قل هو الله أحد

[FAEDAH]

Barang siapa meninggalkan 4 (empat) kata ini maka imannya
telah sempurna, yaitu dimana, bagaimana, kapan, dan berapa.
Apabila ada orang bertanya kepadamu, “Dimana Allah?” maka
jawabnya adalah “Allah tidak bertempat dan tidak mengalami
perjalanan waktu.” Apabila ada orang bertanya kepadamu,
“Bagaimana Allah?” maka jawabnya adalah “Allah tidak sama
dengan sesuatu apapun.” Apabila orang kepadamu, “Kapan Allah itu
ada?” maka jawabnya adalah “Allah ada tanpa permulaan dan tidak
akan pernah berakhir.” Apabila ada orang bertanya kepadamu,
“Berapakah Allah itu?” maka jawabnya adalah “Allah adalah Satu
yang bukan dari hal sedikit. Katakanlah (Hai Muhammad)! Dialah
Allah Yang Maha Satu.11

10 Sifat Allah membutuhkan mahal atau tempat karena sifat tidak
dapat berdiri sendiri kecuali apabila bertempat. Sedangkan sifat Allah
bertempat pada mahal dimana yang dimaksud dengan mahal adalah Dzat
Allah.


11 QS. Al-Ikhlas:1

B. Iman Kepada Malaikat

(و) ثانيها أن تؤمن (بملائكته) بأن تعتقد أ م أجسام نورانية لطيفة ليسوا ذكورا ولا إناثا ولا خناثى لا أب لهم ولا أم لهم صادقون فيما أخبروا به عن الله تعالى لا يأكلون ولا
يشربون ولا يتناكحون ولا يتوالدون ولا ينامون ولا تكتب أعمالهم لأ م الكتاب ولا
يحاسبون لأ م الحساب ولا توزن أعمالهم لأ م لا سيئات لهم ويحشرون مع الجن
والإنس يشفعون في عصاة بني آدم ويراهم المؤمنون في الجنة ويدخلون الجنة ويتناولون
النعمة فيها بما شاء الله لكن قال أحمد السحيمي :وجاء عن مجاهد ما يقتضي أ م لا
يأكلون فيها ولا يشربون ولا ينكحون وأ م يكونون كما كانوا في الدنيا وهذا يقتضي
أن الحور والولدان كذلك اه
 

Rukun iman yang kedua adalah [kamu beriman kepada para malaikat Allah,] sekiranya kamu meyakini bahwa mereka
adalah materi-materi cahaya yang tidak berkelamin laki-laki,
perempuan, atau khuntsa dan yang tidak memiliki bapak dan ibu,
yang benar dalam berita yang mereka sampaikan dari Allah, yang
tidak makan, tidak minum, tidak menikah, tidak melestarikan
keturunan, tidak tidur, tidak ditulis amal-amalnya karena mereka
adalah yang menulis, tidak dihisab dan tidak ditimbang amal-amal
mereka karena mereka tidak memiliki amal-amal jelek, yang akan
dikumpulkan bersama golongan jin dan manusia, yang dapat
memberikan syafaat kepada mereka yang durhaka dari anak cucu
Adam dan melihat orang-orang mukmin di dalam surga, yang masuk
surga, yang menikmati kenikmatan di surga dengan kenikmatan yang
sesuai kehendak Allah, tetapi Ahmad Suhaimi berkata, “Telah
diriwayatkan dari Mujahid tentang suatu riwayat yang menunjukkan
bahwa para malaikat tidak makan, tidak minum, dan tidak menikah
di dalam surga, dan tentang riwayat yang menunjukkan bahwa
mereka akan dalam keadaan seperti mereka ada di dunia. Riwayat ini
juga menunjukkan bahwa bidadari surga dan anak-anak kecil surga
tidak makan, tidak minum, dan seterusnya di dalam surga.”

ويموتون بالنفخة الأولى إلا حملة العرش والرؤساء الأربعة فإ م يموتون بعدها أما قبلها فلا يموت أحد منهم

Para malaikat akan mati saat tiupan pertama terompet Isrofil
kecuali malaikat Hamalatu al-‘Arsy (penggotong ‘Arsy) dan 4
(empat) pembesar mereka, yaitu Jibril, Mikail, Isrofil, dan Izroil.
Adapun mereka yang dikecualikan ini akan mati setelah tiupan
pertama selesai. Adapun sebelum tiupan terompet pertama maka
tidak ada satupun malaikat yang mati.

فيجب الإيمان بأ م بالغون في الكثرة إلى حد لا يعلمه إلا الله تعالى على الإجمال إلا
من ورد تعيينه باسمه المخصوص أو نوعه فيجب الإيمان م تفصيلا فالأول كجبريل
وميكائيل وإسرافيل وعزرائيل ومنكر ونكير ورضوان ومالك ورقيب وعتيد ورومان والثاني
كحملة العرش والحفظة والكتبة

Wajib beriman secara global bahwa para malaikat itu ada
dan mencapai jumlah batas yang tidak dapat diketahui kecuali oleh
Allah, dan wajib mengimani mereka yang nama-nama mereka
disebutkan dan ditentukan atau yang jenis-jenis mereka ditentukan.
Malaikat yang nama-nama mereka disebutkan dan
ditentukan adalah Jibril, Mikail, Isrofil, Izroil, Munkar, Nakir,
Ridwan, Malik, Roqib, Atid, dan Ruman12.

Malaikat yang jenis-jenis mereka ditentukan adalah malaikat
Hamalatu al-‘Arsy, malaikat al-Khafadzoh,13 dan malaikat al-
Katabah.

12 Ruman adalah malaikat yang mendatangi mayit di dalam kubur
sebelum Munkar dan Nakir mendatanginya.

13 Malaikat al-Khafidzun (para penjaga) dibagi menjadi dua, yaitu al-
Khafidzun yang menjaga hamba dari bahaya dan al-Khafidzun yang
menjaga apa yang keluar dari hamba, seperti; ucapan, perbuatan, dan
keyakinan.

قال أحمد القليوبي واعلم أن جبريل أفضل الملائكة مطلقا حتى من إسرافيل على الأصح
قال الجلال السيوطي وإنه يحضر موت من يموت على وضوء قال بعضهم وأفضل
الملائكة جبريل ثم إسرافيل وقيل عكسه ثم مكيائيل ثم ملك الموت وقال الفخر الرازي
أفضل الملائكة مطلقا حملة العرش والحافظون به ثم جبريل ثم إسرافيل ثم ميكائيل ثم ملك
الموت ثم ملائكة الجنة فملائكة النار ثم الموكلون بأولاد آدم ثم الموكلون بأطراف العالم
وقال الغزالي أقرب العباد إلى الله تعالى وأعلاهم درجة إسرافيل ثم بقية الملائكة ثم الأنبياء
ثم العلماء العاملون ثم السلاطين العادلون ثم الصالحون انتهى وأنت خبير بأنه لا يلزم من
القرب التفضيل فالوجه تقديم جبريل على إسرافيل انتهى قول القليوبي

1. Malaikat al-Khafidzun yang menjaga hamba dari bahaya ada 10 di
malam hari, dan 10 di siang hari.

Tobari meriwayatkan dari jalur Kinanah al-Adawi bahwa Usman
bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama
tentang jumlah malaikat yang ditugaskan menjaga manusia.
Rasulullah menjawab, “Se ap manusia dijaga oleh 10 malaikat di
malam hari dan 10 malaikat di siang hari. 1 (satu) malaikat berada
di sisi kanannya. 1 (satu) malaikat berada di sisi kirinya. 1 (satu)
malaikat berada di depannya. 1 (satu) malaikat berada di
belakangnya. 2(dua) malaikat berada di dua sampingnya. 1 (satu)
malaikat memegang ubung-ubunnya yang apabila hamba bersikap
tawadhuk maka malaikat mengangkatnya dan apabila hamba
bersikap sombong maka malaikat merendahkannya. 2 (dua)
malaikat berada di kedua bibirnya, 2 malaikat ini hanya menjaga
sholawat Nabi bagi hamba. Dan 1 (satu) malaikat lagi menjaganya
dari ular agar tidak masuk ke dalam mulutnya ketika ia tidur.

2. Malaikat al-Khafidzun yang menjaga apa yang keluar dari diri
hamba, seper ucapan, perbuatan, dan keyakinan, ada 2 (dua),
yaitu Malaikat Roqib dan Atid. Masing-masing dari 2 malaikat ini
bisa disebut dengan Roqib dan juga bisa disebut dengan Atid.
Tidak seperti orang-orang yang salah paham kalau yang satu
bernama Roqib dan yang satunya lagi bernama Atid.
Demikian ini terkutip dari Cahaya Kegelapan; Terjemahan Nur ad-Dzolam
Nawawi oleh Ihsan ibnu Zuhri. Hal. 96-98.

Ahmad Qulyubi berkata;
Ketahuilah! Sesungguhnya Jibril adalah malaikat yang paling utama
secara mutlak, bahkan lebih utama daripada Isrofil, sebagaimana
menurut pendapat ashoh.
Jalal Suyuti berkata, “Jibril akan ikut menghadiri orang yang mati
yang masih dalam keadaan masih menanggung wudhu (belum
hadas).”

Sebagian ulama berkata, “Malaikat yang paling utama secara urutan,
mereka adalah Jibril, kemudian Isrofil, (ada yang mengatakan Isrofil
dulu, kemudian Jibril), kemudian Mikail, kemudian Malaikat Maut
(Izroil).”

Fahrurrozi berkata, “Malaikat yang paling utama secara mutlak
adalah malaikat Hamalatu al-‘Arsy dan malaikat al-Hafadzoh,
kemudian Jibril, kemudian Isrofil, kemudian Mikail, kemudian
Malaikat Maut, kemudian malaikat surga, kemudian malaikat neraka,
kemudian malaikat yang dipasrahi untuk anak-anak Adam, dan
kemudian malaikat yang dipasrahi bertugas untuk mengatur setiap
ujung alam semesta.”

Ghazali berkata, “Hamba-hamba Allah yang paling dekat dengan-
Nya dan yang paling luhur derajatnya adalah Isrofil, kemudian
malaikat-malaikat lain, kemudian para nabi, kemudian para ulama
yang mengamalkan ilmunya, kemudian para pemimpin yang adil,
kemudian orang-orang yang sholih.”

Kamu adalah orang yang cermat bahwa yang dekat belum tentu yang
lebih diunggulkan. Pendapat wajhnya adalah mendahulukan Jibril
daripada Isrofil.”
Sampai sinilah perkataan Qulyubi berakhir.


C. Iman kepada Kitab-kitab Allah

و) ثالثها أن تؤمن ب(كتبه)

[Dan] rukun iman yang ketiga adalah kamu beriman [dengan Kitab-kitab Allah.]

معنى الإيمان بالكتب التصديق بأ ا كلام الله المنزل على رسله عليهم الصلاة والسلام
وكل ما تضمنته حق ونزولها بأن كانت مكتوبة على الألواح كالتوراة أو مسموعة من
السمع بالمشاهدة كما في ليلة المعراج أو من وراء حجاب كما وقع لموسى في الطور أو
من ملك مشاهد كما روي أن اليهود قالوا لرسول الله صلى الله عليه وسلّم ألا تكلم
الله وتنظر إليه إن كنت نبيا كما كلمه موسى ونظر إليه فقال لم ينظر موسى إلى الله
فنزل وما كان لبشر أن يكلمه الله إلا وحيا أو من وراء حجاب أو يرسل رسولا فيوحي
بإذنه ما يشاء (الشورى)

Pengertian beriman kepada Kitab-kitab Allah adalah
membenarkan bahwa Kitab-kitab itu merupakan Firman Allah yang
diturunkan kepada para rasul-Nya ‘alaihim as-sholatu wa assalaamu,
dan semua isi kandungannya adalah benar.
 

Kitab-Kitab itu diturunkan bisa dalam bentuk tertulis pada
papan-papan, seperti; Taurat, atau terdengar dengan telinga secara
langsung, seperti; dalam malam Mi’roj, atau terdengar dari balik
tabir, seperti yang terjadi pada Musa di Gunung Thursina, atau
terdengar dari malaikat secara langsung, seperti yang diriwayatkan
bahwa kaum Yahudi berkata kepada Rasulullah Muhammad
shollallahu ‘alaihi wa sallam, “Sebaiknya kamu berbicara langsung
kepada Allah dan melihat-Nya jika kamu seorang nabi sebagaimana
Musa berbicara dengan-Nya dan melihat-Nya.” Kemudian
Rasulullah Muhammad menjawab, “Musa tidaklah melihat Allah.”
Kemudian diturunkan ayat, “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun
bahwa Allah berkata-kata dengannya kecuali dengan perantara
wahyu atau dari balik tabir atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya …”14

قال السحيمي في تفسير ذلك أي ما صح لبشر أن يكلمه الله إلا أن يوحي إليه وحيا أي كلاما خفيّا يدرك بسرعة كما سمع إبراهيم في المنام أن الله يأمرك بذبح ولدك وكما ألهمت أم موسى أن تقذفه في البحر أو من وراء حجاب أو أن يرسل رسولا أي ملكا جبريل فيكلم الرسول أي المرسل إليه بأمر ربه ما يشاء

Suhaimi berkata dalam menafsiri ayat di atas, “Tidaklah sah
bagi seorang manusia diajak berbicara oleh Allah kecuali
diwahyukan kepadanya sebuah wahyu, yaitu sebuah kalimat samar
yang diketahui dengan cepat seperti yang didengar oleh Ibrahim
dalam mimpi, ‘Sesungguhnya Allah memerintahmu menyembelih
putramu’, dan seperti yang diilhamkan kepada Ibu Musa untuk
membuang Musa yang masih kecil di lautan, atau dari balik tabir
atau dengan mengutus seorang utusan, yaitu malaikat Jibril, ia
mengatakan dengan perintah Tuhannya apa yang Tuhannya
kehendaki kepada rasul yang ditemui Jibril.

فرع) قال سليمان الجمل وعن الحرث بن هشام أنه سأل النبي صلى الله عليه وسلّم
كيف يأتيك الوحي؟ فقال صلى الله عليه وسلّم أحيانا يأتيني في مثل صلصلة الجرس
وهو أشده علي فيفصم عني وقد وعيت ما قال وأحيانا يتمثل لي الملك رجلا فيكلمني
فأعي ما يقول والجرس بفتح الجيم والراء وهو ما يعلق على عنق الحمار وقوله فيفصم
عني أي ينفصل عني ويفارقني وقوله وعيت من باب وعى أي حفظت ما قال

[CABANG]

Sulaiman al-Jamal berkata dengan riwayat dari Harts bin
Hisyam, “Harts bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallama, ‘Bagaimana wahyu mendatangimu?’ Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa sallama, menjawab, ‘Terkadang wahyu mendatangiku

seperti bunyi lonceng yang keras, kemudian bunyi lonceng itu hilang
dan aku telah hafal apa yang dikatakannya. Terkadang wahyu
mendatangiku dengan dibawa oleh malaikat yang menjelma seorang
laki-laki, kemudian ia berkata kepadaku dan aku langsung hafal apa
yang ia katakan.’”

Lafadz ‘ الجرس ’ dalam hadis adalah dengan fathah pada huruf
jim / ج/ dan roo / ر/, yaitu sesuatu (lonceng) yang digantungkan di
leher hewan himar. Lafadz ‘ فيفصم ’ berarti ‘ ينفصل عنى ’ dan ‘ يفارقنى ’, yang
berarti memisahiku. Lafadz ‘ وعيت ’ adalah berasal dari bab lafadz ‘ ,’وعى
maksudnya aku telah menghafal apa yang ia katakan kepadaku.

14 QS.as-Syuuro: 51


والمراد بالكتب ما يشمل الصحف وقد اشتهر أ ا مائة وأربعة وقيل إ ا مائة وأربعة عشر
وقال السحيمي والحق عدم حصر الكتب في عدد معين فلا يقال إ ا مائة وأربعة فقط
لأنك إذا تتبعت أي فتشت الروايات تجدها تبلغ أربعة وثمانين ومائة
 

Yang dimaksud dengan Kitab-kitab adalah sesuatu yang
mencakup lembaran-lembaran. Telah masyhur bahwa jumlah Kitabkitab
yang diturunkan oleh Allah ada 104. Ada yang mengatakan Suhaimi berkata, “Yang benar adalah tidak perlu menentukan jumlah Kitab-kitab pada hitungan tertentu. Oleh karena itu tidak perlu dikatakan, ‘Kitab-Kitab itu ada 104 saja’, karena jika kamu mau meneliti riwayat-riwayat yang ada maka sesungguhnya Kitab-kitab itu mencapai .”

فيجب اعتقاد أن الله أنزل كتبا من السماء على الإجمال لكن يجب معرفة الكتب
الأربعة تفصيلا وهي التوراة لسيدنا موسى والزبور لسيدنا داود والإنجيل لسيدنا عيسى
والفرقان لخير الخلق سيدنا محمد صلى الله عليه وسلّم وعليهم أجمعين
 

Dengan demikian wajib meyakini secara global (ijmal)
bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan Kitab-kitab dari langit,
tetapi wajib mengetahui 4 (empat) Kitab secara tafshil (rinci), yaitu
Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Zabur yang diturunkan
kepada Nabi Daud, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa, dan al65
Furqon yang diturunkan kepada makhluk terbaik, yaitu Nabi kita,
Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallama wa ‘alaihim ajma’iin.

1. Lembaran-lembaran Ibrahim.

تتميم) روي من حديث أبي ذر قال قلت يا رسول الله فما كانت صحف إبراهيم؟
قال كانت كلها أمثالا منها أيها الملك المسلط المبتلي المغرور إني لم أبعثك لتجمع
الدنيا بعضها على بعض ولكن بعثتك لترد عني دعوة المظلوم فإني لا أردها ولو كانت
من فم كافر
 

[TATMIIM]

 
Diriwayatkan dari hadis Abu Dzar bahwa ia berkata, “Saya
berkata, ‘Wahai Rasulullah! Apa itu lembaran-lembaran Ibrahim?’
Rasulullah menjawab, ‘Semua lembaran-lembaran Ibrahim adalah
kalimat-kalimat perumpamaan. Di antaranya adalah; Hai pemimpin
yang telah dikuasai (oleh setan), yang ditimpa cobaan, dan yang
tertipu! Sesungguhnya Aku tidak mengutusmu untuk mengumpulkan
dunia, maksudnya mengumpulkan bagian dunia satu dengan
bagiannya yang lain, tetapi aku mengutusmu agar kamu bisa
menghentikan adanya doa orang-orang yang teraniaya karena Aku
tidak akan menolaknya meskipun doa itu keluar dari mulut orang
kafir.’”

ومنها وعلى العاقل أن يكون له ساعة يناجي فيها ربه عز وجل وساعة يحاسب فيها
نفسه وساعة يتفكر فيها صنع الله تعالى وساعة يخلو أي يتجرد فيها لحاجته من المطعم
والمشرب

Di antaranya lagi, “Wajib bagi orang yang berakal memiliki
(meluangkan) sebagian waktu untuk bermunajat kepada Tuhan-nya
azza wa jalla, dan memiliki sebagian waktu untuk mengintrospeksi
dirinya sendiri, dan memiliki sebagian waktu untuk bertafakkur
tentang ciptaan-ciptaan Allah, dan memiliki sebagian waktu untuk
memenuhi hajat makannya dan minumnya.”

ومنها وعلى العاقل أن لا يكون طامعا أي مؤملا إلا في ثلاث تزود لمعاد ومرمة لمعاش
ولذة في غير محرم .قوله مرمة بفتحات وتشديد الميم أي إصلاح

Di antaranya lagi, “Wajib bagi orang yang berakal untuk
tidak menjadi orang yang berangan-angan kecuali dalam tiga hal,
yaitu berangan-angan dalam mencari bekal untuk akhirat,
membaguskan kehidupan dunia/ekonomi, dan kenikmatan pada hal
yang tidak diharamkan.”

ومنها وعلى العاقل أن يكون بصيرا بزمانه مقبلا على شانه حافظا للسانه ومن عد
كلامه من عمله قل كلامه إلا فيما يعنيه بفتح أوله من باب رمى أي ما تتعلق عنايته
به كما قال ابن حجر في فتح المبين

Di antaranya lagi, “Wajib atas orang yang berakal untuk
waspada terhadap masa-masa (yang dilalui)-nya, menghadapi
keadaan (zaman)-nya, dan menjaga lisannya. Barang siapa
menghitung-hitung omongannya daripada amalnya maka
omongannya akan sedikit kecuali dalam jenis omongan yang
bermanfaat baginya,” maksudnya, hanya banyak omongan tentang
hal-hal yang bermanfaat baginya.


Lafadz ‘ يعنيه ’ adalah dengan fathah pada huruf awal, yaitu yaa
ي/ /. Lafadz tersebut termasuk dalam bab lafadz ‘ رَمَ ى ’, maksud
pengertiannya adalah omongan yang berhubungan dengan adanya
pertolongan bagi dirinya, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Hajar
dalam kitab Fathu al-Mubiin.


2. Lembaran-lembaran Musa

قال أبو ذر أيضا قلت يا رسول الله فما كانت صحف موسى؟ قال كانت كلها عبرا بكسر العين وفتح الباء جمع عبرة بسكو ا مثل سدر وسدرة أي مواعظ ومنها عجبت لمن أيقن بالموت كيف يفرح، عجبت لمن أيقن بالنار كيف يضحك، عجبت لمن يرى الدنيا وتقلبها بأهلها كيف يطمئن إليها عجبت لمن أيقن بالقدر ثم يتعب وفي نسخة كيف يغضب عجبت لمن أيقن بالحساب ثم لا يعمل

Abu Dzar juga berkata bahwa ia bertanya, “Wahai
Rasulullah! Apa itu lembaran-lembaran Musa?” Rasulullah
menjawab, “Lembaran-lembaran Musa mengandung nasehatnasehat.
Di antaranya adalah ‘Aku heran dengan orang yang
meyakini adanya kematian, bagaimana bisa ia merasa senangsenang?
Aku heran dengan orang yang meyakini adanya neraka,
bagaimana bisa ia tertawa-tawa? Aku heran dengan orang yang
melihat dunia dan melihat bagaimana dunia mengontang-antingkan
pengikutnya? Bagaimana ia bisa merasa tenang-tenang saja mengejar
dunia? Aku heran dengan orang yang meyakini adanya Qodar,
bagaimana bisa ia kok tidak terima atau marah dengan keadaan
(nasibnya)? Aku heran dengan orang yang meyakini adanya
penghitungan amal (hisab), bagaimana bisa ia tidak beramal?’”

وفي التوراة يا ابن آدم لا تخف من سلطان ما دام سلطاني باقيا وسلطاني باق لا ينفد
أبدا بفتح الفاء وبالدال المهملة أي لا يفنى ولا ينقطع يا ابن آدم خلقتك لعبادتي فلا
تلعب يا ابن آدم لا تخافن فوات الرزق ما دامت خزائني مملوءة وخزائني لا تنفد أبدا يا
ابن آدم خلقت السموات والأرض ولم أعي بخلقهن أيعييني رغيف واحد أسوقه إليك في
كل حين

 

Di dalam Taurat disebutkan;
Wahai anak cucu Adam! Janganlah takut dengan kekuasaan
seseorang selama kekuasaan-Ku masih tetap dan Kekuasaan-Ku akan
selalu tetap dan tidak akan sirna selama-lamanya.
Hai anak cucu Adam! Aku telah menciptakanmu agar kamu
beribadah kepada-Ku. Oleh karena itu, janganlah kamu bermainmain!

Hai anak cucu Adam! Janganlah kamu takut dengan rizki yang
sedikit selama gedung-gedung rizki-Ku itu penuh banyak. Dan
(sesungguhnya) gedung-gedung rizki-Ku itu tidak akan sirna/habis
selama-lamanya.


Wahai anak cucu Adam! Aku telah menciptakan langit dan bumi.
Aku tidaklah lemah dalam menciptakan semuanya. Apakah kamu
menganggap-Ku lemah untuk memberikan satu roti yang Aku
bagikan setiap waktu kepadamu?

وقوله أعى مضارع عي بكسر عين الفعل من باب تعب أي ولم أعجز ويعيى بضم
حرف المضارعة من أعيا الرباعي

Lafadz ‘ أعى ’ dalam perkataan Rasulullah merupakan bentuk
fi’il mudhorik dari fi’il madhi ‘ عيّ ’ dengan kasroh pada huruf ain fi’il,
yaitu termasuk bab lafadz ‘ تعِب ’, artinya adalah ‘ لم أعجز ’ atau Aku tidak
lemah. Sedangkan lafadz ‘ يُعيى ’ dengan dhommah pada huruf ya
mudhoroah ( ي) termasuk bab lafadz ‘ أعيا ’, yaitu fi’il ruba’i.

يا ابن آدم كما لا أطالبك بعمل غد فلا تطالبني برزق غد يا ابن آدم لي عليك فريضة
ولك علي رزق فإن خالفتني في فريضتي لم أخالفك في رزقك على ما كان منك يا ابن
آدم إن رضيت بما قسمته لك أرحت بدنك وقلبك وإن لم ترض بما قسمته لك سلطت
عليك الدنيا حتى تركض فيها كركض الوحش في البرية أي الصحراء، وعزتي وجلالي لا
ينالك منها إلا ما قسمته لك وأنت عندي مذموم

Hai anak cucu Adam! Sebagaimana Aku tidak menuntutmu dengan
amal besok, maka janganlah kamu menuntut-Ku dengan rizki besok!
Hai anak cucu Adam! Wajib atasmu melakukan kefardhuan untuk-
Ku dan wajib atas-Ku memberikan rizki kepadamu. Kemudian
apabila kamu tidak mentaati kefardhuan-Ku maka Aku tetap
memberimu rizki sesuai apa yang telah ditetapkan.

Hai anak cucu Adam! Apabila kamu ridho dengan apa yang telah
Aku bagikan untukmu maka sungguh kamu telah memuaskan
tubuhmu dan hatimu. Dan apabila kamu tidak ridho dengan apa yang
telah Aku bagikan untukmu maka Aku menguasakan dunia untuk
mengalahkanmu sehingga kamu akan bingung di dunia sebagaimana
binatang-binatang liar merasa bingung di lahan yang lapang. Demi
kemuliaan dan keagungan-Ku! Kamu tidak akan memperoleh dari
dunia kecuali apa yang telah Aku bagikan kepadamu dan kamu
disisi-Ku adalah orang yang tercela.”


D. Iman kepada Para Rasul

و) رابعها أن تؤمن ب(رسله) وهم أفضل عباد الله قال تعالى وكلا فضلنا على العالمين
بأن تعتقد ان الله تعالى أرسل للخلق رسلا رجالا لا يعلم عددهم إلا الله أولهم آدم
وخاتمهم وأفضلهم سيدنا محمد صلى الله عليه وسلّم وكلهم من نسل آدم عليه السلام
وأ م صادقون في جميع أقوالهم في دعوى الرسالة وفيما بلغوه عن الله تعالى وفي الكلام
العرفي نحو أكلت شربت وأ م معصومون من الوقوع في محرم أو مكروه وأ م مبلغون ما
أمروا بتبليغه للخلق وإن لم يكن أحكاما وأ م حاذقون بحيث يكون فيهم قدرة على
إلزام الخصوم ومحاججتهم وإبطال دعاويهم فهذه الصفات الأربعة تجب للمرسلين
 

[Dan] rukun iman yang keempat adalah kamu beriman kepada
[para rasul Allah.] Mereka adalah hamba-hamba Allah yang paling mulia.
Dia berfirman, “Masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat
(di masanya).”15

Cara mengimani mereka adalah dengan kamu meyakini bahwa
sesungguhnya Allah telah mengutus para rasul kepada makhluk. Mereka
adalah para laki-laki yang tidak diketahui jumlahnya kecuali hanya Allah
yang mengetahui. Rasul yang pertama kali adalah Adam dan yang terakhir
dan yang paling utama di antara mereka adalah pemimpin kita, Muhammad
shollallahu ‘alaihi wa sallama. Mereka semua berasal dari keturunan
Adam, ‘alaihi as-salaam. Mereka adalah orang-orang yang jujur dalam
berkata tentang pengakuan sebagai rasul, dan yang jujur dalam apa yang mereka sampaikan dari Allah ta’ala, dan yang jujur dalam perkataanperkataan umum, seperti; aku telah makan, aku telah minum, dan lain-lain.


Mereka adalah orang-orang yang terjaga dari melakukan keharaman atau
kemakruhan. Mereka adalah orang-orang yang menyampaikan apa yang
diperintahkan untuk disampaikan kepada makhluk meskipun bukan hal-hal
yang berkaitan dengan hukum-hukum. Mereka adalah orang-orang yang
cerdas sekiranya mereka itu memiliki kemampuan untuk menghadapi
perselisihan, berdebat, dan mengalahkan tuduhan-tuduhan lawan debat
mereka. Empat sifat ini (jujur, menyampaikan wahyu, cerdas, dan amanah)
adalah sifat-sifat bagi para rasul.

15 QS. Al-An’am: 86

وأما الأنبياء غير المرسلين فلا يكونون مبلغين وإنما يجب عليهم أن يبلغوا الناس أ م
أنبياء ليحترموا

Adapun para nabi, mereka bukanlah para rasul. Oleh karena
itu, mereka tidak menyampaikan wahyu dari Allah. Mereka hanya
berkewajiban menyampaikan kepada orang-orang bahwa mereka
adalah para nabi agar orang-orang memuliakan mereka.

والصحيح فيهم الإمساك عن حصرهم في عدد لأنه ربما أدى إلى إثبات النبوة والرسالة
لمن ليس كذلك في الواقع أو إلى نفي ذلك عمن هو كذلك في الواقع فيجب التصديق
بأن لله رسلا وأنبياء على الإجمال

Pendapat shohih menyebutkan bahwa tidak perlu
menghitung atau menentukan jumlah para nabi dan rasul karena
terkadang menghitung mereka dapat menetapkan sifat kerasulan dan
kenabian pada orang yang sebenarnya tidak memiliki sifat tersebut,
atau terkadang menafikan sifat kerasulan dan kenabian dari orang
yang sebenarnya memiliki sifat tersebut. Dengan demikian, kita
hanya wajib membenarkan secara global atau ijmal bahwa Allah
memiliki para rasul dan para nabi.

قال السحيمي نعم يجب على المؤمن أن يعلم ويعلم صبيانه ونساءه وخدمه أسماء الرسل
المذكورين في القرآن حتى يؤمنوا به ويصدقوا بجميعهم تفصيلا وأن لا يظنوا أن الواجب
عليهم الإيمان بمحمد فقط فإن الإيمان بجميع الأنبياء سواء ذكر اسمهم في القرآن أو لم
يذكر واجب على كل مكلف وهم أي المذكورون في القرآن ستة وعشرون أو خمسة
وعشرون ونظمتها فقلت
أسماء رسل بقرآن عليك تجب ** كآدم زكريا بعد يونسهم
نوح وإدريس إبراهيم واليسع ** إسحاق يعقوب إسماعيل صالحهم
أيوب هارون موسى مع شعيبهم ** داود هود عزير ثم يوسفهم
لوط والياس ذي الكفل أو اتحدا ** يحيى سليمان عيسى مع محمدهم
هذا من بحر البسيط ومعنى اتحدا أن ذا الكفل قيل هو الياس وقيل يوشع وقيل زكريا
وقيل حزقيل ابن العجوز لأن أمه كانت عجوزا فسألت الله الولد بعد كبرها فوهب لها
حزقيل اه .قول السحيمي

Suhaimi berkata;
Wajib atas orang yang beriman untuk mengetahui dan mengajarkan
anak-anak dan istri-istrinya tentang nama-nama rasul yang
disebutkan di dalam al-Quran, sehingga mereka semua dapat
membenarkan dan mengimani para rasul secara rinci atau tafsil dan
sehingga mereka tidak menganggap kalau yang wajib diimani hanya
Muhammad saja, karena mengimani seluruh para nabi, baik nama
mereka disebutkan di dalam al-Quran atau tidak, adalah perkara yang
wajib atas setiap mukallaf.
 

Mereka yang disebutkan dalam al-Quran ada 26 atau 25 yang telah
aku nadzomkan;
 

Nama-nama rasul yang disebutkan di dalam al-Quran yang wajib
atasmu mengimani mereka adalah ** Adam, Zakaria, Yunus
Nuh, Idris, Ibrahim, Yasak, ** Ishak, Ya’qub, Ismail, Sholih,
Ayub, Harun, Musa, Syu’aib, ** Daud, Hud, Uzair, Yusuf,
Lut, Ilyas, Dzulkifli, atau bisa kedua-duanya,** Yahya, Sulaiman,
Isa, Muhammad
 

Nadzom ini berpola bahar basit. Arti bunyi nadzom, “atau bisa
kedua-duanya” adalah bahwa ada yang mengatakan kalau Dzulkifli
adalah Ilyas. Ada pula yang mengatakan bahwa Dzulkifli adalah
Yusak. Ada yang mengatakan bahwa Dzulkifli adalah Zakaria. Ada
yang mengatakan bahwa Dzulkifli adalah Huzqail bin Ajuuz (Ajuuz
berarti tua renta) karena ibunya sudah tua renta. Kemudian ibunya
yang sudah tua itu meminta kepada Allah agar diberi seorang anak.
Lalu Allah memberinya Huzqoil itu.” Sampai sinilah perkataan
Suhaimi berakhir.

وقال صاحب بدء الخلق قال وهب بشر بن أيوب يسمى ذا الكفل كان مقيما بالشام
مدة عمره حتى مات وكان عمره خمسا وسبعين سنة وكان قبل شعيب انتهى

Pengarang kitab Bad-ul Kholqi berkata, “Wahab berkata,
‘Basyar bin Ayub dikenal dengan Dzulkifli. Ia bermukim di tanah
Syam sepanjang hidupnya hingga ia meninggal dunia. Umurnya
adalah 75 tahun. Ia adalah rasul sebelum Syuaib.”

وأولو العزم منهم خمسة فيجب أن يعلم ترتيبهم في الأفضلية لأ م ليسوا في مرتبة واحدة
والمراد من العزم هنا الصبر وتحمل المشاق أو الجزم كما فسره به ابن عباس في الآية
فأفضلهم سيدنا محمد فسيدنا إبراهيم فسيدنا موسى فسيدنا عيسى فسيدنا نوح صلوات
الله وسلامه عليهم أجميعن ويليهم في الأفضلية بقية الرسل ثم بقية الأنبياء وهم متفاوتون
فيما بينهم عند الله لكن يمتنع التعيين علينا على تفاو م لأن لم يرد فيه تعليم ثم رؤساء
الملائكة كجبريل ونحوه ثم الأولياء خصوصا سيدنا أبا بكر وبقية الصحابة لحديث إن
الله اختار أصحابي على العالمين سوى النبيين والمرسلين ثم عوام الملائكة ثم عوام البشر

Dari 25 rasul tersebut, ada yang dijuluki dengan Ulul Azmi.
Mereka berjumlah 5 (lima). Wajib (atas mukallaf) mengetahui urutan
keutamaan mereka karena keutamaan mereka tidaklah sama. Yang
dimaksud dengan kata ‘Azmi’ disini berarti bersabar dan
menanggung beban berat atau berarti kemantapan, seperti yang
ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dalam ayat al-Quran.
Urutan mereka dari yang paling utama adalah Muhammad,
kemudian Ibrahim, kemudian Musa, kemudian Isa, kemudian Nuh
sholawatullah wa salaamuhu ‘alaihim ajma’iin.
 

Dari segi keutamaan, setelah Ulul Azmi adalah para rasul
yang lain, kemudian para nabi yang lain. Sebenarnya para rasul dan
para nabi memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda dari segi
siapa yang lebih utama di antara mereka di sisi Allah, tetapi kita
tidak bisa menentukannya karena tidak ada keterangan yang
menjelaskan tentang hal tersebut. Setelah mereka, kemudian para
pembesar malaikat, seperti Jibril dan selainnya, kemudian para wali,
terutama Abu Bakar dan para sahabat yang lain, karena ada hadis
Rasulullah, “Sesungguhnya Allah telah memilih/mengutamakan para
sahabatku dibanding makhluk lainnya selain para nabi dan rasul,
kemudian memilih para malaikat pada umumnya, kemudian para
manusia pada umumnya.”

إيضاح) قال الفشني وقدمت الملائكة على الرسل في الذكر اتباعا للترتيب الوجودي
فإن الملائكة مقدمة في الخلق أو للترتيب الواقع في تحقيق معنى الرسالة فإن الله تعالى
أرسل الملائكة إلى الرسل

[IDHOH]

Al-Fasyani berkata, “Para malaikat didahulukan
penyebutannya daripada para rasul (dalam bunyi hadis) karena
mengikuti urutan dari segi siapa yang lebih dahulu diciptakan oleh
Allah, karena malaikat adalah lebih dahulu diciptakan oleh-Nya
daripada para rasul, atau dari segi urutan sebenarnya dalam hal
terutus, karena Allah mengutus para malaikat terlebih dahulu,
kemudian malaikat menyampaikannya kepada para rasul.”


E. Iman kepada Hari Akhir

و) خامسها أن تؤمن (باليوم الآخر) بأن تصدق بوجوده وبجميع ما اشتمل عليه
كالحشر والحساب والجزاء والجنة والنار
 

[Dan] rukun iman yang kelima adalah kamu beriman
[dengan Hari Akhir] dengan cara kamu membenarkan
keberadaannya dan membenarkan segala sesuatu yang tercakup di
dalam Hari Akhir, seperti; dikumpulkannya seluruh makhluk (hasyr),
penghitungan amal (hisab), pembalasan amal (jazak), surga, dan
neraka.

سمي بذلك لأنه لا ليل بعده ولا ار ولا يقال يوم بلا تقييد إلا لما يعقبه ليل أو لأنه
آخر الأوقات المحدودة أي آخر أيام الدنيا فليس بعده يوم آخر أو لتأخره عن الأيام
المنقضية من أيام الدنيا

Hari Akhir disebut dengan nama hari akhir karena tidak ada
malam dan siang setelah hari tersebut. Tidak bisa disebut dengan
hari tanpa menyebutkan qoyidnya, kecuali apabila disertai dengan
malam setelahnya. Atau Hari Akhir disebut dengan nama hari akhir
adalah karena hari tersebut merupakan akhir waktu yang terbatasi,
maksudnya, akhir hari-hari dunia, oleh karena itu, tidak ada hari lain
setelahnya, atau karena hari tersebut memang berada di akhir dari
hari-hari dunia.

وأوله من النفخة الثانية إلى ما لا يتناهى وهو الحق وقيل إلى استقرار الخلق في الدارين
الجنة والنار فصدره من الدنيا وآخره من الآخرة وهو يوم القيامة وسمي بذلك لقيام الموتى
فيه من قبورهم والقبر من الدنيا وقيل فاصل بين الدنيا والآخرة

Permulaan Hari Akhir dimulai dari tiupan terompet yang
kedua sampai tidak ada akhirnya. Ini adalah pendapat yang benar.
Ada yang mengatakan bahwa Hari Akhir berakhir sampai
para makhluk menetap di surga dan neraka. Oleh karena itu,
permulaan Hari Akhir terjadi di alam dunia dan akhirnya terjadi di
alam akhirat.

Hari Akhir disebut juga dengan Hari Kiamat karena qiyamnya
atau bangkitnya makhluk-makhluk yang mati dari kuburan
mereka.

Sedangkan alam kubur termasuk dari alam dunia. Ada yang
mengatakan bahwa alam kubur merupakan pemisah antara alam
dunia dan alam akhirat.

وقيل أوله من موت الميت فالقبر من الآخرة ولذا يقولون من مات قامت قيامته أي
الصغرى وسمي قيامة على هذا لقيام الميت فيه من الاضطجاع إلى القعود لسؤال الملكين
ثم ضم القبر عليه فأشبه يوم القيامة الكبرى

Ada yang mengatakan bahwa Hari Kiamat dimulai dari
kematian mayit, sehingga alam kubur termasuk alam akhirat. Oleh
karena ini, para ulama berkata, “Barang siapa telah meninggal dunia
maka kiamat-nya telah datang, maksudnya Kiamat Sughro.”
Kematian seseorang disebut dengan kiamat karena qiyam-nya atau
bangkitnya mayit dari tidur miring, kemudian duduk untuk ditanyai
dua malaikat Munkar dan Nakir, kemudian dihimpit oleh kuburan,
sehingga demikian ini menyerupai dengan Kiamat Kubro.

وقال الزمخشري أوله من وقت الحشر إلى ما لا يتناهى أو إلى أن يدخل أهل الجنة الجنة
وأهل النار النار

Zamahsyari berkata, “Permulaan Hari Kiamat adalah dari
waktu dikumpulkannya seluruh makhluk (hasyr) sampai tidak ada
akhirnya atau sampai penduduk surga masuk ke dalam surga dan
penduduk neraka masuk ke dalam neraka.”

ومقداره بالنسبة إلى الكفار خمسون ألف سنة لشدة أهواله وهو أخف من صلاة
مكتوبة في الدنيا بالنسبة إلى المؤمن الصالح ويتوسط على عصاة المؤمنين وقيل يوم
القيامة فيه خمسون موطنا كل موطن ألف سنة نسأل الله تعالى أن يخففه علينا بمنه
وفضله حكاه السحيمي والفشني

Lamanya Hari Akhir bagi orang-orang kafir adalah 50.000
tahun karena dahsyatnya kesulitan-kesulitan yang terjadi pada hari
itu, dan lamanya Hari Akhir adalah lebih sebentar daripada sholat
wajib di dunia bagi orang-orang mukmin yang sholih, dan lamanya
Hari Akhir adalah sedang-sedang bagi orang-orang mukmin yang
durhaka atau yang ahli maksiat.


Ada yang mengatakan bahwa di dalam Hari Kiamat terdapat
50 medan yang setiap medan ditempuh selama 1000 tahun.
Kami meminta kepada Allah ta’ala agar meringankan Hari
Kiamat bagi kami dengan anugerah dan pemberian-Nya.
Demikian di atas diceritakan oleh Suhaimi dan Fasyani.
 

F. Iman kepada Qodar

(و) سادسها أن تؤمن (بالقدر خيره وشره من الله تعالى)

[Dan] rukun iman yang keenam adalah kamu beriman
[dengan Qodar bahwa baik dan buruknya merupakan dari
Allah ta’ala.]

قال الفشني ومعنى الإيمان به أن تعتقد أن الله تعالى قدر الخير والشر قبل خلق الخلق
وأن جميع الكائنات بقضاء الله وقدره وهو مريد لها، ويكفي اعتقاد جازم بذلك من غير
نصب برهان

Fasyani berkata, “Pengertian beriman dengan qodar adalah
kamu meyakini bahwa sesungguhnya Allah telah mentakdirkan
kebaikan dan keburukan sebelum menciptakan makhluk, dan
meyakini bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang terwujud adalah
sesuai dengan qodho dan qodar Allah. Dialah yang Maha

Menghendaki semuanya itu. Dicukupkan adanya keyakinan yang
mantap tentang hal di atas tanpa menegaskan dalil.

وقال السيد عبد الله المرغني والإيمان بالقدر هو التصديق بأن ما كان وما يكون بتقدير
من يقول للشيء كن فيكون خيرا أو شرا نفعا أو ضرا حلوا أو مرا 

Sayyid Abdullah al-Murghini berkata, “Beriman dengan
qodar adalah membenarkan bahwa segala sesuatu yang telah wujud
dan yang akan wujud adalah sesuai dengan takdir Allah yang berkata
kepada segala sesuatu, ‘Jadilah! Maka sesuatu itu jadi, baik atau
buruk, bermanfaat atau berbahaya, manis atau pahit.’”

وقال صلى الله عليه وسلّم كل شيء بقضاء وقدر حتى العجز والكيس وقال صلى الله
عليه وسلّم لا يؤمن عبد بالله حتى يؤمن بالقدر خيره وشره رواه الترمذي

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Segala
sesuatu pasti sesuai dengan qodho dan qodar, bahkan kelemahan dan
kecerdasan sekalipun.” Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama
bersabda, “Tidaklah seseorang beriman kepada Allah hingga ia
beriman dengan qodar, baik atau buruknya.” (HR. Turmudzi)

وأما حديث مسلم في دعاء الافتتاح والشر ليس إليك فمعناه ولا شر يتقرب به إليك أو
لا يضاف إلى الله تأدبا لأن اللائق نسبة الخير لله والشر للنفس تأدباً، قال الله تعالى ما
أصابك من حسنة فمن الله – أي إيجادا وخلقا - وما أصابك من سيئة فمن نفسك
أي كسبا لا خلقا كما يفسره قوله تعالى وما أصابكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم
لأن القرآن يفسر بعضه من بعض

Adapun hadis Muslim dalam doa Iftitah, ‘ والشَّ رُّ ل ي سَ إ ل ي كَ ’ maka
maksudnya adalah tidak ada keburukan yang dapat digunakan untuk
mendekatkan diri kepada-Mu atau keburukan tidak diperbolehkan
untuk disandarkan kepada Allah demi tujuan berbuat adab, karena
yang pantas adalah menyandarkan kebaikan kepada Allah dan
menyandarkan keburukan kepada diri sendiri demi tujuan berbuat
adab, karena Allah berfirman, “Apa saja bentuk kebaikan yang
menimpamu maka itu adalah dari Allah – dari segi mewujudkan dan
menciptakan – dan apa saja keburukan yang menimpamu maka itu
adalah dari dirimu sendiri – dari segi melakukan, bukan
menciptakan,”16 sebagaimana ditafsiri oleh Firman Allah lainnya,
“Apa saja musibah yang menimpa kalian maka itu dikarenakan apa
yang telah kalian perbuat,”17 karena ayat al-Quran dapat menafsiri
ayat yang lain.

وأما قوله تعالى قل كل من عند الله فرجوع للحقيقة وانظر إلى أدب الخضر عليه السلام حيث قال فأراد ربك أن يبلغا أشدهما وقال فأردت أن أعيبها وتأمل قول إبراهيم الخليل عليه السلام الذي خلقني فهو يهدين والذي هو يطعمني ويسقين وإذا مرضت فهو يشفين حيث نسب الهداية والإطعام والشفاء لله والمرض لنفسه، فلم يقل أمرضني تأدبا منه عليه السلام وإلا فالكل من أفعال الله تعالى قال الله تعالى والله خلقكم وما تعملون أي من خير وشر اختياري واضطراري وليس للعبد إلا مجرد الميل حالة الاختيار ولذلك طولب بالتوبة والإقلاع والندم واستحق التعزير والحدود والثواب والعقاب وهذا هو الكسب وهو تعلق القدرة الحادثة وقيل هو الإرادة الحادثة

Adapun Firman Allah, “Katakanlah! Segala sesuatu berasal
dari sisi Allah,”18 maka dikembalikan pada hakikatnya. Lihatlah adab
Khidr, ‘alaihi as-salam, sekiranya ia berkata, “Maka Tuhanmu
menghendaki agar mereka sampai pada kedewasaannya …”19 dan ia
berkata, “dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu …”20.
Berangan-anganlah tentang perkataan Ibrahim al-Kholil
‘alaihi as-salam, “(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka
Dialah yang menunjukkan aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi
 

16 QS. An-Nisak: 79
17 QS. As-Syuuro: 30
18 QS. An-Nisak; 78
19 QS. Al-Kahfi: 82
20 QS. Al-Kahfi: 79

makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang
menyembuhkan aku.”21 Dalam ayat-ayat ini, Ibrahim menisbatkan
petunjuk, memberi makan, dan mengobati kepada Allah dan
menisbatkan sakit kepada dirinya sendiri. Ibrahim tidak berkata,
“Dialah yang membuatku sakit” karena berbuat adab. Apabila tidak
ada tujuan berbuat adab maka sesungguhnya segala sesuatu berasal
dari perbuatan-perbuatan Allah. Dia berfirman, “Padahal Allah-lah
yang telah menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat itu.”22
Maksud ‘apa yang kalian perbuat itu’ adalah hal yang baik dan
yang buruk, hal yang karena kehendak sendiri atau bukan kerena
kehendak sendiri. Tidak ada bagi seorang hamba kecuali hanya
condong ketika dalam keadaan berkehendak sendiri. Oleh karena itu,
ia dituntut untuk bertaubat, berjanji tidak akan mengulangi, kecewa,
dan berhak untuk menerima ta’zir, had, pahala, dan siksa.
Kecondongan ini disebut dengan berbuat. Berbuat adalah ta’alluq
dari sifat Qudroh Haditsah. Ada yang mengatakan bahwa berbuat itu
adalah Irodah Haditsah.

فرع) اختلفوا في معنى القضاء والقدر فالقضاء عند الأشاعرة إرادة الله الأشياء في الأزل
على ما هي عليه في غير الأزل والقدر عندهم إيجاد الله الأشياء على قدر مخصوص على
وفق الإرادة فإرادة الله المتعلقة أزلا بأنك تصير عالما قضاء وإيجاد العلم فيك بعد وجودك
على وفق الإرادة قدر وأما عند الماتريدية فالقضاء إيجاد الله الأشياء مع زيادة الإتقان
على وفق علمه تعالى أي تحديد الله أزلا كل مخلوق بحده الذي يوجد عليه من حسن
وقبح ونفع وضر إلى غير ذلك أي علمه تعالى أزلا صفات المخلوقات وقيل القضاء علم
الله الأزلي مع تعلقه بالمعلوم والقدر إيجاد الله الأشياء على وفق العلم فعلم الله المتعلق
أزلا بأن الشخص يصير عالما بعد وجوده قضاء وإيجاد العلم فيه بعد وجوده قدر هذا
وقول الأشاعرة هو المشهور وعلى كل فالقضاء قديم والقدر حادث، بخلاف قول
الماتريدية وقيل كل منهما بمعنى إرادته تعالى

21 QS. As-Syuaraa: 78-80
22 QS. As-Shooffaat: 96
 

[CABANG]
Para ulama telah berselisih pendapat tentang pengertian
Qodho dan Qodar. Menurut Asya’iroh, pengertian Qodho adalah
kehendak Allah terhadap sesuatu di zaman azali sesuai dengan
kenyataan sesuatu tersebut di zaman bukan azali. Sedangkan
pengertian Qodar menurut mereka adalah bahwa Allah mewujudkan
sesuatu sesuai dengan kadar tertentu yang sesuai dengan kehendak.
Dengan demikian, kehendak Allah di zaman azali, yang
berhubungan dengan bahwa kamu akan menjadi orang yang berilmu
adalah contoh Qodho. Sedangkan Allah mewujudkan ilmu dalam
dirimu setelah kamu diwujudkan sesuai dengan kehendak-Nya
adalah contoh Qodar.

Adapun menurut Maturidiah maka pengertian Qodho adalah
bahwa Allah mewujudkan sesuatu disertai menambahkan
penyempurnaan yang sesuai dengan pengetahuan-Nya ta’aala,
maksudnya, pembatasan dari Allah di zaman azali terhadap setiap
makhluk dengan batasan yang ditemukan pada setiap makhluk itu,
yaitu berupa batasan baik, buruk, bermanfaat, berbahaya, dan lainlain,
maksudnya pengetahuan Allah di zaman azali terhadap sifatsifat
makhluk. Ada yang mengatakan bahwa pengertian Qodho
adalah pengetahuan Allah yang azali disertai hubungannya dengan
sesuatu yang diketahui. Sedangkan pengertian Qodar menurut
mereka adalah bahwa Allah mewujudkan sesuatu sesuai dengan
pengetahuan itu. Dengan demikian, pengetahuan Allah di zaman
azali tentang seseorang akan menjadi orang yang berilmu setelah ia
diwujudkan adalah contoh Qodho. Sedangkan Allah mewujudkan
ilmu pada dirinya setelah ia diwujudkan adalah contoh Qodar.
Pendapat ini dan pendapat Asya’iroh tentang Qodho dan Qodar
adalah pendapat yang masyhur.

Menurut masing-masing pendapat, maka Qodho Allah
adalah qodim dan Qodar-Nya adalah Haadis, berbeda dengan
pendapat Maturidiah.


Ada yang mengatakan bahwa masing-masing Qodho dan
Qodar berarti kehendak Allah Ta’ala.

تفصيل) قال سليمان الجمل كما قاله الفيومي في المصباح والقدر بالفتح لا غير ما
يقدره الله تعالى من القضاء والقدر بسكون الدال وفتحها هو المقدار والمثل يقال هذا
قدر هذا أي يماثله وأما القدر في قوله تعالى إنا أنزلناه في ليلة القدر فالمعنى ليلة التقدير
سميت بذلك لأن الله تعالى يقدر فيها ما يشاء من أمره إلى مثلها من السنة القابلة من
أمر الموت والأجل والرزق وغير ذلك ويسلمه إلى مدبرات الأمور وهم أربعة من الملائكة
إسرافيل وميكائيل وعزرائيل وجبريل عليهم السلام وقال مجاهد ليلة الحكم وقيل ليلة
الشرف والعظم وقيل ليلة الضيق لضيق القضاء بازدحام الملائكة فيها وعن ابن عباس
أن الله يقضي الأقضية في ليلة نصف شعبان ويسلمها إلى أربا ا ليلة القدر هذا وليس
المراد أن تقدير الله لا يحدث إلا في تلك الليلة لأنه تعالى قدر المقادير في الأزل قبل
خلق السموات والأرض بل المراد إظهار تلك المقادير للملائكة

[TAFSHIL]

Sulaiman al-Jamal berkata, seperti yang dikatakan oleh al-
Fuyumi dalam kitab al-Misbah, “Lafadz ‘ القَ دَ ر ’ dengan hanya fathah
pada huruf / د/ berarti qodho yang ditakdirkan oleh Allah. Lafadz
القَ دْ ر‘ ’ dengan sukun dan bisa fathah pada huruf / د/ berarti ukuran dan
jumlah. Boleh dikatakan ‘ هذا قدر هذا ’ yang berarti ini adalah seukuran
ini. Adapun lafadz ‘ القدر ’ dalam Firman Allah Ta’aala, ‘ إنا أنزلناه فى ليلة
القدر ’ maka maksud lafadz ‘ القدر ’ adalah malam mentakdirkan atau ‘ ليلة
التقدير ’ (Lailatul Takdir). Mengapa malam itu disebut dengan lailatul
takdir adalah karena Allah mentakdirkan (menetapkan) perkaraperkara
yang Dia kehendaki sampai pada malam lailatul takdir di
tahun-tahun berikut-berikutnya. Perkara-perkara itu adalah seperti;
kematian, ajal, rizki, dan lain-lain. Allah memasrahkan perkaraperkara-
Nya itu kepada para petugasnya, yaitu 4 (empat) malaikat;
Isrofil, Mikail, Izrail, dan Jibril ‘alaihim as-salam. Mujahid berkata
bahwa malam lailatu al-qodar disebut lailatu al-hukm. Ada yang
mengatakan disebut dengan lailatu asy-syarof dan lailatu al-‘udzmi.

Ada yang mengatakan pula disebut dengan lailatu ad-doiq atau
malam kesempitan (kepadatan) karena padatnya tugas yang harus
dilakukan oleh para malaikat pada malam itu. Diriwayatkan dari Ibnu
Abbas bahwa Allah menetapkan qodho-qodho-Nya pada malam
separuh Sya’ban dan memasrahkan kepada para petugasnya di
malam lailatu al-qodr.

Hal di atas bukan berarti bahwa pentakdiran Allah terjadi
pada malam lailatu al-qodr karena Allah telah mentaqdirkan segala
taqdir-Nya di zaman Azali sebelum menciptakan langit dan bumi,
tetapi maksudnya adalah bahwa Allah memperlihatkan takdir-takdir-
Nya kepada para malaikat di malam lailatu al-qodr.


Dalil Naqli Rukun-rukun Islam dan Iman

تنبيه) إنما أتى المصنف أولا بذكر أركان الإسلام والإيمان لأنه عظيم الموقع وقد اشتمل
على جميع وظائف العبادات الظاهرة والباطنة قال الجفري ويقبح بالعاقل أن يسأل عن
أركان الإسلام والإيمان فلا يرد جوابا وهو يزعم أنه مسلم ومؤمن انتهى

[TANBIH]

Syeh Salim bin Sumair al-Khadromi menyebutkan
penjelasan tentang rukun-rukun Islam dan rukun-rukun iman terlebih
dahulu dikarenakan penjelasan tentang itu merupakan objek
pembahasan yang sangat penting karena mencakup seluruh
perbuatan-perbuatan ibadah yang dzohir dan batin. Bahkan, Jufri
berkata, “Tidaklah pantas bagi orang yang berakal ketika ia ditanya
tentang rukun-rukun Islam dan rukun-rukun iman, kemudian ia tidak
bisa menjawab, padahal ia menganggap dirinya sebagai orang
muslim dan mukmin.”

وهو مأخوذ من حديث سيدنا جبريل عليه السلام كما في الأربعين للنووي قال رحمه الله
تعالى عن عمر رضي الله تعالى عنه قال بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه
وسلّم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر لا يرى عليه
أثر السفر ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلّم فأسند ركبتيه إلى
ركبتيه ووضع كفيه على فخذيه وقال يا محمد أخبرني عن الإسلام فقال رسول الله صلى
الله عليه وسلّم الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة
وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا قال صدقت فتعجبنا له
يسأله ويصدقه قال فأخبرني عن الإيمان قال أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم
الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره قال صدقت قال فأخبرني عن الإحسان قال أن تعبد
الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك قال فأخبرني عن الساعة قال ما المسؤول عنها
بأعلم من السائل قال فأخبرني عن أمارا ا قال أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة
العالة رعاء الشاة يتطاولون في البنيان ثم انطلق فلبث مليا ثم قال يا عمر أتدري من
السائل؟ قلت الله ورسوله أعلم قال فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم رواه مسلم

Rukun-rukun Islam dan Iman terkutip dari hadis Sayyidina
Jibril ‘alaihi as-Salam, seperti yang disebutkan dalam kitab Arba’in
Nawawi, bahwa diriwayatkan dari Umar bin Khattab radhiyallahu
‘anhu bahwa ia berkata;

Suatu ketika kami duduk disamping Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wa sallama. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang berpakaian
sangat putih, berambut sangat hitam, dan tidak ada bekas-bekas
kalau ia adalah seorang musafir, serta tidak ada satupun dari kami
yang mengenalnya. Laki-laki itu duduk mendekati Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama. Laki-laki itu menyandarkan kedua
lututnya berdekatan dengan kedua lutut Rasulullah sambil laki-laki
itu meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha
Rasulullah. Kemudian ia berkata, “Hai Muhammad! Beritahu aku
tentang Islam!”

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama menjawab, “Islam adalah
kamu bersaksi sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan
sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, kamu mendirikan
sholat, kamu menunaikan zakat, kamu berpuasa di bulan Ramadhan,
dan kamu berhaji ke Baitullah jika mampu perjalanannya.”
Laki-laki itu berkata, “Kamu benar!”

Kami para sahabat sangat terkejut dan heran kepada laki-laki itu. Ia
bertanya kepada Rasulullah dan membenarkan jawaban beliau.
“Beritahu aku tentang Iman!” kata laki-laki itu.
Rasulullah menjawab, “Iman adalah kamu mengimani
(mempercayai) Allah, para malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para
rasul-Nya, Hari Akhir, dan Qodar, baik dan buruknya.”

Laki-laki itu berkata, “Kamu benar. Beritahu aku tentang Ihsan!”
Rasulullah menjawab, “Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah
seolah-olah kamu melihat-Nya. Apabila kamu tidak bisa melihat-Nya
maka sesungguhnya Allah melihatmu.”

Laki-laki itu berkata lagi, “Beritahu aku tentang Hari Kiamat!”
Rasulullah menjawab, “Tidaklah orang yang ditanya tentang Hari
Kiamat itu lebih mengetahui daripada yang bertanya.”
Laki-laki itu berkata, “Beritahu aku tentang tanda-tanda Hari
Kiamat!”

Rasulullah menjawab, “(Tanda-tanda Hari Kiamat adalah) amat atau
budak perempuan melahirkan majikan atau nyonyanya sendiri, kamu
melihat orang-orang yang bertelanjang kaki dan dada, yang miskin,
dan yang hanya berprofesi sebagai penggembala domba berlombalomba
meninggikan bangunan rumah.”

Setelah itu, laki-laki itu pergi. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallama diam. Lalu beliau berkata, “Hai Umar! Apakah kamu tahu
siapa tadi yang bertanya?”

Umar menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahuinya.”
Rasulullah menjelaskan, “Yang bertanya barusan adalah Jibril. Ia
datang kemari untuk mengajari agama kalian.”
Hadis di atas diriwayatkan oleh Muslim.

قوله ووضع كفيه على فخذيه أي وضع الرجُل كفيه على فخذيه صلى الله عليه وسلّم
وفعل ذلك للاستئناس باعتبار ما بينهما من الأنس في الأصل حين يأتيه بالوحي
وقد جاء مصرحا ذا في رواية النسائي من حديث أبي هريرة وأبي ذر حيث قال وضع
يديه على ركبتي النبي صلى الله عليه وسلّم

Bunyi hadis, ‘ ووضع كفيه على فخذيه ’ berarti Laki-laki itu
meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama. Malaikat Jibril yang menjelma
sebagai seorang laki-laki melakukan hal demikian itu karena merasa
sudah akrab dengan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama
dengan melihat hubungan keakraban yang terjadi antara mereka
berdua ketika Jibril mendatangi Rasulullah dengan membawa wahyu.
Perbuatan Malaikat Jibril di atas dijelaskan secara gamblang
atau tersurat menurut riwayat Nasai dari hadis Abu Hurairah dan
Abu Dzar bahwa ia berkata, “Laki-laki itu meletakkan kedua
tangannya di atas kedua lutut Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallama.”

قوله فأخبرني عن الإحسان يعني به الإخلاص ويجوز أن يعني به إجادة العمل وهذا
التفسير أخص من الأول

Bunyi hadis, ‘ الاِ حْ سَ ان ’ berarti bahwa yang dimaksud dengan
ihsan adalah ikhlas. Bisa juga yang dimaksud dengan ihsan adalah
membaguskan amal. Tafsiran membaguskan amal adalah lebih
khusus daripada tafsiran ikhlas.

قوله أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك هذا من جوامع كلمه صلى الله
عليه وسلّم لأنه شمل مقام المشاهدة ومقام المراقبة
بيان ذلك وإيضاحه أن للعبد في عبادته ثلاثة مقامات الأول أن يفعلها على الوجه
الذي يسقط معه طلب الشرع بأن تكون مستوفية الشروط والأركان الثاني أن يفعلها
كذلك وقد استغرق في بحر المكاشفة حتى كأنه يرى الله تعالى وهذا مقامه صلى الله
عليه وسلّم كما قال صلى الله عليه وسلّم وجعلت قرة عيني في الصلاة الثالث أن
يفعلها كذلك وقد غلب عليه أن الله تعالى يشاهده وهذا هو مقام المراقبة

Bunyi dalam hadis, ‘kamu beribadah kepada Allah seolaholah
kamu melihat-Nya. Apabila kamu tidak bisa melihat-Nya maka
sesungguhnya Allah melihatmu,’ adalah kesimpulan dari seluruh
sabda-sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama karena
pernyataan dalam hadis tersebut mencakup maqom musyahadah dan
maqom muroqobah.


Jelasnya adalah bahwa hamba memiliki tiga maqom atau
tingkatan dalam ibadahnya, yaitu;

1. Hamba melakukan ibadah dengan tata cara yang telah memenuhi
tuntutan syariat, yaitu sekiranya ibadahnya telah memenuhi
syarat-syarat dan rukun-rukun.

2. Hamba melakukan ibadah dengan tata cara nomer pertama, dan
ia telah tenggelam dalam lautan maqom mukasyafah sehingga
seolah-olah ia melihat Allah dalam ibadahnya. Ini adalah
tingkatan atau maqom Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama,
sebagaimana beliau bersabda, “Aku menjadikan penghibur
hatiku dalam sholat.”

3. Hamba melakukan ibadah dengan tata cara nomer pertama
disertai ia telah dikuasai dengan keadaan bahwa Allah
melihatnya. Ini adalah maqom Muroqobah.

فقوله فإن لم تكن تراه نزول عن مقام المكاشفة إلى مقام المراقبة أي إن لم تعبده وأنت
من أهل الرؤية فاعبده وأنت بحيث تعتقد أنه يراك

Oleh karena itu, dalam perkataan hadis, ‘Apabila kamu tidak
bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu,’ adalah
penurunan dari maqom mukasyafah ke maqom muroqobah,
maksudnya jika kamu beribadah kepada Allah dengan keadaan yang
mana kamu bukan termasuk ahli melihat-Nya maka beribadahlah
kepada-Nya dengan keadaanmu yang meyakini bahwa Allah
melihatmu.

فكل من المقامات الثلاثة إحسان إلا أن الإحسان الذي هو شرط في صحة العبادة إنما
هو الأول لأن الإحسان الذي هو في الأخيرين من صفة الخواص ويتعذر من كثير

Dengan demikian, masing-masing dari tiga maqom di atas
disebut dengan ihsan, hanya saja ihsan yang merupakan syarat
sahnya ibadah hanya pada maqom nomer [1] karena ihsan pada
maqom nomer [2] dan [3] adalah ihsan yang merupakan sifat yang
hanya diberikan kepada orang-orang tertentu atau khowas dan sangat
sulit bagi kebanyakan orang untuk memilikinya.

قوله فأخبرني عن الساعة أي عن وقت القيامة قوله ما المسؤول عنها أي عن وقتها قوله
بأعلم من السائل أي أنت لا تعلمها وأنا لا أعلمها فالمراد التساوي في نفي العلم بوقتها
لا التساوي في العلم بوقتها قوله عن أمارا ا بفتح الهمزة أي علاما ا كما قال في
المصباح الأمارة العلامة وزنا ومعنى وأما الإمارة بكسر الهمزة فهي الولاية والإمامة والمراد
علاما ا السابقة عليها ومقدما ا لا المقارنة المضايقة لها كطلوع الشمس من مغر ا
وخروج الدابة فلذا قال أن تلد الأمة ربتها وفي رواية ر ا

Bunyi hadis ‘Beritahu aku tentang Hari Kiamat’, bermaksud
‘Beritahu aku tentang kapan terjadinya Hari Kiamat.’
Bunyi hadis ‘Tidaklah orang yang ditanya tentangnya’
bermaksud ‘Tidaklah orang yang ditanya tentang waktunya’.
Bunyi hadis ‘lebih mengetahui daripada yang bertanya’
bermaksud bahwa Rasulullah dan Jibril sama-sama tidak mengetahui
kapan terjadinya Hari Kiamat.

Bunyi hadis ‘tentang tanda-tanda Hari Kiamat!’ yang
diungkapkan dengan ‘ عَ نْ أ مَ ا رَا ا ’ adalah dengan fathah pada huruf / ,/ء
berarti ‘ عَ نْ عَ لامَ ا ا ’, seperti yang disebutkan dalam kitab al-Misbah,
“Lafadz ‘ الأ مَ ارة ’ dan ‘ العَ لامَ ة ’ adalah sama dari segi wazan dan arti.’”
Adapun lafadz ‘ الإِمَارَة ’ dengan dibaca kasroh pada huruf / ء/ maka
berarti sifat kewalian atau sifat kepemimpinan.

Maksud tanda-tanda Hari Kiamat adalah tanda-tanda
sebelum terjadinya Hari Kiamat, bukan tanda-tanda yang menyertai
terjadinya Hari Kiamat yang seperti; terbitnya matahari dari arah
barat dan keluarnya Daabah atau hewan melata. Oleh karena
maksudnya adalah tanda-tanda sebelum terjadinya Hari Kiamat,
maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama berkata, ‘Budak
perempuan melahirkan majikan atau nyonyanya sendiri.’ Dalam
riwayat lain disebutkan, ‘Budak perempuan melahirkan majikan atau
tuannya sendiri.’

واختلف في معناها على أقوال أصحها أنه إخبار عن كثرة السراري وأولادهن وأن ولدها
من سيدها بمنزلة سيدها لأن مال الإنسان صائر إلى ولده وقد يتصرف فيه في الحال
تصرف المالكين إما بالإذن أو بقربنة الحال أو عرف الاستعمال وعبر بعضهم بأن
يستولي المسلمون على بلاد الكفار فتكثر السراري فيكون ولد الأمة من سيدها بمنزلة
سيدها لشرفه بأبيه ثانيها أن معناها أن الإماء تلد الملوك فتكون أمه من جملة رعيته إذ
هو سيدها ثالثها أن معناه أن تفسد أحوال الناس فيكثر بيع أمهات الأولاد في آخر
الزمان فيكثر تردادها في أيدي المشترين حتى يشتريها ابنها من غير علم أ ا أمه ومن
ذلك يكثر العقوق في الأولاد فيعامل الولد أمه بما يعامل السيد أمته من الإهانة والسب

Pernyataan dalam hadis ‘Budak perempuan melahirkan
majikannya sendiri,’ masih diperselisihkan oleh para ulama tentang
maksudnya hingga menghasilkan beberapa macam pendapat;

1. Pendapat ashoh mengatakan bahwa pernyataan tersebut
menginformasikan tentang banyaknya sarori (para budak
perempuan) dan anak-anak mereka. Dan anak laki-laki mereka
yang hasil dari tuan menempati kedudukan derajat tuan mereka
sendiri karena harta seseorang akan menjadi milik anak lakilakinya,
kemudian terkadang harta tersebut akan dibelanjakan
oleh anak laki-laki itu sebagaimana harta dibelanjakan oleh para
pemilik asli dengan adanya izin untuk membelanjakan, qorinatu
al-haal atau izin yang diindikasikan oleh keadaan, atau izin
pembelanjakan berdasarkan keadaan umumnya. Sebagian ulama
mengartikan pernyataan di atas dengan pengertian bahwa orangorang
muslim banyak menguasai negara-negara orang-orang
kafir. Kemudian para sarori menjadi banyak. Kemudian anak
laki-laki amat (budak perempuan) yang hasil dari tuannya
menempati kedudukan tuannya dalam segi derajat (status sosial)
karena derajat anak laki-laki itu menjadi luhur sebab ayahnya.

2. Para budak amat melahirkan para pemimpin. Oleh karena itu, ibu
anak laki-laki yang merupakan hasil dari tuan termasuk golongan
rakyat anaknya sendiri karena anaknya itu adalah tuan ibunya
sendiri.

3. Keadaan para manusia akan hancur atau kacau. Para ibu (yang
budak) dari anak-anak yang hasil dari tuan mereka akan banyak
dijual di akhir zaman. Para ibu tersebut berada di tangan banyak
pembeli. Tanpa sengaja, pembeli mereka adalah anak-anak
mereka sendiri, tetapi anak-anak mereka tidak mengetahui kalau
budak-budak perempuan yang mereka beli adalah ibu mereka
sendiri. Setelah terbeli, akan banyak terjadi kasus anak
berdurhaka kepada ibu karena anak (yang berkedudukan sebagai
tuan) akan memperlakukan ibu (yang berkedudukan sebagai
budaknya anak) dengan penghinaan atau omongan tercela
sebagaimana sayyid atau tuan memperlakukan budak-budaknya.

قوله وأن ترى الحفاة بضم الحاء المهملة جمع حاف هو من لا نعل في رجله قوله العراة
جمع عار وهو من لا شيء على جسده قوله العالة بفتح اللام المخففة جمع عائل والعالة
هي في تقدير فعلة مثل كافر وكفرة معناه الفقراء قوله رعاء الشاء بكسر الراء والمد جمع
راع وأما بالضم فلا بد من التاء المربوطة مثل قاض وقضاة كما في المصباح وأصل الرعي
الحفظ والشاء بالهمزة الغنم جمع شاة وهو من الجموع التي يفرق بينها وبين واحده بالهاء
وتجمع أيضا على شياه بالهاء وخصهم بالذكر لأ م أهل البادية قوله يتطاولون في البنيان
أي يتباهون في ارتفاعه والقصد من الحديث الإخبار عن تبديل الحال وتغيره بأن يستولي
أهل البادية والفاقة الذين هذه صفا م على أهل الحاضرة ويتملكون بالقهر والغلبة
فتكثر أموالهم وتتسع في الحطام أي في الفانية وهي المتاع الكثير الهمة فتصرف هممهم
إلى تشييد البنيان أي تطويله ورفعه بالجص والهمة بالكسر أول العزم وقد يطلق على
العزم القوي كما في المصباح قوله ثم انطلق أي الرجل السائل عما ذكر وقوله فلبث أي
النبي صلى الله عليه وسلّم أي استمر ساكتا عن الكلام في هذه القضية وجاء في رواية
فلبثت بتاء مضمومة فيكون عمر هو المخبر بذلك عن نفسه قوله مليّا بتشديد الياء أي
زمانا كثيرا وكان ذلك الزمان ثلاثا كما جاء في رواية أبي داود والترمذي وغيرهما قوله ثم
قال يا عمر أتدري من السائل؟ قلت الله ورسوله أعلم قال فإنه جبريل أتاكم يعلمكم
دينكم أي قواعد دينكم ففيه أن الدين اسم للثلاثة الإسلام والإيمان والإحسان وفهم
منه أنه يستحب للمعلم تنبيه تلامذته وللرئيس تنبيه أتباعه على قواعد العلم وغرائب
الوقائع طلبا لنفعهم وفائد م قاله الفشني

 

Bunyi dalam hadis ‘ وأن ترى الحفاة ’ adalah dengan dhommah pada
huruf / ح/, yaitu bentuk jamak dari mufrod ‘ حَ افٍ ’. Pengertiannya
adalah orang yang tidak memakai alas kaki.
Bunyi dalam hadis ‘ العراة ’ adalah merupakan bentuk jamak dari
mufrod ‘ عَ ارٍ ’, yaitu orang yang tidak mengenakan apapun pada
tubuhnya.

Bunyi dalam hadis ‘ العالة ’ adalah dengan fathah pada huruf / /ل
yang tidak ditasydid, yaitu bentuk jamak dari mufrod ‘ عائل ’. Lafadz
العالة‘ ’ adalah dengan mengikuti wazan ‘ فَ عَ ل ة ’ seperti lafadz ‘ كَ اف ر كَ فَ رَة ’. Arti
العالة‘ ’ adalah orang-orang fakir / ‘ .’الفقراء

Bunyi dalam hadis ‘ رعاء الشاة ’ adalah dengan kasroh pada huruf
ر/ / dan dengan hamzah mamdudah, yaitu bentuk jamak dari mufrod
رَاعٍ ‘ ’. Adapun lafadz ‘ رعاء ’ dengan dhommah pada huruf / ر/ maka wajib
adanya huruf Taak Marbutoh seperti lafadz ‘ ق اضٍ ، ق ضَ اة ’, seperti
disebutkan dalam kitab al-Misbah. Asal arti ‘ الرعي ’ adalah menjaga.
Sedangkan lafadz ‘ الشاء ’ adalah dengan hamzah yang berarti kambingkambing.
Lafadz ‘ الشاء ’ adalah bentuk jamak dari mufrod ‘ شاة ’, yaitu
merupakan bentuk jamak yang antara bentuk jamak dan mufrodnya
dapat dibedakan dengan adanya huruf Haa. Begitu juga lafadz ‘ ’شاة
dapat dijamakkan ke dalam lafadz ‘ شياه ’ dengan huruf Haa. Lafadz
رعاء الشاء‘ ’ yang berarti para penggembala kambing-kambing
dikhususkan untuk disebut di dalam hadis karena mereka adalah
ahlul badiah atau orang-orang pedalaman.

Bunyi dalam hadis ‘ ي ت ط ا ول ونَ فِى ال بُ نْ ي انِ ’ berarti mereka unggulunggulan
dalam meninggikan bangunan. Maksud hadis adalah
memberitahukan tentang pergantian keadaan atau dan perubahannya
dengan ditunjukkan oleh satu fenomena kenyataan bahwa ahlul
badiah atau orang-orang miskin akan berusaha menyaingi dan
menguasai ahlul khadiroh atau orang-orang kaya. Mereka yang ahlul
badiah akan memperoleh atau merebut harta-harta kaum ahlul
hadiroh secara paksa dan dzalim sehingga mereka akan berlimpah
rumah faniah mereka ‘ الفانية ’. Pengertian faniah ‘ الفانية ’adalah harta
benda yang banyak memiliki himmah (fungsi)/ ‘ الهمة ’. Ahlul badiah
menggunakan harta-harta itu untuk memperluas atau memperpanjang
dan meninggikan bangunan (misal rumah) dengan bata (dan lainlain).
Lafadz ‘ الهمة ’ dengan dibaca kasroh pada huruf / ه/ berarti
keadaan pertama kali saat memiliki tujuan. Terkadang lafadz
tersebut diartikan dengan tujuan yang kuat, seperti yang disebutkan
dalam kitab al-Misbah.

Bunyi dalam hadis ‘ ثم انطلق ’ berarti laki-laki yang bertanya itu
pergi.

Bunyi dalam hadis ‘ لَبِثَ ’ berarti bahwa kemudian Rasulullah
diam tidak berkata dalam hal ini. Dalam riwayat lain disebutkan
dengan lafadz ‘ لبثتُ ’ dengan huruf / ت/ yang didhommah sehingga yang
diam adalah Umar selaku orang yang memberitahukan hadis.
Bunyi dalam hadis ‘ مَ لِيا ’ adalah dengan tasydid pada huruf / ,/ي
maksudnya (diam) dalam waktu yang lama. Waktu diam tersebut
terjadi 3 kali, seperti yang disebutkan dalam riwayat Abu Daud,
Turmudzi, dan lain-lain.

Bunyi dalam hadis ‘Kemudian beliau berkata: Hai Umar!
Apakah kamu tahu siapa tadi yang bertanya? Umar menjawab, Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahuinya. Rasulullah berkata, Yang
bertanya barusan adalah Jibril. Ia datang kemari untuk mengajari
agama kalian,’ berarti bahwa Jibril mengajarkan kaidah-kadiah
agama kalian.

Berdasarkan keterangan hadis secara keseluruhan, dapat
dimengerti dan disimpulkan bahwa agama adalah nama bagi
gabungan tiga perkara, yaitu Islam, Iman, dan Ihsan.
Dari hadis, dapat pula dipahami bahwa disunahkan bagi guru
mengingatkan para santrinya, dan bagi pemimpin mengingatkan para
pengikutnya, tentang kaidah-kadiah ilmu, dan kejadian-kejadian
yang langka atau aneh, dengan tujuan memberikan manfaat dan
faedah kepada mereka. Demikian ini disebutkan oleh al-Fasyani.[alkhoirot.org]

LihatTutupKomentar