Tongkat Istiwa' dan Kompas Magnetik
Judul buku: Ilmu Falak Praktik
Penulis dan Penerbit:
Sub Direktorat Pembinaan Syariah Dan Hisab Rukyat
Dibrektorat Urusan Agama Islam & Pembinaan Syariah
Direktokrat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia
Bidang studi: Ilmu falak,
Nama lain dari ilmu falak: ilmu hisab, ilmu rashd, ilmu miqat, ilmu haiah.
Daftar isi
- Tongkat Istiwa'
 - Kompas Magnetik
 - Referensi dan Catatan
 - 
    Kembali ke buku:
      Ilmu Falak dan Hisab Praktis
 
  5. Tongkat Istiwa' 
Tongkat istiwa' adalah sebuah tongkat yang ditancapkan tegak
  lurus 
pada bidang datar dan diletakkan pada tempat terbuka, sehingga
  matahari 
dapat menyinarinya dengan bebas. Pada zaman dahulu tongkat ini
  dikenal 
dengan nama “gnomon"[117] Di Mesir, orang bisa menggunakan
  obelisk 
sebagai pengganti tongkat. Di negeri kita sampai sekarang pun
  masih 
banyak orang yang mempergunakan Tongkat Istiwa' ini sebagai alat
  untuk 
mencocokkan Waktu Istiwa (Waktu Matahari Pertengahan Seperempat
  atau 
Local Mean Time) dan untuk menentukan waktu-waktu shalat.
  
  
  6. Kompas Magnetik 
Kompas merupakan alat navigasi berupa panah penunjuk magnetis
  
yang menyesuaikan dirinya dengan medan magnet bumi untuk
  
menunjukkan arah mata angin. Pada prinsipnya, kompas bekerja
  
berdasarkan medan magnet. Kompas dapat menunjukkan kedudukan
  
kutub-kutub magnet bumi. Karena sifat magnetnya, maka jarumnya akan
  
selalu menunjuk arah utara-selatan magnetis. 
Fungsi dan
  kegunaan kompas di antaranya untuk mencari arah utara 
magnetis, untuk
  mengukur besarnya sudut, untuk mengukur besarnya 
sudut peta, dan untuk
  menentukan letak orientasi. Arah mata angin yang 
dapat ditentukan
  kompas, di antaranya Utara (disingkat Utara atau Nort), 
Barat (disingkat
  Barat atau West), Timur (disingkat T atau East), Selatan 
(disingkat S),
  Barat laut (antara barat dan utara, disingkat Nort West), Timur 
laut
  (antara timur dan utara, disingkat Nort East), Barat Daya (antara barat
  
dan selatan, disingkat South West), Tenggara (antara timur dan selatan,
  
disingkat South East). Akan tetapi penggunaan kompas perlu dijauhkan
  
dari benda-benda yang mengandung logam, seperti pisau, karabiner, jam
  
tangan dan lain-lain, karena dapat mempengaruhi jarum kompas sehingga
  
tidak menunjukan utara sejati Bumi. 
Bagian-bagian penting
  dari kompas antara lain : 
Gambar 12. 
  Bagian-bagian Kompas 
1. Dial adalah permukaan kompas di
  mana tertera angka derajat dan 
huruf mata angin. . Visir adalah lubang
  dengan kawat halus untuk membidik sasaran. 
Kaca pembesar,
  digunakan untuk melihat derajat kompas. 
Jarum penunjuk adalah alat
  yang menunjuk utara selatan magnet, 
biasanya berwarna merah dan hitam.
  Bagian yang merah selalu 
menunjukkan arah magnetik bumi yaitu kutub
  utara. 
5. Tutup Dial dengan dua garis bersudut 459 yang dapat
  diputar. 
6. Alat penyangkut adalah tempat ibu jari untuk menopang.
  
Cara penggunaan kompas sebagai berikut : 
Letakkan kompas di atas permukaan yang datar, setelah jarum
  
kompas tidak bergerak maka jarum tersebut akan menunjukkan arah utara
  
magnet. 
2. Bidik sasaran melalui visir, melalui celah pada
  kaca pembesar, 
setelah itu miringkan kaca pembesar kira-kira bersudut
  509 dengan kaca 
dial. Kaca pembesar tersebut berfungsi membidik sasaran
  dan mengintai 
derajat kompas pada dial. 
3, Apabila visir
  diragukan karena kurang jelas terlihat dari kaca 
pembesar, luruskan
  garis yang terdapat pada tutup dial ke arah visir, searah 
dengan sasaran
  bidik agar mudah terlihat melalui kaca pembesar, 
4. Apabila
  sasaran bidik 402 maka bidiklah ke arah 409. Sebelum 
menuju sasaran,
  tetapkan terlebih dahulu titik sasaran sepanjang jalur 40, 
Carilah
  sebuah benda yang menonjol/tinggi di antara benda lain di 
sekitarnya,
  sebab route ke 405 tidak selalu datar. 
Dalam bukunya, Howard R.
  Turner[118] menyatakan bahwa sekitar abad 
ke-14 M kaum muslimin pembuat
  peralatan di zaman Utsmani mulai 
membuat variasi dari alat-alat yang
  menggabungkan jam matahari 
berukuran kecil dengan kompas magnetik dan
  sebuah diagram atau peta 
yang menunjukkan arah Makkah dari berbagai
  kota. Alat ini berkembang 
menjadi penunjuk kiblat ukuran saku yang
  menunjukkan penggunanya 
untuk menentukan arah Makkah di suatu area yang
  luas. 
Pada awal perkembangan kompas, kompas mempunyai pembagian
  
arah mata angin sebanyak 32 buah dengan garis pembagian 0” sampai 360”.
  
Pembagian ini dinamakan compass rose, di mana pada tanda arah-arahnya
  
memiliki nama-nama tersendiri. Replika kompas 32 tanda ini merupakan
  
grafik yang dibuat oleh Jorge de Aguiar (tahun 1492). Huruf pertama dari
  
angin utama terdiri untuk membentuk T(E)MPLOS, singkatan dari Ksatria
  
Templar Angkatan Laut. Seiring bergantinya waktu, arah mata angin
  
kompas pada umumnya digunakan hanya 8 tanda arah. 
Kemudian
  jenis kompas yang digunakan navigasi darat di antaranya 
ada dua, yaitu
  kompas bidik dan kompas orienteering. Kompas bidik, 
misalnya prisma,
  dapat dengan mudah digunakan untuk membidik, akan 
tetapi dalam pembacaan
  di peta perlu dilengkapi dengan busur derajat dan 
penggaris, Sedang
  kompas orienteering, misalnya kompas silva, kurang 
akurat jika dipakai
  untuk membidik. Kompas ini banyak membantu dalam 
pembacaan, perhitungan
  di peta, untuk pergerakan dan kemudahan ploting 
peta.
  
Beberapa jenis kompas yang beredar di masyarakat yaitu kompas
  
magnetik, kompas yang paling banyak digunakan untuk keperluan
  
memandu arah mata angin. Kompas magnetik ini bekerja berdasarkan
  
kekuatan magnet bumi yang membuat jarum magnet selalu menunjuk ke
  
arah utara dan selatan. Beberapa jenis dari kompas ini memiliki harga
  yang 
murah namun ketelitiannya kurang. Kompas magnetik yang memiliki
  
ketelitian cukup tinggi di antaranya jenis Suunto, Forestry Compass
  DOL-1, 
Brunton, Marine, Siloa, Leica, Furunp dan Magellan.
  
Beberapa jenis kompas yang di khalayak masyarakat terutama jenis
  
military compass terbukti banyak menunjukkan penyimpangan antara 1?
  
hingga 10” dari angka yang ditunjukkan oleh jarumnya. Karena kelemahan
  
utama kompas jenis magnetik adalah begitu mudah terpengaruh oleh
  
benda-benda yang bermuatan logam sehingga sangat tidak dianjurkan
  
menggunakan kompas jenis ini masuk ke dalam bangunan yang
  
mengandung banyak besi-besi beton. Kompas magnetik sangat dipengaruhi
  
oleh medan magnetik lokal dan deklinasi magnetik secara global. Kompas
  
bisa digunakan di ruangan terbuka dengan memakai koreksi nilai deklinasi
  
magnetik. Di wilayah Semarang angka deklinasi magnetik menyimpang
  
sehingga diperlukan koreksi 1derahat 9 ke arah timur.[119] Sehingga
  setiap 
pengukuran angka pada kompas magnetik harus dikoreksi dengan
  angka 
deklinasi tersebut. 
Ada model kompas yang ada dalam
  GPS seperti pada GPSmap 76Cs 
yang dapat pula digunakan secara mudah dan
  praktis. Model kompas yang 
ada pada GPS ini menggunakan sistem digital
  untuk mendapatkan data 
utara secara akurat, sehingga tetap harus
  dilakukan kalibrasi. Sebagaimana 
gambar berikut: 
Gambar 13.
  
Kompas pada Global Positoring System 
Model
  kompas kiblat yang beredar di masyarakat, seperti kompas yang 
terdapat
  dalam sajadah, gantungan kunci, atau dalam bentuk yang lainnya. 
Kompas
  ini merupakan modifikasi alat untuk memperkirakan arah. Akan 
tetapi
  jenis kompas seperti ini diragukan dan sangat riskan karena jarum
  
magnetisnya bergerak dalam waktu yang cukup lama yang menandakan
  
kurang akurat. 
Adapula kompas yang dibuat dengan buku
  panduan sudut arah kiblat 
di seluruh tempat di dunia. Untuk mengetahui
  sudut kiblat suatu tempat 
yaitu dengan mencari sudut kiblat suatu kota
  pada buku panduan kompas 
tersebut. Dalam penggunaan kompas kiblat ini
  ternyata tidak selamanya 
menunjukkan arah kiblat yang sebenarnya menurut
  perhitungan, bahkan 
untuk hampir jenis kompas. Contohnya adalah arah
  kiblat untuk kota 
Jepang yang lintangnya lebih besar dari lintang
  Makkah, arah kiblat Jepang 
menurut perhitungan trigonometri bola adalah
  arah barat serong ke utara, 
sedangkan arah yang ditunjukan dalam
  penggunaan kompas kiblat ini 
adalah dari barat serong ke selatan. Ini
  dikarenakan perhitungan dalam 
petunjuk penggunaan kompas menggunakan
  konsep peta datar, yang hanya 
mempertimbangkan bumi dalam bangunan dua
  dimensi (peta mercator). 
Adanya perkembangan dalam bidang
  teknologi memungkinan kompas 
tidak lagi menggunakan sistem magnetik yang
  ternyata memiliki banyak 
kekurangan dan kelemahan. Kini telah banyak
  dibuat model kompas 
dengan menggunakan sistem digital dan dipandu
  langsung oleh 
keberadaan satelit yang banyak bertebaran di atas langit.
  Sistem pemandu 
ini dinamakan Glebal Positioning Sistem (GPS). 
  Referensi dan Catatan
  117 Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak..., Op, cit, hlm. 135.
  
118 Howard R. Tumer, Op. Cit. hlm. 115.  
119 Dapat diakses di www.magnetic-declinaton.com, diakses pada tanggal 17 juli 2011
