Etika Berjalan bagi Wanita Muslimah

Etika Berjalan bagi Wanita Adab Pada Waktu Duduk Adab Pada Waktu Berbicara Adab Makan Sendirian Adab Makan Bersama Sekelompok Orang Dalam berjalan

Etika Berjalan bagi Wanita Muslimah

Nama kitab: Terjemah Al-Akhlaq lil Banat Juz 3, Akhlak lil Banat Jilid 3
Judul asal dalam teks Arab: الأﺧﻼﻕ ﻟﻠﺒﻨات الجزء الثاني لطلاب المدارس الإسلامية بإندونيسيا
Makna: Pelajaran Budi Pekerti Islam / akhlak mulia untuk Anak Perempuan Bagian 3
Penulis: Umar bin Ahmad Baraja
Bidang studi: Etika budi pekerti Islam, akhlak mulia, adab perilaku sopan santun
Penerjemah:

Daftar Isi 

  1. Adab Pada Waktu Berjalan
  2. Adab Pada Waktu Duduk
  3. Adab Pada Waktu Berbicara
  4. Adab Makan Sendirian
  5. Adab Makan Bersama Sekelompok Orang
  6. Kembali ke kitab: Akhlaq lil Banat Juz 3

1. ADAB PADA WAKTU BERJALAN

Dalam berjalan mempunyai tata krama. Wahai putri tercinta! engkau wajib mengamalkannya agar selamat dari gangguan dan hidup terhormat di antara masyarakat.

    Engkau dahulukan kaki kirimu ketika keluar dari rumah sambil mengucapkan: “Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada Allah, tiada daya dan kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah. Ya Allah aku berlindung denganMu supaya tidak sesat dan tersesatkan oleh orang, tergelincir atau digelincirkan orang, tidak menghiraukan atau pun tidak dihiraukan orang, menganiaya atau dianiaya orang.”

Hendaklah engkau berjalan untuk manfaat bagi dirimu atau untuk orang lain dan jangan berjalan untuk maksiat atau untuk mengganggu orang, karena kakimu merupakan amanat seperti halnya anggota tubuhmu yang lain.

la akan menjadi saksi atas perbuatan-perbuatanmu di hari kiamat nanti. Allah Ta’ala berfirman: “Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (An-Nuur:24).

    Hendaklah engkau berjalan sedang-sedang saja, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan” (Lugman:19).

Nabi SAW. bersabda: “Berjalan cepat menghilangkan keindahan sikap orang mukmin.” Dalam suatu riwayat yang lain: “Kecantikan wajah”.

Tidaklah mengapa berjalan cepat bilamana hal itu untuk Suatu keperluan yang penting. Dalam hadits: “Nabi SAW. melakukan shalat Ashar, kemudian beliau berjalan cepat dan masuk rumah. Orang-orang merasa takut karenanya. Maka. beliau berkata: aku teringat sedikit emas yang ada di tempat kami. Maka aku tidak ingin ia menghalangi aku sehingga aku suruh sahabat membagikannya.”

    Janganlah engkau berjalan dengan satu sandal. Sebab dalam hadits disebutkan: “Janganlah seseorang dari kamu berjalan hanya dengan satu sandal, tapi pakailah kedua-duanya atau lepaskan kedua-duanya.”

Jangan pula menghentakkan kaki atau sandalmu ke bumi. Allah Ta’ala berfirman: “Janganlah kamu berjalan dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Luqman:18).

Dalam ayat lain Allah berfirman: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan mencapai setinggi gunung” (Al-Israa’:37).

Janganlah engkau berlenggang ke kanan dan ke kiri dan jangan pula mengayunkan kedua tangan dengan sombong sambil membanggakan diri.

Dalam hadits dikatakan: “Ketika Nabi SAW. melihat Abi Dujanah berjalan dengan angkuh di antara dua barisan pasukan di Uhud. Beliau berkata : sesungguhnya ini adalah sikap berjalan yang dibenci Allah, kecuali di tempat ini.”

Dalam hadits lain: “Di saat seorang laki-laki sedang berjalan dengan mengenakan pakaian yang dibanggakannya sambil menguraikan rambutnya dan bersikap sombong pada waktu berjalan, tiba-tiba Allah menenggelamkannya. Maka ia pun terbenam di bumi hingga hari kiamat.”

 

    Janganlah engkau menoleh tanpa keperluan atau bergerak dengan gerakan-gerakan yang tidak layak, terutama berbuat menyerupai laki-laki.

 

Rasulullah SAW. telah melaknat orang-orang perempuan yang meniru laki-laki, begitu pula sebaliknya laki-laki yang meniru perempuan.

 

Janganlah engkau dengan sengaja memandang ke jendela-jendela dan pintu-pintu atau memandang muka orangorang yang lewat atau yang berkendaraan, terutama kepada laki-laki yang bukan mahrammu.

 

Memperhatikan mereka itu haram hukumnya, karena bisa menanamkan syahwat dalam hati dan menumbuhkan pikiran-pikiran buruk, kemudian menyebabkan maksiat zina yang termasuk dosa besar. Semoga Allah melindungi kita darinya.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya” (An-Nuur: 31).

 

Janganlah engkau berjalan di antara dua orang laki-laki. Sebab telah disebutkan dalam hadits tentang larangan bagi laki-laki untuk berjalan di antara dua orang perempuan. Maka begitu pula sebaliknya, agar perempuan tidak hendak menyentuh laki-laki yang bukan mahramnya atau memandang kepadanya.

 

    Apabila engkau melihat sekelompok anak perempuan sedang bertengkar, maka termasuk tata kramamu adalah engkau damaikan mereka bila engkau sanggup, sesuai dengan firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih)” (Al-Hujuraat: 10).

 

Dan sesuai dengan sabda Nabi SAW.: “Maukah kalian aku beritahu tentang sesuatu amalan yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat dan sedekah?.”

 

Para sahabat menjawab “ya.”

 

Nabi SAW. berkata: “(ia adalah) Mendamaikan orang-orang yang berselisih. Karena kerusakan hubungan diantara sesamamu itu bisa mencukur. Aku tidak mengatakan mencukur rambut, tetapi mencukur (membinasakan) agama.”

 

Apabila engkau tidak sanggup mendamaikan, maka jauhilah mereka dan jangan bersekutu dengan mereka apalagi menontonnya.

 

Begitu pula apabila engkau berjumpa orang-orang perempuan yang sedang bergurau atau berbicara yang tidak pantas dan dapat mengganggumu dengan kata-kata mereka, maka berpalinglah dan jangan pedulikan mereka.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, merekapun berpaling darinya” (Al-Qashash: 55).

 

Allah Ta’ala berfirman: “Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Pengasih itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, maka mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan” (Al-Furqan: 63).

 

Seorang Penyair berkata: Orang yang bodoh bicara kepadaku dengan perkataan yang buruk sedang aku tak suka menjawabnya la semakin menambah kebodohan dan aku menambah kebijaksanaan Seperti kayu gaharu yang bila di bakar semakin harum.

 

    Hendaklah engkau mengucapkan salam kepada anak-anak perempuan yang kau jumpai meskipun engkau tidak mengenal mereka.

 

Dalam hadits disebutkan: “Seorang laki-laki bertanya . kepada Rasulullah SAW.: amalah manakah yang terbaik. dalam Islam?

 

Nabi SAW. menjawab: engkau beri makan orang Jain, engkau sampaikan salam kepada orang yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal dan engkau temui dia dengan muka yang cerah.”

 

Dalam hadits lain disebutkan: “Janganlah engkau sedikitpun meremehkan kebaikan, walau hanya dengan menemui saudaramu dengan muka berseri.”

 

Ketika berjumpa dianjurkan pula untuk berjabatan tangan.

 

Telah disebutkan dalam hadits: “Tidaklah dua orang muslim bertemu, lalu berjabatan tangan, melainkan diampuni dosa mereka sebelum keduanya berpisah.”

 

Apabila engkau berjalan dengan orang perempuan yang lebih tua darimu, maka tempatkanlah dia di sebelah kananmu dan mundurlah sedikit darinya. Janganlah engkau suka seseorang berjalan di belakangmu dan membenci seseorang yang berjalan di depanmu, karena itu adalah sifat mereka yang sombong.

 

    Hendaklah engkau berjalan di sebelah kanan supaya selamat dari bahaya kendaraan-kendaraan.

 

Engkau jauhi tempat-tempat yang licin supaya tidak tergelincir atau di mana terdapat batu-batu dan kotoran-kotoran supaya tidak tersandung atau terkotori bajumu.

 

Janganlah engkau berjalan di jalanan yang sempit dan kotor, walau lebih dekat ke tujuanmu, karena mungkin saja engkau akan mencium bau yang busuk di situ atau melihat pemandangan-pemandangan yang buruk.

 

Atau terkadang jalanan penuh sesak sehingga menundamu untuk sampai ke tujuanmu dengan cepat. Maka janganlah lewat di jalan yang sesak. Bilamana terpaksa, maka jagalah buku-buku atau uang yang ada padamu supaya tidak hilang dan hindarilah tabrakan.

 

    Janganlah engkau berjalan sambil meletakkan kedua tanganmu di pinggang, karena itu adalah perbuatan orang-orang yang sombong, perilaku iblis serta perbuatan umat Yahudi dalam sembahyang mereka.

 

Dalam hadits: “Rasulullah SAW. melarang orang Shalat sambil bertolak pinggang.” Beliau mengkhususkan shalat, karena perbuatan itu dalam shalat lebih buruk daripada lainnya.

 

Janganlah engkau makan atau bernyanyi sambil berjalan, sambil mengeraskan suara, sambil bersiul, ataupun berhenti di jalan hanya ingin melihat hal-hal yang tidak perlu bagimu dan mengganggu orang berjalan. Semua itu” bertentangan dengan tata krama pada waktu berjalan.

 

Apabila engkau bertemu temanmu, janganlah bergurau dengannya dan jangan pula menghentikannya, kecuali untuk suatu keperluan.

 

Apabila engkau berjumpa seorang perempuan yang lemah, maka tolonglah dia. Bila berjumpa orang perempuan yang tersesat, maka bimbinglah dia. Bila engkau bertemu perempuan yang buta, maka tunjukkan jalan kepadanya, atau tuntunlah dia ke tujuannya.

 

Dalam hadits: “Barangsiapa menuntun orang yang buta 40 langkah, wajiblah surga baginya.”

 

Apabila engkau hendak menyeberang ke sisi yang lain, maka janganlah terburu-buru dan lihatlah dulu kanan dan kiri supaya engkau selamat dari bahaya.

 

(9) Engkau tidak boleh membuang hajat di tengah jalan, sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang tidak berakhlak sedikitpun dan tidak memperhatikan kesehatan umum.

 

Banyak hadits yang melarang melakukan itu.

 

Dalam hadits: “Barangsiapa mengganggu perjalanan orang muslim, wajiblah ia mendapat laknat/kutukan dari mereka.”

 

Perbuatan itu sangat mengganggu perjalanan orang. Sebaliknya dianjurkan darimu untuk menyingkirkan gangguan dari jalan.

 

Nabi SAW. bersabda: “Iman itu terdiri dari 70 cabang lebih.

 

Yang paling utama adalah ucapan: Laa ilaha illallah, dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.”

 

Nabi SAW. bersabda pula: “Aku melihat seorang laki laki masuk surga hanya sebab menebang sebatang pohon di tengah jalan karena mengganggu kaum muslimin.”

 

    Apabila engkau hendak memasuki rumah, maka dahulukan kaki kananmu dan bacalah do’a yang terdapat dalam hadits: “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu sebaik-baik tempat masuk dan sebaik-baik tempat keluar.

 

Dengan nama Allah, kami masuk dan dengan nama Allah kami keluar, dan kepada Allah Tuhan kami, kami bertawakkal.”

 

Dalam hadits: “Apabila engkau masuk kepada keluargamu, maka berilah salam supaya menjadi barokah atas dirimu dan penghuni rumahmu.”

 

Apabila engkau tidak menemukan seseorang di dalamnya, maka katakanlah: “Assalaamu’alaina wa’alaa’ibaadillahiis shaalihiin.” Artinya: “Semoga salam atas kami dan hamba-hamba Allah yang shalih.”

 

Ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala: “Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada penghuninya, salam yang ditetapkan dari sisi Allah yang diberi berkat lagi baik” (An-Nuur: 61).

2. ADAB PADA WAKTU DUDUK

Anak perempuan dapat diketahui apakah ia seorang anak yang beradab atau tidak beradab, dengan gerakangerakan dan diamnya.

 

Maka bila engkau duduk, wajiblah engkau mengikuti hasihat-nasihat ini:

 

    Hendaklah engkau duduk dengan cara yang baik. Duduklah dengan tegak dan tenang. Janganlah membungkukkan kepala atau badanmu, jangan mengulurkan kedua kakimu dan jangan pula membunyikan jari-jarimu, begitu pula jangan mempermainkan, mengaitkan atau menggunting kuku di hadapan orang banyak.

 

Apabila engkau duduk di atas kursi, maka janganlah meletakkan kaki yang satu di atas kaki yang lain dan jangan menggerakkannya.

 

Apabila engkau ingin memanggil seseorang, maka janganlah menunjuk kepadanya dengan jari atau kepalamu, tetapi panggillah dia dengan suaramu yang halus agar tidak mengganggu orang yang hadir.

 

Janganlah engkau bergurau dengan cara yang tidak pantas atau tertawa tanpa alasan, atau juga banyak bergurau dan tertawa.

 

Dalam tafsir disebutkan bahwa ketika sebagian sahabat radhiyallahu “anhum banyak bergurau turunlah firman Allah Ta’ala: “Belumlah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” (Al Hadiid: 16).

 

Janganlah engkau berbicara dengan suara keras, menggunjing seseorang, memakinya atau menyebar luaskan rahasianya.

 

Nabi SAW. bersabda: “Majelis-majelis itu harus disertai dengan amanat.”

 

Janganlah engkau berbicara dusta guna memancing orang-orang yang hadir untuk tertawa.

 

Dalam hadits disebutkan: “Celakalah orang yang menceritakan suatu cerita dengan berbohong supaya orang-orang tertawa. Celakalah baginya, celakalah baginya.”

 

    Hendaklah engkau perhatikan suasana majelis.

 

Apabila merupakan majelis gembira, maka ikutlah bergembira dengan para hadirin yang lain. Begitu pula sebaliknya.

 

Janganlah engkau tertawa di majelisnya orang-orang berduka, atau bersedih di saat orang-orang berada dalam majelis gembira. Ini tidak sesuai dengan perasaan lagi tidak pantas.

 

Hendaklah engkau melapangkan tempat bagi siapapun yang hendak duduk, sesuai dengan firman Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: berlapang-lapanglah di dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu” (Al-Mujaadilah: 11).

 

Hendaklah engkau perlakukan teman-teman dudukmu secara baik. Engkau tersenyum kepadanya, mendengarkan perkataannya dan tidak mengganggunya.

 

Engkau hormati setiap orang yang hadir di majelis, terutama ayah ibumu juga gurumu.

 

Apabila datang orang yang lebih tua darimu, maka berdirilah untuk menghormatinya, dahulukanlah ia di majelis dan mundurlah sedikit darinya.

 

Dalam hadits disebutkan bahwa Nabi SAW. memerintahkan kepada orang-orang Anshar r.a.: “Berdirilah untuk menyambut pemimpinmu.” yakni Sa’ad bin Mu’adz r.a.

 

Datang seorang tua yang sudah lanjut usia hendak menemui Nabi SAW., agaknya orang-orang sedikit lambat memberi tempat untuknya.

 

Maka Nabi SAW. bersabda: “Tidaklah termasuk golonganku, siapa yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang tua.”

 

Apabila engkau memasuki suatu majelis, maka berilah salam kepada para hadirin perempuan dan berjabat tanganlah dengan mereka. Mulailah dengan mereka yang di sebelah kahan. Apabila engkau hendak keluar, maka berilah salam pula.

 

Nabi SAW. bersabda: “Apabila seseorang dari kamu tiba di suatu majelis, maka berilah salam dan bila akan berdiri, hendaklah pula ia memberi salam. Tidakkah salam yang pertama lebih patut dilakukan daripada yang terakhir.”

 

    Janganlah engkau menyuruh seseorang berdiri dari tempatnya, karena perbuatan itu haram.

 

Disebutkan dalam hadits: “Janganlah seseorang dari kamu menyuruh seseorang berdiri dari majelisnya, kemudian ia duduk di situ, tetapi lapangkanlah tempatmu.”

 

Apabila seseorang berdiri dari tempatnya, lalu engkau duduk di tempat itu, kemudian ia ingin kembali ke situ, maka janganlah mencegahnya, karena ia lebih berhak atas tempat duduknya yang pertama.

 

Dalam hadits disebutkan: “Apabila seseorang dari kamu berdiri dari suatu majelis, kemudian ia kembali ke majelis itu, maka ia lebih berhak atasnya.”

 

Janganlah engkau memisahkan duduk antara dua orang perempuan, kecuali dengan izin mereka. Dan apabila engkau masuk dalam suatu majelis yang khusus bagi mereka yang ada di tempat itu, maka janganlah mengganggu mereka dengan mendesak mereka, dan bila engkau mendapati tempat yang lapang, maka duduklah di tempat itu.

 

Janganlah engkau duduk di tengah lingkaran. Dalam hadits disebutkan: “Orang yang duduk di tengah lingkaran itu terkutuk (dilaknat).”

 

Hal itu disebabkan bila ia duduk di tengahnya dan membelakangi sebagian dari mereka dengan punggungnya, maka ia pun telah mengganggu mereka sehingga mereka memaki dan melaknatnya.

 

    Hendaklah engkau duduk sesuai dengan kemampuan sambil menghadap kiblat. Dalam hadits disebutkan: “Sebaik-baik majelis adalah yang menghadap kiblat.”

 

Hendaklah engkau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghadiri majelis-majelis kebaikan yang mana engkau akan mendapat faedah dalam urusan-urusan agama dan duniamu.

 

Hindarilah majelis-majelis yang buruk atau majelis-majelis tak berguna, yang tidak disebut nama Allah di dalamnya.

 

Nabi SAW. bersabda: “Tidaklah suatu kaum berdiri dari suatu majelis di mana orang-orang tidak menyebut nama Allah, melainkan mereka berdiri seperti meninggalkan bangkai keledai dan majelis itu akan menimbulkan penyesalan atas mereka di hari kiamat.”

 

Hendaklah engkau menjauhi majelis-majelis yang terdapat kemunkaran, seperti halnya permainan judi atau terdapat khamar/minuman keras di situ.

 

Dalam hadits disebutkan: “Nabi SAW. melarang duduk di majelis hidangan, yang ada orang minum khamar di tempat itu.”

 

Apabila engkau tidak menemukan teman duduk perempuan yang shalihah, maka hendaklah engkau menyendiri, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.: “Tinggal sendirian lebih baik dari pada duduk berteman dengan yang jahat, dan teman yang baik lebih baik daripada menyendiri.”

 

Janganlah engkau masuk majelis rahasia sedangkan engkau tidak diundang. Sehingga orang-orang yang hadir tidak marah kepadamu, karena engkau dianggap memata-matai mereka.

 

Dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa mendengarkan pembicaraan suatu kaum sedang mereka tidak menyukainya, maka pada hari kiamat nanti akan dituangkan timah cair ke kedua telinganya.”

 

    Hendaklah engkau duduk di tempat yang terdekat denganmu dan jangan memaksakan duduk di tengah majelis. Sebab Nabi SAW. sendiri tidak punya tempat duduk khusus dari para sahabatnya, karena beliau duduk di mana pun ada tempat duduk kosong.

 

Begitu pula yang dilakukan sahabat-sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum ketika mereka hendak duduk.

 

Apabila engkau duduk di masjid, maka berniatlah untuk i’tikaaf supaya engkau mendapat pahala. Bersikaplah sopan di dalamnya dan jangan bermain atau berteriak, atau mengganggu seseorang yang sedang shalat.

 

Sibukkan dirimu dengan membaca Al-Qur’an dan berdzikir atau membaca shalawat Nabi SAW.

 

Janganlah bicara urusan duniawi di dalam masjid, apalagi hal-hal yang diharamkan.

 

Dalam hadits disebutkan: “Akan terjadi di akhir zaman nanti, suatu kaum yang membicarakan urusan mereka di masjid-masjid, sedang Allah tidak butuh kepada mereka.”

 

Dalam hadits lain disebutkan: “Berbicara di dalam masjid dapat menghabiskan pahala amal kebaikan, Sebagaimana hewan memakan rumput.”

 

Janganlah melangkahi bahu orang-orang yang sudah duduk berbaris, kecuali bila engkau menemukan tempat yang kosong di baris depan.

 

Dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa melangkahi bahu orang-orang pada hari Jum’at, maka ia telah membuat jembatan menuju jahannam.”

 

Para ulama berkata, “Sesungguhnya pengharaman melangkahi bahu orang-orang adalah bersifat umum untuk semua majelis, karena perbuatan itu mengganggu orangorang yang duduk dan merendahkan mereka.”

 

    Jauhilah kebiasaan-kebiasaan buruk pada waktu engkau duduk.

 

Maka janganlah memasukkan jarimu ke dalam telinga, ke dalam hidung atau pun ke dalam mulutmu.

 

Jangan mengeluarkan sisa makanan diantara gigigigimu dan jangan membuang ingus dengan tanganmu, tetapi bersihkanlah dengan sapu tangan yang bersih sambil menutup hidung tanpa mengeraskan suara.

 

Apabila engkau batuk, maka letakkan sapu tanganmu di atas mulutmu supaya air ludahmu tidak bertebaran keluar.

 

Apabila engkau menguap, maka tahanlah sekuat tenagamu dengan meletakkan tangan kirimu pada mulut atau dengan menutup kedua bibirmu.

 

Jika engkau tidak sanggup, maka tutuplah mulutmu dengan punggung telapak tangan kirimu dan jangan menimbulkan suara.

 

Nabi SAW. bersabda: “Apabila seseorang dari kamu menguap, hendaklah ia letakkan tangan di atas mulutnya, karena syaitan masuk waktu ia menguap.”

 

Dalam hadits lain: “Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Maka apabila seseorang dari kamu menguap, hendaklah ia menahannya sedapat mungkin dan jangan mengatakan: “Hah, hah,” karena hal itu termasuk perbuatan syaitan yang mentertawainya.

 

Para ulama berkata, “Karena bersin menunjukkan ringannya badan dan kegiatan, sedangkan menguap biasanya menunjukkan-badan yang berat dan penuhnya perut, sehingga menimbulkan kemalasan. Maka Nabi SAW. mengaitkannya dengan syaitan, karena syaitan menyukainya.”

 

    Apabila engkau bersendawa’ (mengeluarkan bunyi dan udara dari kerongkongan sehabis makan kenyang atau bersin), maka letakkanlah tanganmu atau sapu tangan di atas mulutmu supaya tidak bertebaran air ludahmu dan mengganggu orang karena sendawamu.

 

Janganlah mengeraskan suara ketika bersendawa.

 

Dalam hadits disebutkan: “Apabila seseorang dari kamu bersendawa atau bersin, maka janganlah mengeraskan suara, karena syaitan menyukai bersendawa atau bersin dengan suara keras.”

 

Apabila engkau bersin, ucapkanlah Alhamdulillah. Telah disebutkan dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu bersin, hendaklah ia mengucapkan: Alhamdulillah.

 

Dan hendaklah saudara atau temannya menjawabnya: Yarhamukallah (semoga Allah mengasihimu).

 

Apabila temannya mengatakan: Yarkamukallahu, maka orang yang bersin sunnah menyahuti: Yahdiikumullahu wa yushlihu baalakum (semoga Allah memberi petunjuk kepada kamu dan memperbaiki hatimu).

 

Apabila seorang anak yang belum baligh bersin di dekatmu, lalu mengatakan: Alhamdulillahi robbil ‘alamien, maka jawablah: Baarokallahu fiika ya ghulaam (semoga Allah memberkatimu wahai anak kecil).”

 

Demikianlah disebutkan dalam hadits.

 

    Janganlah engkau duduk di jalanan. Sebab Nabi SAW. telah melarang kita untuk melakukan itu. Apabila harus dilakukan, maka berilah jalanan itu haknya, yaitu seperti yang disebutkan dalam hadits: “Menjaga pandangan (dari yang terlarang), mencegah gangguan, menjawab salam, menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah perbuatan munkar.”

 

Apabila engkau berdiri dari tempat duduk, maka bacalah do’a yang diriwayatkan dari Nabi SAW.: “Subhanakallahumma wa bihamdika, Asyhaduan laa ilaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika” (Maha Suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu).

 

Barangsiapa mengucapkan itu diampunilah dosanya yang terdapat di majelis itu.

3. ADAB PADA WAKTU BERBICARA

    Wahai putri tercinta! apabila engkau ingin berbicara pertama kali engkau harus pertimbangkan perkataanmu itu dalam hati. Apabila pantas, maka ucapkanlah. Kalau tidak, maka diamlah supaya engkau selamat dari keburukan keburukan lisan yang besar.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Tidaklah ia mengucapkan suatu perkataan melainkan di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir” (Qaaf: 18).

 

Disebutkan dalam hadits: “Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan perkataan yang tidak jelas dan terang, sehingga menyebabkannya tergelincir ke dalam neraka lebih jauh dari pada jarak antara Timur dan Barat.”

 

Disebutkan pula dalam hadits: “Cobaan/ujian itu disebabkan oleh ucapan. Andaikata seorang laki-laki menjelekkan seorang laki-laki yang lain dengan menuduhnya menyusui anjing, maka ia sendiri akan menyusuinya.”

 

Dalam hadits lain dikatakan: “Bukankah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka dengan muka mereka, itu adalah sebagai korban dari lidah-lidah mereka?”

 

Dalam hadits disebutkan pula: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah ia berkata yang baik atau hendaklah ia diam.”

 

Seorang Penyair berkata:

 

Timbanglah perkataanmu jika engkau berbicara karena ucapan itu menampakkan aib dari keaiban si pembicara.

 

Berbicaralah sesuai dengan keperluan supaya tidak terlalu banyak bicara. Sebab dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa banyak bicaranya, maka ia pun banyak kesalahannya, dan barangsiapa banyak kesalahannya, ia pun banyak dosanya. Sedangkan barangsiapa banyak dosanya, maka api neraka akan menimpanya.”

 

Janganlah engkau bicarakan semua apa yang engkau dengar. Dalam hadits disebutkan: “Cukuplah manusia berdosa bila ia menceritakan semua apa yang didengarnya.”

 

    Bicaralah sesuai dengan suasananya. Janganlah engkau menceritakan hal-hal yang dapat menertawakan dalam suasana duka dan janganlah pula menceritakan hal-hal yang menyedihkan dalam suasana gembira. Jangan menyebutkan hal-hal yang menjijikkan pada waktu makan dan jangan pula membahas suatu cacat badaniah di saat orang yang memiliki cacat itu hadir di dalam majelis tersebut, supaya ia tidak merasa malu atau tersinggung perasaannya.

 

Berhati-hatilah pada waktu berbicara supaya tidak keluar air liurmu atau bertebaran ludah dari mulutmu.

 

Jangan sering memberi isyarat dengan kepala atau tanganmu. Apabila engkau ditanya tentang sesuatu, maka jawablah dengan ucapan, bukan dengan menggerakkan kepala atau kedua bahu.

 

Apabila orang lain ditanya, jangan terburu engkau menjawabnya… Berbicaralah dengan suara yang sedang sehingga dapat didengar oleh orang yang diajak bicara, karena suara yang sangat keras dapat mengganggu pendengarnya dan menunjukkan kekasaran dan kedunguan si pembicara, sedangkan suara yang pelan tidak dapat di dengar oleh orang yang diajak bicara.

 

Janganlah engkau terburu-buru pada waktu berbicara, supaya jelas dan dapat dipahami serta engkau pun akan selamat dari kesalahan ucap.

 

Adalah Nabi SAW. berbicara dengan suara yang jelas dan mudah dipahami oleh setiap orang yang mendengarnya.

 

Janganlah memonopoli (menguasai) pembicaraan untuk dirimu sendiri, tetapi berilah waktu kepada teman dudukmu dari pembicaraan itu.

 

    Apabila salah seorang anak perempuan berbicara kepadamu, maka dengarkanlah perkataannya dan hadapkanlah mukamu kepadanya.

 

Jangan engkau memutus bicaranya, tetapi tunggulah sampai ia selesai berbicara. Apabila engkau tidak memahami perkataannya, maka janganlah engkau katakan: “Bagaimana?” “Apa yang engkau katakan?” “Aku tidak paham perkataanmu!” akan tetapi pakailah ungkapan-ungkapan yang halus seperti: “Tolong ulangi perkataanmu.”

 

Apabila engkau berbicara kepada salah seorang anak perempuan, sedang ia tidak paham dengan perkataanmu, maka janganlah engkau marah.

 

Ulangilah perkataanmu untuk kedua dan ketiga kalinya sampai ia memahaminya. Sebab Nabi SAW. apabila berbicara suatu masalah beliau mengulanginya sampai tiga kali hingga dapat dimengerti.

 

Apabila engkau meminta sesuatu dari seorang anak perempuan, jangan katakan kepadanya: lakukanlah begini dan berikanlah ini, karena itu termasuk perkataan yang kasar.

 

Akan tetapi katakanlah: tolong lakukan ini, atau aku minta tolong agar engkau sediakan itu.

 

Apabila seorang perempuan memanggilmu, terutama Gurumu atau ibumu atau pun ayahmu, maka jawablah segera dengan perkataan: “Labbaik / ya.”

 

Tidak seorang pun yang lebih baik akhlaknya dari pada Rasulullah SAW. sedangkan apabila seorang sahabatnya memanggil beliau pasti menjawab: “Labbaik / ya !”.

 

Jangan katakan : mau apa kamu?, atau ingin apa kamu? Karena perkataan itu termasuk ucapan yang kasar.

 

    Jika hadir di dalam majelis orang yang lebih tua daripadamu, maka janganlah mendahuluinya dalam berbicara.

 

Nabi SAW. telah berkata kepada Abdurrahman bin Sahl r.a. “Diamlah, engkau masih belum dewasa.” Ketika ia hendak berbicara tentang suatu masalah, sedangkan ia yang termuda di antara hadirin lainnya.

 

Apabila engkau berbicara dengannya, gunakanlah kata-kata keagungan dan penghormatan, seperti: Anda atau Saudari.

 

Ketahuilah, bahwa penghormatan kepada orang tua telah dijanjikan balasan umur panjang bagi anak muda.

 

Sebagaimana dalam hadits: “Tidaklah seorang anak muda menghormati orang tua karena usianya, melainkan Allah mentakdirkan baginya orang yang akan menghormatinya ketika ia mencapai usia itu.”

 

Apabila seorang anak perempuan menceritakan suatu cerita kepadamu atau mengkhabarimu tentang sesuatu berita, janganlah engkau menghancurkan perasaannya dengan perkataanmu, “Aku telah mendengar cerita ini atau berita ini.” Akan tetapi bersikapiah diam, seakan-akan engkau belum mengetahui itu sebelumnya.

 

    Begitulah pula jika ia keliru dalam menceritakan atau menyampa kan berita itu, maka janganlah mentertawakannya.

 

Jangan pula menyalahkannya dengan keras lagi kasar seperti teguranmu kepadanya: “Perkataanmu itu tidak benar.” Akan tetapi tunjukkanlah kesalahannya secara halus sambil mengatakan, “Barangkali begini, menurut perkiraanku begini.” Jika ia tidak menerima teguranmu, maka biarkan dia dalam keadaannya.

 

Janganlah engkau bertengkar dengannya, walau engkau di pihak yang benar.

 

Dalam hadits disebutkan “Barangsiapa meninggalkan perdebatan sedang ia di pihak yang benar, baginya didirikan sebuah rumah dalam surga yang tertinggi.”

 

Dalam hadits lain disebutkan: “Janganlah engkau mendebat saudaramu dan jangan pula bergurau dengannya. Janganlah engkau menjanjikan sesuatu kepadanya, lalu engkau mengingkarinya.”

 

Jika engkau bersalah, lalu diingatkan oleh seorang anak perempuan, maka terimalah peringatannya dengan gembira dan senang hati. Berterima kasihlah kepadanya atas nasihatnya. Jangan sampai engkau tidak mau menerima kebenaran, karena sikap itu merupakan kesombongan. Dalam hadits disebutkan: “Kesombongan itu adalah tidak mau menerima kebenaran.”

 

    Termasuk tata krama dalam berbicara adalah engkau hindari kata-kata yang kotor, caci maki dan pelaknatan.

 

Dalam hadits: “Bukanlah orang mukmin apabila suka memaki, suka melaknat maupun juga berkata keji dan kotor.”

 

Hendaklah engkau hindari melakukan ghibah (pergunjingan), dusta dan mengadu domba.

 

Allah Ta’ala berfirman : “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya” (Al-Hujuraat: 12).

 

Dalam hadits disebutkan: “Betapa besar khianatnya apabila engkau kabarkan suatu berita kepada saudaramu lalu ia mempercayaimu sedang engkau mendustainya.”

 

Dalam hadits yang lain: “Tidaklah masuk surga orang yang suka melakukan namimah (mengadu domba).”

 

Janganlah bersumpah dengan nama Allah, walaupun engkau berkata benar. Sebab Allah Ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah sebagai sasaran bagi sumpah-sumpahmu” (Al-Baqarah: 224).

 

Janganlah engkau bicara dengan kebodohan. Bilamana engkau ditanya tentang sesuatu yang tidak engkau ketahui, maka jangan malu untuk mengatakan: Allahu A’lam (Allah yang lebih tahu), atau saya tidak tahu.

 

Jawaban itu tidak akan merendahkan derajatmu, bahkan menaikkan kedudukanmu di sisi Allah dan masyarakat, karena hal itu menunjukkan kekuatan agamamu dan kesucian hatimu.

 

Dengan begitu engkau mendapat pahala ilmu. Itulah sebabnya Asy-Sya’bi rahimahullah berkata, “Aku tidak tahu adalah separuh dari ilmu.”

 

    Berhati-hatilah pula dalam berbicara untuk tidak menyiarkan rahasia, dan tidak bergurau dengan tidak sewajarnya, karena hal itu dapat menimbulkan dendam.

 

Janganlah banyak tertawa atau tertawa keras serta jangan pula bermuka cemberut.

 

Nabi SAW. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala membenci orang yang suka cemberut di hadapan saudara-saudaranya.”

 

Janganlah bersikap sombong, angkuh, dan suka membanggakan diri.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah (Allah) yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (An-Najm: 32).

 

Janganlah kamu suka mengejek seseorang dengan meniru perkataan dan perbuatannya, menyindir aib yang ada padanya atau menjelekkannya dengan julukan yang tidak pantas.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolokolokkan) lebih baik daripada mereka (yang mengolokOlokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olokkan) lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olokkan), dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk” (Al-Hujuraat: 11).

 

Apabila seorang perempuan bodoh mengganggumu dengan ucapannya maka janganlah menanggapinya. Sebagaimana kata penyair:

 

Bila orang bodoh berbicara, janganlah engkau jawab lebih baik kau diam daripada menjawabnya

Aku diamkan orang bodoh, maka ia mengira aku tak mampu menjawab, padahal aku mampu.

4. ADAB MAKAN SENDIRIAN

    Wahai putri tercinta! ketahuilah, bahwa manusia berakal makan adalah untuk hidup, karena makan itu hal yang di wajibkan untuk kesehatan badannya. Jika ia tidak makan, pastilah ia mati.

 

Kebalikannya adalah orang bodoh. la hidup untuk makan sehingga keinginannya hanya mengisi perut saja sebagaimana binatang.

 

Maka engkau tidak boleh berlebih-lebihan makan demi mematuhi firman Allah “azza wa jalla: “Makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan, sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang berlebihlebihan” (Al-A’raaf: 31).

 

Hendaklah engkau amalkan adab-adab pada waktu makan, yaitu:

 

    Hendaklah kamu berniat untuk menjadi kekuatan dalam melakukan ketaatan dan beribadah, supaya mendapat pahala atas niat itu.

 

Telah disebutkan dalam hadits: “Sesungguhnya semua amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan yang diniatkannya.”

 

Janganlah engkau makan hanya bertujuan untuk sekedar merasakan kenikmatan dan kelezatan, sehingga engkau makan di setiap waktu, dan memasukkan makanan di atas makanan yang lain.

 

Dalam hadits dikatakan: “Sesungguhnya termasuk perbuatan melampaui batas, apabila engkau makan segala yang engkau sukai.”

 

Akan tetapi makanlah pada waktu-waktu tertentu di saat engkau ingin makan. Makanlah makanan yang ada dan jangan tanyakan yang tidak ada.

 

Janganlah engkau makan sampai kekenyangan, akan tetapi berhentilah walau engkau masih menyukainya, karena terlalu kenyang dapat mengganggu kesehatan serta menyebabkan sifat bebal (bodoh).

 

Nabi SAW. telah melarang hal itu dengan sabdanya: “Tidaklah anak Adam (manusia) memenuhi sebuah wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam makan beberapa suap yang mampu menegakkan sulbinya (tulang punggung). Bilamana harus mengisi perut maka ia isi sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk napasnya.”

 

Nabi SAW pernah bersabda: “Seburuk-buruk umatku adalah mereka yang makan-makanan yang nikmat, sehingga tubuh mereka tumbuh karenanya, sedang keinginan mereka hanyalah beragamnya makanan dan pakaian dan mereka berbicara tidak keruan.”

 

Nabi SAW. bersabda pula: “Janganlah kamu sekalian makan terlalu kenyang, karena kekenyangan itu merusak agama, menimbulkan penyakit dan menyebabkan malas beribadah.”

 

    Hendaklah engkau memelihara kebersihan dengan mencuci kedua telapak tanganmu pada sebelum dan sesudahnya makanmu.

 

Dalam hadits dikatakan: “Wudhu (mencuci kedua telapak tangan) sebelum makan adalah menolak kemiskinan, dan sesudahnya dapat mencegah kegilaan atau sejenisnya.”

 

Hendaklah kamu makan dengan tanganmu yang kanan.

 

Dalam hadits: “Hendaklah seseorang dari kamu makan dengan tangan kanannya dan minum dengan tangan kanannya pula, mengambil dengan tangan kanannya dan memberi juga dengan tangan kanannya.

 

Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kiri dan minum dengan tangan kiri pula, memberi dengan tangan kirinya mengambil juga dengan tangan kirinya.”

 

Hendaklah pertama kali engkau ucapkan: Bismillahir Rahmaanir Rahiim (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Dan Penyayang)

 

Dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu makan, hendaklah ia menyebut nama Allah.

 

Jika ia lupa pada awalnya, hendaknya ia mengucapkan: Bismillah awwalahu wa aakhirahu (Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).”

 

Janganlah engkau mengotori tangan dan bajumu dengan makanan. Janganlah menumpahkan kuah atau meletakkan tulang-tulang di atas soprah. Jangan banyak. minum pada waktu makan, karena hal itu dapat menghambat : pencernaan makanan.

 

Janganlah meniup makanan dan minuman.

 

Dalam hadits disebutkan: “Meniup dalam makanan itu menghilangkan barokah.”

 

Terdapat pula larangan menghembus dalam minuman.

 

Janganlah engkau minum dari mulut kendi, karena bisa membuatnya berbau busuk dan mungkin sekali di dalamnya terdapat kotoran atau hewan yang tidak kau lihat.

 

Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki minum dari mulut sebuah kendi, lalu merayap seekor ulat yang masuk ke dalam perutnya. Jangan bernapas atau bersendawa dengan gelas masih dimulut atau minum dari bagian gelas yang retak.

 

Telah disebutkan dalam hadits tentang larangan yang mengatakan bahwa ia adalah tempat duduk syaitan.

 

    Jangan pula engkau makan atau minum sambil berdiri. Karena perbuatan itu juga tidak diperbolehkan.

 

Dalam hadits dikatakan: “Janganlah engkau makan sambil berjalan.”

 

Para dokter pun telah melarangnya, karena usus besar (tempat pencernaan) tidak siap untuk menerima makanan dalam keadaan berjalan.

 

Ya, mereka para dokter menyuruh untuk bergerak setelah makanan menetap di dalam perut.

 

Sebagaimana dalam peribahasa Arab: “Makanlah pada waktu siang dan beristirahatlah, dan makanlah pada waktu malam lalu berjalanlah.”

 

Maka berjalanlah sebelum tidur, walaupun seratus langkah, karena berjalan termasuk penyebab terbesar dalam melancarkan pencernaan dan waktu malam biasanya diliputi ketenangan. Maka kita harus bergerak pada waktu itu.

 

Sebaliknya waktu siang adalah waktu bergerak dan Cukup untuk pencernaan.

 

Janganlah engkau tinggalkan makan siang atau makan malam. Sebab dalam hadits disebutkan: “Meninggalkan makan siang dapat menyebabkan sakit, sedangkan meninggalkan makan malam dapat menyebabkan lekas tua.”

 

Dalam hadits lain: “Makanlah pada waktu malam walaupun hanya segenggam kurma.”

 

Hendaklah engkau makan pagi sebelum keluar dari rumahmu. Seorang bijaksana berkata kepada putranya, “Wahai anakku, janganlah keluar dari rumah sehingga engkau makan terlebih dulu, karena dengan itu akalmu bisa tetap terjaga dan hilanglah segala kebodohan.”

 

    Termasuk adab adalah jangan engkau minum atau bicara sementara makanan masih berada di mulutmu. Jangan mengusap kedua bibirmu dengan lidah sesudah makan dan minum, tetapi usaplah dengan kain pembersih (serbet).

 

Janganlah minum air dengan sekali teguk tanpa bernapas, tetapi minumlah sekali teguk, lalu kemudian bernapas di luar gelas.

 

Dalam hadits disebutkan: “Teguklah air dengan kuat dan jangan meneguknya sekaligus (tanpa bernapas), karena penyakit hati itu disebabkan tegukan sekaligus.”

 

Rasulullah SAW. apabila minum air dalam gelas, beliau bernapas tiga kali. Dalam setiap napas beliau mengucapkan Alhamdulillah (memuji Allah Ta’ala) dan mengucap syukur setelah selesainya.

 

Janganlah engkau makan sambil telungkup di atas perut. Sebab telah disebutkan hadits tentang larangan melakukan hal itu. Jangan pula makan sambil terlentang atau bersandar di bantal, karena perbuatan itu menimbulkan kesombongan dan banyak makan serta merupakan kebiasaan penguasa yang sombong.

 

Janganlah makan sambil bersandar di salah satu sisi badanmu, karena perbuatan itu mengganggu kesehatan, ia menghalangi kelancaran masuknya makanan ke dalam usus besar sehingga menjadikan ia lemah.

 

Dalam hadits dikatakan kadang-kadang Rasulullah SAW. berlutut untuk makan dan terkadang duduk di atas punggung kedua telapak kakinya. Kadang-kadang pula beliau menegakkan kakinya yang kanan dan duduk di atas kakinya yang kiri.”

 

Nabi SAW. bersabda, “Aku tidak pernah makan sambil bersandar, karena sesungguhnya aku adalah seorang hamba biasa. Aku makan sebagaimana hamba makan dan duduk sebagaimana hamba duduk.”

 

Janganlah engkau makan makanan yang panas, tetapi sabarlah sampai ia menjadi dingin sedikit untuk mudah mengambilnya.

 

Disebutkan dalam hadits: “Janganlah engkau makan makanan panas, karena ia menghilangkan barokah.”

 

Hendaklah engkau kecilkan suapan dan mengunyah makanan dengan baik karena itu membantu pencernaan.

 

Jangan mengambil makanan lain sebelum menelan yang ada di mulutmu, karena hal itu menunjukkan kerakusan terhadap makanan.

 

    Apabila engkau selesai makan, cucilah kedua tangan dan bibirmu dengan baik yaitu dengan menggunakan sabun, kemudian keringkanlah keduanya dengan kain pembersih (serbet) yang bersih dari salah satu sisinya. Kemudian bersihkan sisa-sisa makanan di sela gigi-gigimu dengan tusuk gigi.

 

Dalam hadits: “Semoga Allah merahmati orangorang dari umatku yang mau membersihkan sisa makanan di sela-sela gigi pada waktu mereka berwudhu dan setelah ia makan.”

 

Setelah membersihkan gigi hendaklah engkau berkumur. Sebab mungkin saja dalam mulut keluar darah yang dapat menajisi mulut. Mengenai hal ini terdapat atsar dari ahlil bait alaihimus salam (keluarga Nabi SAW.) sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam kitabnya Al-lhya’.

 

Syukurilah nikmat Allah Ta’ala dalam hatimu atas makanan yang telah diberikan-Nya kepadamu. Dan saksikanlah bahwa makanan adalah kenikmatan pemberian-Nya. Allah Ta’ala berfirman: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika hanya kepada-Nya saja kamu benar-benar menyembah” (An-Nahl: 114).

 

Dalam hadits disebutkan: “Sesungguhnya Allah ridha kepada hamba yang telah makan lalu mau memuji-Nya atas makanan itu, dan habis minum lalu memuji-Nya atas minuman tersebut.”

 

Nyatakan rasa syukurmu dengan lisanmu seraya mengucapkan, “Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah) yang telah memberiku makanan ini, dan memberikannya sebagai rezeki kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku.”

 

Dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa mengatakan hal itu, diampuni semua dosa-dosanya yang terdahulu.”

 

Bacalah pula do’a, “Segala puji bagi Allah berupa pujian yang banyak lagi baik dan mendapat berkat tidak terbatas dan tiada berhenti, dan selalu dibutuhkan, wahai Tuhan kami.

 

Ya Allah berkatilah kami atasnya dan berilah kami makanan yang lebih baik darinya.”

 

Kecuali sesudah minum susu, maka katakanlah, “Ya Allah, berkatilah kami olehnya dan tambahilah kami darinya.” Karena tiada yang lebih mencukupi sesuatu makanan dan minuman selain susu.

 

Ucapkanlah sehabis minum air: “Segala puji bagi Allah yang menjadikannya tawar dan segar dengan rahmat-Nya, dan tidak menjadikannya asin sekali sampai pahit karena dosa-dosa kami.”

 

Adapun kalau sehabis makan, maka bacalah: “Aul huwallahu Ahad” (surat Al-Ikhlash) dan “Li iilaafi Quraisyin” (surat Quraisy).

5. ADAB MAKAN BERSAMA SEKELOMPOK ORANG

    Sunnah bagimu untuk tidak menyendiri pada waktu makan. Maka makanlah engkau bersama keluargamu atau tamu-tamumu.

 

Dalam hadits disebutkan: “Adalah Rasulullah SAW. tidak makan sendirian.” Disebutkan pula dalam riwayat yang lain: “Berkumpullah untuk memakan yang kalian miliki, niscaya bagi kalian makanan itu diberkati.”

 

“Sebaik-baik makanan adalah yang dimakan oleh banyak orang.”

 

Apabila engkau makan bersama orang lain, maka pakailah adab-adab berikut ini di samping adab-adab yang telah lalu.

 

Janganlah engkau cepat-cepat duduk atau memulai makan sebelum orang perempuan yang lebih tua (umurnya) darimu atau lebih tinggi kedudukannya daripadamu. Kecuali bila engkau orang yang diikuti dan diteladani, karena engkau sebagai tuan rumah. Maka patutlah engkau memulai makan supaya para hadirin tidak lama menunggu.

 

Janganlah duduk berlama-lama di depan hidangan sehingga engkau menjadi orang terakhir yang berdiri dari tempat itu dan nampak seperti orang yang serakah dan tamak, kecuali bila engkau menjadi tuan rumah, maka dianjurkan bagimu melakukan itu.

 

Dalam hadits disebutkan: “Adalah Nabi SAW. apabila makan bersama orang banyak, beliau menjadi orang terakhir yang makan”

 

Janganlah terburu berdiri atau berhenti makan, walaupun engkau masih tetap berada di depan hidangan, supaya orang-orang di sebelahmu tidak merasa malu dan segera berhenti makan mengikutimu.

 

Dalam hadits: “Apabila makanan telah dihidangkan, maka janganlah ada seseorang yang lalu berdiri, walaupun ia sudah merasa kenyang, sehingga orang-orang selesai makan, karena perbuatan Itu dapat membuat malu teman duduknya, sedangkan mungkin Ia masih menyukal makanan itu.”

 

    Hendaklah di dalam majelis Itu engkau memilih tempat yang pantas bagimu, lalu duduk dengan sopan, dan tidak mempermainkan alat-alat makan, jangan engkau sering menoleh ataupun bergerak dan jangan pula mendesak orang yang ada disebelahmu.

 

Termasuk adab apabila engkau mengkhususkan salam dan bertanya tentang keadaan orang yang duduk di dekatmu dalam majelis itu.

 

Hal itu dimaksudkan untuk menimbulkan kegembiraan kepadanya serta menghilangkan rasa sepi dan jemunya.

 

Termasuk adab pula adalah jangan engkau duduk menghadap ke pintu kamar laki-laki. Jangan pula dengan sengaja engkau memandang aneka makanan dan wajah orang-orang yang sedang makan.

 

Jangan mengulurkan tangan ke arah makanan yang jauh darimu, tetapi ambillah makanan yang terdekat darimu. Kecuali buah-buahan, maka tidaklah mengapa engkau mengambil buah yang engkau sukai.

 

Dalam hadits: “Seusai makan Nabi SAW. mengelilingkan buah-buahan kepada para sahabatnya. Maka ditanyakan kepadanya tentang hal itu. Beliau menjawab: bukankah buah-buahan itu satu macam?” Makanlah buah-buahan itu sebiji demi sebiji dan jangan makan dua biji sekaligus. Telah tersebut dalam sebuah hadits tentang larangan melakukan hal itu, kecuali atas izin temanmu.

 

Janganlah menarik makanan dari hadapan temanmu ke arah dirimu dan jangan memakannya untuk dirimu sendiri tanpa menawari temanmu.

 

Apabila engkau makan pisang misalnya, jangan engkau letakkan kulitnya di hadapan orang lain, sehingga menimbulkan sangkaan bahwa engkau tidak makan apa-apa. Ini nerupakan dusta.

 

Dan jangan melemparkan kulitnya di jalanan supaya idak menyebabkan orang lain tergelincir.

 

Dan usahakan jangan menimbulkan suara waktu mengunyahnya hi, terutama bila engkau menikmati sesuatu makanan, karena hal itu menunjukkan sifat keserakahan.

 

    Apabila engkau tidak dapat menahan ludah atau ingus, maka menjauhlah dari majelis.

 

Janganlah mengeluarkan suara keras di saat meludah atau mengeluarkan ingus. Begitu pula apabila engkau berbicara, maka bicaralah dengan perkataan yang sesuai dengan suasana.

 

Disebutkan dalam hadits bahwa Nabi SAW. menanyakan kuah kepada keluarganya. Mereka menjawab, “Kami hanya mempunyai cuka.”

 

Maka beliau menyuruh mengambilnya, lalu memakannya seraya berkata, “Sebaik-baik kuah adalah cuka, sebaik-baik kuah adalah cuka.”

 

Janganlah engkau menyebut sesuatu yang menjijikkan atau bercerita tentang yang menyedihkan pada saat makan berlangsung, karena hal itu tidak sesuai dengan adab.

 

Janganlah makan dari atas talam atau dari tengah makanan. Dalam hadits dikatakan: “Makanlah dari sekitar

 

pinggiran talam dan jangan makan dari tengahnya, karena barokah turun di tengahnya.”

 

    Termasuk adab pula: jangan engkau menyentuh suatu makanan dengan tanganmu, tetapi ambillah dengan sendok, kecuali bila makan bersama-sama dalam satu talam. Maka hal itu tidak mengapa, akan tetapi makanlah bagian yang ada di depanmu. Jangan mengibaskan tangan dalam talam dan jangan pula mendahulukan kepala ketika engkau memasukkan suapan ke dalam mulutmu. Apabila engkau mengeluarkan sesuatu dari mulutmu, maka palingkan wajahmu dari makanan dan ambillah dengan tangan kirimu.

 

Roti yang engkau patahkan dengan gigimu, janganlah engkau celupkan sisanya ke dalam kuah. Begitu pula, jika engkau mengambil sesuatu dari dalamnya, lalu engkau letakkan dalam piring atau mulutmu, maka janganlah mengembalikannya ke tempatnya semula supaya orang lain tidak merasa jijik dengannya.

 

    Janganlah engkau bersendawa di hadapan seseorang, tetapi palingkanlah wajahmu darinya. Bersendawalah dengan pelan.

 

Janganlah mencium makanan dengan hidungmu. Nabi SAW. telah melarang hal itu dengan sabdanya: “Janganlah kamu mencium makanan seperti yang dilakukan hewan buas.”

 

Apabila seseorang menawarkan makanan kepadamu, sedang engkau tidak menyukainya, maka jangan menampakkan ketidaksukaanmu kepadanya, apalagi engkau mencelanya atau mengatakannya: aku tidak menyukainya. Akan tetapi kemukakanlah alasan kepadanya dengan ungkapan yang halus, seperti perkataan: aku harap engkau maafkan aku atau terima kasih banyak bagimu atau yang semacam itu.

 

Telah dikemukakan bahwa Nabi SAW. sama sekali tidak pernah mencela makanan.

 

Dalam hadits disebutkan: “Orang-orang menghidangkan biawak panggang kepada Rasulullah SAW. Beliau mengulurkan tangan ke arah makanan itu. Mereka para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah ia adalah daging biawak.” Maka beliau lalu mengangkat kembali tangannya. “

 

Khalid bin Walid r.a. berkata, “Wahai Rasulullah apakah biawak itu haram? “Nabi SAW. menjawab, “tidak,” tetapi ia tidak terdapat di negeri kaumku, sehingga aku tidak menyukainya.”

 

    Apabila engkau mencuci kedua tanganmu, maka janganlah lalu mengibaskannya supaya percikan airnya tidak mengenai orang yang hadir.

 

Apabila engkau makan di tempat seseorang, maka do’akanilah dia seusai makan dan ucapkanlah: “Ya Allah, perbanyaklah kebaikannya, berkatilah dia dengan rezeki yang Engkau berikan kepadanya, mudahkanlah dia melakukan kebaikan dengan rezeki itu dan puaskanlah dia dengan rezeki yang Engkau berikan kepadanya serta jadikanlah kami dan dia sebagai orang-orang yang bersyukur.”

 

Dalam hadits: “Nabi SAW. berbuka puasa di rumah Sa’ad bin Ubadah r.a. Kemudian Nabi SAW. berdo’a dan mengucapkan: “Orang-orang yang puasa berbuka di tempatmu, dan orang-orang yang shalih memakan makananmu sedangkan para malaikat mendo’akan kalian semuanya.”

 

Nabi SAW. makan di rumah Abdullah bin Busr r.a. kemudian berkata:

 

“Ya Allah, berkatilah mereka dengan rezeki yang Engkau berikan kepada mereka dan ampunilah dosa-dosa mereka serta kasihilah mereka.”

 

Apabila engkau menghadiri jamuan makan, maka janganlah mengambil sesuatu makanan yang kau bawa pulang ke rumahmu, itulah yang dinamakan suatu kekeliruan, kecuali bila si pemiliki rumah mengizinkan atau engkau ketahui keridhaannya, maka hal itu tidak mengapa.

 

Ketika itu ambillah mana yang engkau inginkan atau yang disetujui teman-temanmu.

 

Janganlah engkau menghadiri walimah (perjamuan makan) jika engkau tidak diundang, sehingga menjadi tamu yang tak diundang.

 

Dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa berjalan untuk menghadiri jamuan makan sedang ia tidak diundang, maka iapun berjalan sebagai orang fasik (berbuat jahat) dan makan makanan haram.” [alkhoirot.org]

LihatTutupKomentar