Yang Sunnah dalam Shalat

Yang Sunnah dalam Shalat Wudhu, mandi, dan sholat memiliki kesunahan-kesunahan yang banyak. Barang siapa menginginkan kehidupan hatinya dan keselamata

Yang Sunnah dalam Shalat

Judul kitab/buku: Terjemah Kitab Sullamul Munajat, Sulam Munajah, Sulam al-Munajat
Judul terjemah: Tangga Berkeluh Kesah, Panduan Shalat Lengkap
Judul asal dalam teks Arab:  [سلم المناجاة شرح سفينة الصلاة]
Syarah dari  kitab: Safinah as-Sholah karya Syeh Sayyid Abdullah bin Umar bin Yahya al-Khadromi.
Penulis/pengarang: Syekh Nawawi al-Banteni,
Nama yang dikenal di Arab:  [محمد بن عمر بن عربي بن علي نووي الجاوي أبو عبد المعطي]
Kelahiran: 1813 M, Kecamatan Tanara, Banten
Meninggal: 1897 M, Mekkah, Arab Saudi
Nama lengkap: Muhammad bin Umar bin Arabi ibn Ali Nawawi al-Jawi, Abu Abd al-Mu'ti
Bidang studi: fikih, hukum Islam
Penerjemah: Kang Muhammad Ihsan bin Nuruddin Zuhri


Daftar Isi

  1. Bagian Keenam: Sunah-sunah Sholat Dan Tata Cara Sholat
    1. Penutupan
    2. Penutup Syeh Nawawi al-Banteni
    3. Penutup Penerjemah 
  2. Kembali ke kitab: Terjemah Sulam Munajah

BAGIAN KEENAM SUNAH-SUNAH SHOLAT
 
Wudhu, mandi, dan sholat memiliki kesunahan-kesunahan yang banyak. Barang siapa menginginkan kehidupan hatinya dan keselamatan  serta memperoleh kebaikan di sisi Tuhannya    maka    pelajarilah
 kesunahan-kesunahan tersebut    dan mengamalkannya.  Tidak    ada  yang  tidak    mengamalkan    kesunahan- kesunahan kecuali ia adalah orang yang menganggap gampang urusan- urusan agama, yang menyimpang dari, yang lalai tentang, dan yang menyia- nyiakan    kesunahan-kesunahan tersebut.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Tidaklah sempurna sholat salah satu dari kalian sampai ia menyempurnakan wudhu.”

Termasuk  kesunahan- kesunahan wudhu dan mandi adalah membaca basmalah bersamaan dengan niat, melanggengkan niat, menggosoki anggota tubuh, melakukan tiga kali tiga kali (tatslis), tidak memercikkan dan mengelap air basuhan yang ada di anggota tubuh, tidak meminta tolong, tidak berbicara kecuali ada udzur, menghadap  kiblat,    berturut-turut (muwalah), membaca  doa    setelah wudhu dan mandi sekiranya antara doa dan selesai wudhu dan mandi tidak dipisah oleh waktu yang lama menurut ‘urf (pada umumnya), seperti mutawadhik atau mughtasil membaca: Aku bersaksi sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah Yang Maha Esa. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi    bahwa  sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya. Ya Allah! Jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat! Jadikanlah aku termasuk orang-orang bersuci! Maha Suci Engkau Ya Allah! Ampunilah dosa-dosaku! Lapangkanlah rumahku! Berkahilah rizkiku! Dan janganlah Engkau timpakan atasku fitnah yang menyebabkan Engkau jauh dariku. 

Disunahkan air yang digunakan untuk berwudhu tidak kurang dari satu mud, dan air yang digunakan untuk mandi tidak kurang dari satu shok ketika postur tubuhnya hampir seperti postur dan kehalusan tubuh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, apabila tidak maka boleh menambahi atau mengurangi sesuai dengan kebutuhan.

Adapun kesunahan-kesunahan sholat dibagi menjadi dua, yaitu sunah ab’ad dan haiat. Kesunahan Ab’ad adalah seperti tasyahud pertama dan hal-hal yang dilakukan bersamanya, membaca qunut dan hal-hal yang bersamanya di i’tidal rakaat kedua dari sholat Subuh, dan i’tidal rakaat akhir sholat witir di bulan Ramadhan dari pertengahan kedua bulan. Kesunahan haiat adalah kesunahan yang selain syarat-syarat sholat, rukun-rukun sholat, dan sunah-sunah ab’ad sholat.

Termasuk    yang    sangat dianjurkan untuk diketahui oleh setiap muslim adalah dzikir-dzikir sholat beserta maknanya agar ia bisa menghadirkan dzikir-dzikir tersebut ke dalam hati, meskipun secara global, dengan tujuan agar ia memperoleh kenikmatan-kenikmatan yang agung. Para pembesar ulama yang terpilih berkata, “Sesungguhnya seseorang tidak diberi pahala dzikir kecuali ketika ia mengetahui maknanya dan mengahadirkannya di dalam hati, meskipun secara global, selama bukan bacaan al-Quran, sholawat dan salam untuk Nabi al-Mukhtar,” seperti yang telah difaedahkan oleh Syeh Muhammad asy-Syabawi.

Kami akan menyebutkan dzikir- dzikir  sholat  secara  singkat  dalam buku ini secara urut, yaitu:
  
1.    Pertama-tama,    setelah    tubuh tegak,    musholli    melakukan kesunahan dengan mengucapkan secara lisan lafadz: Saya sholat fardhu Dzuhur empat rakaat dengan sholat adak seraya menghadap kiblat dan sebaga makmum karena Allah Ta’aala. (Allahu Akbar)

Kata ‘Dzuhur’ dapat diganti dengan nama sholat lain sesuai dengan sholat yang akan musholli lakukan. Musholli menyebutkan rakaat sholat agar dapat menjadikan sholat yang akan ia lakukan berbeda dengan sholat lainnya. Apabila ia berniat sholat dengan menentukan jumlah rakaatnya, dan ternyata ia salah menentukannya, maka sholatnya batal dengan catatan kesalahan tersebut ia lakukan secara sengaja. Kebatalan sholat ini adalah karena apa yang ia niatkan tidak    sesuai    dengan kenyataannya.
Menyebutkan jumlah rakaat sholat di dalam hati adalah sunah, seperti  menyebutkan  di  dalam
 hati jenis sholat, adak atau qodhok, juga disunahkan, meskipun sholat yang dilakukan adalah sholat sunah, karena agar dapat menjadikan sholat yang akan ia lakukan berbeda dengan sholat lainnya.
Disunahkan pula menyebutkan ‘menghadap kiblat’, dan ‘lillahi’ agar menjadikan keikhlasan musholli menjadi nyata, dan agar keluar dari perbedaan pendapat ulama.

 Musholli menyebutkan ‘Imaman’ sebagai ganti dari ‘Makmuman’ apabila saat sholat ia menjadi imam. Apabila ia sholat sendiri maka tidak perlu menyebutkan keduanya.

2.    Musholli membaca secara pelan setelah takbiratul ihram sholatfardhu atau sunah dan setelah diam sebentar bacaan: Saya menghadapkan dzatku kepada Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi tanpa ada yang menyamai sebelumnya, seraya saya condong ke agama Islam dan jauh dari agama-agama lainnya, dan saya masuk ke dalam agama Islam, dan saya bukanlah termasuk orang- orang    yang    musyrik (menyekutukan    Allah). Sesungguhnya sholat fardhuku, ibadahku, hidupku, matiku, adalah untuk Allah Yang Merajai seluruh alam semesta. Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam sifat ketuhanan. Dengan tauhid, sholat, dan ibadah lah saya diperintahkan dan saya adalah termasuk orang-orang muslim.

3.    Setelah diam sebentar, musholli membaca dengan pelan;  Saya berpegang teguh dan meminta pertolongan kepada Allah dari setan yang terlaknati atau yang dilempari was-was yang ditimpakan pada kita.

4.    Setelah diam sebentar, musholli membaca; Artinya:
[1]    Dengan Dzat atau pertolongan Allah Yang Maha Raja Agung yang hanya kami sembah, dan dengan taufik-Nya dan barokah nama- Nya, Yang Maha Pengasih, yaitu yang meratakan dua nikmat mewujudkan dan memberi kepada seluruh makhluk-Nya, Yang Maha Penyayang, yaitu yang mengistimewakan dari kalangan makhluk sebagai ahli yang Dia cintai dan ridhoi.

[2]    Segala pujian hanya milik Allah Yang merajai seluruh makhluk,

[3]    Yang meratakan seluruh hamba dengan pemberian nikmat serta yang mengistimewakan ahli kekasih-Nya dengan surga Dar as- Salam.
  
[4]    (Lafadz ‘ﻣﺎﻟﻚ’ dengan ada huruf alif) Yang Maha merajai seluruhperintah di Hari Kiamat [ATAU lafadz ‘ﻣﻠﻚ’ tanpa huruf alif) Yangmemiliki wewenang untuk memberikan perintah dan larangan di Hari Kiamat tanpa ada yang bisa mencegahnya dan tanpa sekutu bagi-Nya dalam menguasai wewenang.
 
Alasan mengapa disebutkan limanama, yaitu ‘اﷲ’, ‘اﻟﺮﲪﻦ’, ‘اﻟﺮﺣﻴﻢ’, ‘رب’ dan ‘ﻣﺎﻟﻚ’ adalah karena seolah-
 olah Allah berfirman, “Pertama- tama, Aku telah menciptakanmu. Kemudian Aku, Allah, menghiasimu dengan adanya kenikmatan. Kemudian Aku adalah Robb. Kemudian kamu mendurhakai-Ku, kemudian Aku mengampunimu, Aku adalah Rohman.    Kemudian Aku menerima taubatmu karena Aku
  adalah Rohim. Kemudian sudah pasti mendatangkan balasan untukmu. Aku adalah Malik di Hari Kiamat. 

[5]    Hanya kepada-Mu, kami menyembah dan hanya kepada- Mu, kami meminta pertolongan. Maksudnya,    kami mengkhususkan Engkau dengan ibadah, yaitu meyakini keesaan- Mu, mentaati-Mu dengan anggota- anggota tubuh kami, dan kami mengkhususkan hanya kepada- Mu dalam mencari pertolongan untuk melakukan ibadah dan lainnya.

[6]    Tunjukanlah kami jalan yang lurus.
Maksudnya adalah tambahilah kami hidayah atau petunjuk menuju agama yang haq. Senantiasakanlah kami sebagai hamba-hamba yang diberi petunjuk menuju agama haq.

[7]    yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat dengan hidayah, Mereka adalah para nabi, shiddiqin, syuhada, dan sholihin, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai. Mereka adalah kaum Yahudi karena Firman Allah tentang mereka, “Orang-orang Allah laknati dan murkai.” (QS. Al- Maidah: 60), dan bukan jalan orang-orang yang tersesat. Mereka adalah kaum Nasrani karena Firman Allah tentang mereka, “Sesungguhnya mereka telah tersesat sebelumnya dan menyesatkan    orang-orang banyak,” (QS. Al-Maidah: 77) dan karena    sabda    Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Sesungguhnya orang-orang yang dimurkai adalah kaum Yahudi dan sesungguhnya orang-orang yang tersesat adalah kaum Nasrani.” Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Hiban.

5.    Kemudia diam sebentar dan mengatakan; ‘آﻣﲔ’ yang berarti Ya Allah! Kabulkanlah!
  
6.    Kemudian  membaca  Surat  al-Quran setelah diam sebentar bagi musholli    yang    sholat        sendiri (munfarid), dan setelah diam yang lama seukuran membaca Surat al-Fatihah yang sedang bagi musholli yang menjadi imam agar makmum        membaca    al-Fatihah terlebih dahulu pada saat diam imam, dan mendengarkan bacaan imam setelahnya diamnya imam. Sebagian ulama berkata, “Disunahkan bagi imam pada saat diam yang seukuran lama membaca al-Fatihah itu untuk membaca doa:

Ya Allah! Jauhkanlah jarak antara aku dan dosaku sebagaimana Engkau telah menjauhkan jarak antara bumi timur dan barat. Ya Allah! Sucikanlah aku dari dosa- dosaku sebagaimana baju putih
 dibersihkan dari kotoran. Ya Allah! Basuhlah kesalahan-kesalahanku dengan air murni, air salju, dan air embun. 

Berdzikir dengan doa ini adalah menekankan pada pensucian diri dari dosa-dosa. Doa ini disunahkan juga dibaca setelah takbiratul ihram karena ia termasuk doa-doa iftitah.
7.    Kemudian diam sebentar dan ketika hendak rukuk, musholli mengucapkan ‘أﻛﱪ اﷲ’.
 8.    Setelah musholli menetapi rukuk,
ia membaca: Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung,    yaitu    Tuhan    yang  keagungan-Nya tidak memiliki permulaan, dan yang hakikat keagungannya tidak memiliki akhir. Dia adalah Yang Sempurna Dzat  dan  Sifat.  Lafadz  ‘وﲝﻤﺪﻩ’ berhubungan dengan lafadz yang terbuang, yaitu ‘ﺳﺒﺤﺘﻪ’. Artinya
adalah aku mensucikan Tuhanku bersamaan dengan memuji-Nya.
 

Bacaan ini dibaca sebanyak tiga kali karena mengikuti Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, meskipun musholli sholat sebagai imam. Tiga kali ini adalah yang kesempurnaan yang paling rendah. Paling sedikit dibaca satu kali saja. Paling sempurna dibaca sebelas kali, kemudian sembilan, kemudian tujuh, kemudian lima kali.
  
9.    Kemudian musholli ketika hendak i’tidal, ia membaca: Semoga Allah menerima pujian bagi-Nya dari orang yang memuji

10.    Setelah posisinya berdiri tegap, ia membaca:
 
Ya Tuhan kami! Bagi-Mu lah pujian yang banyak, yang indah, dan yang terus bertambah, yaitu pujian yang memenuhi langit, bumi, dan segala sesuatu yang Engkau kehendaki setelah langit dan bumi, seperti al-Kursi, Arsy, dan lain-lainnya. Tidak ada yang meliputi segala sesuatu itu kecuali Ilmu Allah Yang Maha Mengetahui.  

Doa ini disunahkan untuk dibaca, bahkan bagi imam sekalipun, baik makmum    ridho    dengan memperlamakan sholat ataupun tidak, berbeda dengan ulama yang mengatakan bahwa doa yang hanya disunahkan bagi imam adalah lafadz ‘اﳊﻤﺪ ﻟﻚ رﺑﻨﺎ’ saja.

11.    Kemudian ketika hendak melakukan sujud yang pertama, musholli membaca, ‘أﻛﱪ اﷲ’.

12.    Setelah musholli menetap pada sujud pertama, ia membaca:

Maha Suci Tuhanku Yang Maha  Luhur, Yang Maha Sangat Luhur Derajat-Nya,    sekira tidak ada
 derajat satupun kecuali Dia meliputinya, dan aku mensucikan Tuhanku bersamaan dengan memuji-Nya
  
Bacaan ini dibaca sebanyak tiga kali, seperti yang dilakukan dalam rukuk. Hikmah mengkhususkan lafadz ‘اﻟﻌﻈﻴﻢ’ dalam rukuk, dan lafadz ‘اﻷﻋﻠﻰ’ dalam sujud adalah karena lafadz ‘اﻷﻋﻠﻰ’ adalah af’alul
tafdhil, sedangkan sujud adalah bentuk puncak sikap tawadhuk karena dalam sujud ada unsur wad’u atau meletakan dahi yang merupakan anggota tubuh yang paling mulia di atas tempat kaki melangkah. Oleh karena inilah, sujud adalah lebih utama daripada rukuk sehingga sesuatu yang lebih utama dibersamakan dengan sesuatu yang lebih utama juga, seperti yang telah difaedahkan oleh Syeh Romli.
13.    Kemudian ketika musholli hendak duduk, ia membaca ‘أﻛﱪ اﷲ’
14.    Kemudian setelah ia tegak dalam posisi duduk, ia membaca:
 
Ya Tuhanku! Tutupilah dosaku! Rahmatilah aku dengan rahmat yang luas yang bisa membuatku memperoleh derajat yang luhur! Jadikanlah aku kaya dengan bisa memenuhi    kebutuhanku! Angkatlah derajatku sampai derajat-derajat yang tertinggi! Berilah  aku  rizki  dengan  rizki makrifat,    kebutuhan
  pokok,    pakaian,    dan    lain-lain. Senantiasakanlah menyertaiku hidayah menuju Islam yang mana hidayah tersebut adalah nikmat yang paling agung. Hindarkanlah aku dari segala sesuatu yang tidak disukai. Hapuslah dosaku dariku.

Perbedaan antara al-‘afwu (maaf) dan al-Maghfiroh (ampunan) adalah bahwa al-Afwu boleh disertai dengan siksaan sehingga al-‘afwu bisa bersamaan dengan siksaan. Adapun al-Maghfiroh tidak disertai dengan siksaan.

Bagi musholli yang sholat sendiri (munfarid) dan makmum yang imamnya memperlamakan atau memanjangkan    sholat, disunahkan menambahi setelah doa di atas;
 
Ya Tuhanku! Berilah aku hati yang bertakwa, yang takut dari syirik serta yang terbebas dari sifat-sifat hati yang buruk. Jangan Engkau beri aku hati yang kufur dan celaka.

Sama dengan doa di atas dalam hal disunahkan bagi musholli yang sama juga;
Ya Tuhanku! Ampunlah aku! Rahmatilah aku! Ampunilah aku dari dosa-dosa yang Engkau ketahui. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Paling Mulia dan Paling Memberi.
 
15.    Kemudian ketika musholli hendak bersujud yang kedua, ia membaca ‘أﻛﱪ اﷲ’.
 Bacaan ini dibaca sebanyak tiga kali, seperti rincian hitungan yang telah disebutkan dalam rukuk.

17.    Kemudian ketika musholli hendak berdiri untuk rakaat yang kedua, ia membaca ‘أﻛﱪ اﷲ’
 Ketika  bergerak  untuk  berdiri, musholli    disunahkan    membaca mad atau panjang takbir agar bagian sholat tidak sepi dari dzikir karena sholat tidak ada diamnya. Dalam menambahi bacaan mad dalam takbir, disyaratkan tidak melebihi 7 alif karena mad tidak ada yang lebih dari 7 alif. Setiap satu alif merupakan pergantian dua harokat. Satu alif adalah seukuran mengucapkan kata ‘Alif’. Dengan demikian, jumlah 7 alif adalah 14 harokat. Adapun menambahi mad hingga melebihi 7 alif maka hukumnya haram yang dapat membatalkan sholat. 

Semua yang telah disebutkan dari awal adalah hitungan satu rakaat. Untuk rakaat-rakaat lainnya, musholli melakukan hal yang sama seperti yang telah  disebutkan,  kecuali  niat  dan takbiratul  ihram.  Adapun  niat  dan takbiratul    ihram    hanya    dilakukan dalam rakaat pertama saja.

Apabila sholat yang dilakukan oleh musholli memiliki rakaat lebih dari dua, maka selanjutnya;

18.    Duduk untuk melakukan tasyahud awal setelah dua rakaat selesai. Dalam    duduknya,    musholli
 ُmembaca;
  
Seluruh penghormatan keberkahan-keberkahan, rahmat- rahmat, dan seluruh hal yang baik hanyalah milik Allah. Keselamatan, rahmat Allah, dan seluruh keberkahan Allah tercurahkan untukmu.    Waha    Nabi! Keselamatan tercurahkan atas kami dan hamba-hamba Allah yang sholih. Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah.

Pernyataan ‘اﻟﻨﱮ’ adalah dengan tasydid atau hamzah. Apabila tidak dibaca demikian maka dapat
membatalkan  bacaan  tasyahud dari musholli yang ‘ami dan lainnya.
 
Teks tasyahud di atas adalah teks dari riwayat Ibnu Abbas dari Rasulullah shollallahu ‘alahi wa sallama. Riwayat ini adalah dengan membuang huruf athof wawu. 

Adapun riwayat Ibnu Mas’ud dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama adalah dengan huruf athof wawu dan menggugurkan lafadz ‘اﳌﺒﺎرﻛﺎت’, dan mendahulukan lafadz ‘ﷲ’ daripada ‘واﻟﺼﻠﻮات’, sehingga teksnya adalah:
اﻟﺘﺤﻴﺎت ﷲ واﻟﺼﻠﻮات واﻟﻄﻴﺒﺎت
Adapun riwayat Abu Musa al- Asy’ari dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama adalah dengan menghilangkan lfadz ‘اﳌﺒﺎرﻛﺎت’ dan mendahulukan lafadz ‘اﻟﻄﻴﺒﺎت’ daripada    ‘اﻟﺼﻠﻮات’,    dan mengakhirkan lafadz ‘ﷲ’ dari ‘اﻟﻄﻴﺒﺎت’ dan ‘اﻟﺼﻠﻮات’, dan membuang huruf athof wawu, sehingga teksnya adalah;
اﻟﺘﺤﻴﺎت اﻟﻄﻴﺒﺎت اﻟﺼﻠﻮات ﷲ
Bacaan syahadat yang kedua dalam riwayat Ibnu Mas’ud adalah:
  
Begitu juga dalam riwayat Abu Musa al-Asy’ari, akan tetapi dengan menghilangkan lafadz ‘أﺷﻬﺪ’, demikian disebutkan oleh Syeh  Nawawi  dalam  kitab  al-Adzkar.
Setelah membaca tasyahud, maka
musholli membaca:
  
19.    Kemudian musholli ketika hendak berdiri untuk melakukan rakaat yang ketiga, ia membaca, ‘أﻛﱪ اﷲ’
20.    Kemudian ia berdiri tegak dan melakukan rakaat yang ketiga dan keempat dengan cara atau kaifiah  seperti rakaat pertama dan kedua, tetapi ia tidak membaca Surat dari al-Quran setelah tasyahud awal dengan catatan apabila ia bukan makmum masbuk20 yang tertinggal 2 rakaat. Apabila ia adalah makmum masbuk yang tertinggal dua rakaat maka apabila memungkinkan bagi makmum masbuk membaca Surat dari al-Quran bersama imam maka makmum masbuk membaca Surat di rakaat pertamanya dan keduanya,  tetapi  apabila  tidak memungkinkan,    maka    ia membacanya di rakaat dua akhir (rakaat ketiga dan keempat) dari sholatnya agar sholatnya tidak sepi dari membaca Surat. Adapun dalam sholat Maghrib, maka ia membaca Surat dua kali (mengulangi) di rakaat ketiganya apabila ia tertinggal dua rakaat dari imam sebagai ganti dari dua rakaat tersebut.

21.    Ketika musholli telah selesai melakukan    rakaat-rakaat sholatnya, yaitu rakaat ketiga atau keempat, maka ia duduk akhir. Yang lebih utama dalam rakaat terakhir adalah bahwa musholli duduk dengan tawaruk, kecuali apabila ia hendak melakukan sujud sahwi karena adanya alasan yang membuatnya sujud sahwi, maka ia duduk iftirosy.  Adapun
 
20 Makmum Masbuk adalah makmum yang tidak mendapati membaca al-Fatihah bersama imam. duduk yang bukan karena untuk melakukan tasyahud akhir maka yang lebih utama adalah duduk
iftirosy,  baik  musholli  laki-laki

Seluruh penghormatan, seluruh keberkahan-keberkahan    yang bertambah-tambah, seluruh rahmat-rahmat, dan amal-amal yang sholih hanyalah untuk Allah. Salam, yaitu penghormatan atau keselamatan  dari  semua kekurangan dan lainnya, rahmat Allah, dan seluruh keberkahan Allah tercurahkan untukmu. Wahai Nabi! Keberkahan atau banyaknya    kebaikan dan kemuliaan, tercurahkan untukmu. Keselamatan dari segala mara bahaya semoga tercurahkan atas kami yang hadir, yaitu imam, makmum, para malaikat, jin, dan manusia, dan atas hamba-hamba Allah yang sholih. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah [yang sempurna Ilmu-Nya dan yang agung hiikmah-Nya] dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah! Sayangilah Muhammad, hamba-Mu, utusan- Mu, Nabi yang ummi, dan keluarganya, para istrinya, dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah menyayangi Ibrahim dan keluarganya. Limpahkanlah keberkahan-keberkahan agama, dunia, dan akhirat atas Nabi yang ummi, keluarganya, para istrinya, dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan-keberkahan atas Ibrahim  dan  keluarganya.  Ya Tuhanku! Bersholawatlah, Engkau dan    seluruh    alam    untuknya. Sesungguhnya    Engkau    adalah Dzat Yang Hamiid dan Majiid. Ya Allah!    Ampunilah    dosa-dosaku yang aku dahulukan dan yang aku akhirkan    [karena     perbuatan maksiatku        dan    sebawahnya maksiatku, seperti lahn dan lalai. membelanjakan harta tidak sesuai pada tempatnya, atau yang biasa disebut dengan isrof atau berlebihan.] Dan ampunilah dosa- dosaku yang Engkau lebih tahu daripada aku. Engkau adalah Dzat Yang Mendahulukan dan Engkau adalah Dzat Yang Maha Mengakhirkan.    [Maksudnya adalah Engkau adalah Dzat yang menciptakan segala sesuatu yang telah ada dan yang akan ada dariku.] Tidak ada tuhan selain Engkau. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari siksa neraka, dan dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah al-Masih ad-Dajjal. Ya Tuhan kami! Berilah kami kebaikan (ilmu, ibadah, dan rizki halal) di dunia dan kebaikan (surga, ampunan, dan pahala) di akhirat. Dan jagalah kami dari siksa neraka [dengan tidak masuk ke dalamnya].

Maksud ‘اﻟﺘﺤﻴﺎت’ adalah segala sesuatu yang diungkapkan sebagai ungkapan pengagungan,
seperti  salam,  pujian,  pujaan dengan    kekuasaan    dan keagungan. Tujuan pernyataan ‘اﻟﺘﺤﻴﺎت’ adalah memuji Allah bahwa Dia adalah yang memiliki seluruh penghormatan dari makhluk. Lafadz ’اَﻟﺘﱠ ِﺤﻴﱠﺎ disebutkan tanpa huruf athof wawu. Adapun huruf athof wawu dibuang dalam pernyataan ini adalah    karena    untuk menunjukkan taghoyur atau perbedaan hakiki, atau perbedaan hukmi.

Lafadz ‘ﻋﻠﻴﻚ’ bermaksud bahwa Rasulullah dikhitobi demikian karena ia adalah perantara agung
dan karena ia adalah makhluk pengganti yang melestarikan syariat Allah, sehingga khitobnya adalah seperti khitob Allah.

Lafadz ‘اﻟﺼﺎﳊﲔ’ adalah bentuk jamak dari mufrod sholih. Pengertian sholih adalah orang yang  memenuhi  hak-hak  Allah dan hamba-hambanya yang memang wajib ia penuhi.
 

Dalam lafadz ‘ﳏﻤﺪ ﻋﻠﻰ’, yang lebih utama    adalah    dengan menambahkan lafadz ‘ﺳﻴﺪﻧﺎ’ sebelum  lafadz  ‘ﳏﻤﺪ’  sebagai bentuk memenuhi adab. Yang dimaksud dengan keluarga Ibrahim adalah Ismail, Ishak, dan keturunan dari keduanya.

Lafadz ‘اﻟﻌﺎﳌﲔ ﰱ’ berhubungan dengan  lafadz  ‘ﺻﻞ’  dan  ‘ﺑﺎرك’, Artinya adalah memintakan kasih sayang dari Allah dan dari seluruh alam untuk Muhammad. Dengan demikian, musholli seolah-olah berkata,    “Ya    Tuhanku! Bersholawatlah Engkau untuk Muhammad! Dan jadikanlah seluruh alam bersholawat untuknya.” Maksudnya adalah bersholawatlah, Engkau! dan seluruh alam untuk Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallama. Jadi,  makna  lafadz  ‘اﻟﻌﺎﳌﲔ ﰱ’ dikembalikan pada pernyataan bahwa huruf ‘ﰱ’ menggunakan makna huruf ‘ﻣﻊ’, atau maknanya adalah    mengkhususkan Rasulullah Muhammad shollallahu ‘alaihi wa salama dengan sholawat dan salam yang dituntut sebagai anjuran dari seluruh alam sehingga maknanya khusus, yaitu “Ya Tuhanku! Khususkanlah Muhammad dan keluarganya dengan sholawat dan keberkahan dari seluruh alam, maksudnya dari seluruh makhluk-Mu!”, seperti yang dikutip oleh Syeh Ahmad al-Maihi dari Syeh Jamal.

Hamiid atau ‘َِﲪْﻴﺪ ’ berarti bahwa Allah adalah Dzat yang memuji perbuatan-perbuatan   ketaatan
makhluk-Nya    dengan memberikan pahala kepada mereka semua dan Dzat yang memuji Dzat-Nya sendiri.

Majiid atau ‘َِﳎْﻴﺪ ’ berarti bahwa Allah adalah Dzat yang sempurna kemuliaan    dan    memberi.
Maksudnya   adalah   bahwa sesungguhnya Engkau adalah ahli kesempurnaan dan ahli berbuat yang baik dan yang memberi, dan ahli mencurahi anugerah. Oleh karena   itu,   berilah   kami permintaan-permintaan kami dan jangan Engkau kecewakan harapan kami.

Bacaan sholawat untuk Nabi dan lainnya dalam tasyahud akhir adalah bacaan dari riwayat Ka’ab bin Ujroh dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, dan dari selain Ka’ab, seperti yang dikatakan oleh Syeh Nawawi.

Doa yang berbunyi;Adalah doa terakhir yang dikatakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama di antara tasyahud dan uluk salam, berdasarkan    hadis    yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ali, seperti yang disebutkan dalam kitab al-Adzkar Nawawi. 

Penjelasan doa sapu jagat:
Diriwayatkan    dari    Ali radhiyallahu ‘anhu bahwa kebaikan di dunia adalah istri sholihah dan kebaikan di akhirat adalah surga dan para bidadari. Sedangkan siksa neraka adalah istri yang buruk.
Doa sapu jagat yang ada dalam tasyahud akhir tidak disebutkan oleh para ulama dalam Fiqih dan Hadis menurut apa yang telah aku
 
ketahui. Akan tetapi membaca doa tersebut dalam tasyahud adalah baik karena doa tersebut disebutkan dalam al-Quran, dan termasuk doa yang paling baik dalam ibadah thowaf, dan karena perkataan Syeh Nawawi dalam kitab al-Adzkar bahwa bagi musholli diperbolehkan berdoa dengan doa apapun yang ia kehendaki, baik doa tentang perkara akhirat atau dunia, dan juga diperbolehkan baginya berdoa dengan doa-doa yang maktsur atau berasal dari Rasulullah,    dan    juga diperbolehkan baginya berdoa dengan doa yang ia buat sendiri, tetapi yang maktsur adalah yang lebih utama.
 

Diriwayatkan dari Aisyah sesungguhnya Rasulullah berdoa dalam sholat dengan doa yang berbunyi;

Ya  Allah!  Sesungguhnya  aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan aku berlindung kepada- Mu dari fitnah al-Masih ad-Dajjal dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan hutang.
 
Doa seperti di atas juga ditemukan dalam redaksi lain kitab Safinah as-Sholah sebagai ganti dari ta’awudz. Dajjal disebut dengan  al-Masih  atau  ‘اﳌﺴﻴﺢ’dengan huruf khaa adalah karena ia akan mengelilingi seluruh wilayah bumi kecuali Mekah, Madinah, Masjidil Aqsho, dan Gunung Thursina, atau dengan huruf khoo ‘اﳌﺴﻴﺦ’ karena ia buta sebelah.

Arti kata ‘Dajjal” adalah orang yang banyak berbohong atau orang yang banyak mencampur adukkan kebenaran dengan kebatilan.

Syeh ad-Damiri berkata, “Doa ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah.” Sebagian ulama mewajibkan membaca doa ini. Imam Thowus memerintahkan orang yang sholat dengan tidak membaca doa ini untuk mengulangi sholatnya. Doa ini termasuk doa yang maktsur yang paling dianjurkan.

Termasuk doa yang paling baik dari doa-doa maktsur adalah doa yang diriwayatkan dari Abu Bakar as-Siddiq. Doa ini adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah kepadanya, yaitu (yang bergaris bawah):
Ya Allah! Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku dengan menganiaya yang banyak dan besar. Tidak ada yang dapat mengampuni  dosa-dosa  kecuali
 
hanya Engkau. Ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan sayangilah aku! Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pengampun dan Penyayang. Termasuk doa maktsur yang dianjurkan dibaca dalam setiap tempat adalah (yang bergaris bawah): Ya Allah! Sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ampunan dan keselamatan.    Ya    Allah! Sesungguhnya aku meminta kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan dari keharaman, dan kekayaan.

Seperti yang telah dikatakan oleh Syeh Nawawi dalam kitab al- Adzkar.

Termasuk salah satu doa yang dibaca setelah tasyahud akhir adalah doa yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, yaitu (yang bergaris bawah);

Ya Allah! Rukunkanlah di antara hati-hati kami! Rukunkanlah orang-orang yang memiliki kemuliaan kita! Tunjukanlah kami pada    jalan    keselamatan! Selamatkanlah kami dari kegelapan menuju pada cahaya. jauhkanlah kami dari perbuatan- perbuatan dosa, baik yang nampak ataupun tidak! Berkahilah kami dalam pendengaran, penglihatan, hati, istri, dan keturunan kami! Terimalah taubat kami! Sesungguhnya Engkau adalah  Dzat  Yang  Menerima
  
Taubat dan Yang Maha Penyayang. Jadikanlah kami sebagai orang-orang mensyukuri nikmat-Mu serta, yang memuji dengannya,    dan    yang menerimanya    dan sempurnakanlah nikmat itu untuk kami.
Hendaknya    seseorang memperbanyak doa ini di luar sholat karena dalam doa ini terkandung rahasia yang luar biasa dalam meluluhkan hati ini, seperti yang telah disebutkan sebagian ahli makrifat.
22.    Setelah    bertasyahud,    maka musholli mengucapkan salam;
اﻟﺴﻼم ﻋﻠﻴﻜﻢ ورﲪﺔ اﷲ وﺑﺮﻛﺎﺗﻪ
Perkataan musholli ‘وﺑﺮﻛﺎﺗﻪ’ tidak ada dalam redaksi lain dari kitab ini karena para ulama Fiqih berkata
tentang  tidak  disunahkannya membacanya. Redaksi tersebut disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Wail, bahwa ia berkata, “Saya sholat bersama Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Kemudian ia uluk salam dengan menoleh kiri sambil berkata;
اﻟﺴﻼم ﻋﻠﻴﻜﻢ ورﲪﺔ اﷲ وﺑﺮﻛﺎﺗﻪ
dan menoleh ke kiri sambil mengucapkan;
اﻟﺴﻼم ﻋﻠﻴﻜﻢ ورﲪﺔ اﷲ وﺑﺮﻛﺎﺗﻪ seperti yang telah disebutkan oleh Ahmad bin Hajar al-Asqolani dalam kitab Bulughul Marom. Syeh Ahmad bin Hajar al- Haitami    berkata    dalam    kitab Fathul Jawad, “Disunahkan menyertakan dua salam dengan lafadz ‘اﷲ رﲪﺔ’, bukan lafadz ‘وﺑﺮﻛﺎﺗﻪ’ menurut salah satu kutipan, tetapi kesunahannya menambahkan ‘وﺑﺮﻛﺎﺗﻪ’ karena adanya ketetapan dari jalur-jalur riwayat yang banyak. 

Disunahkan memisahkan antara dua salaman, karena salam yang pertama adalah wajib dan salam yang kedua adalah sunah. Yang lebih utama bagi makmum adalah mengakhirkan salamnya sampai selesai dua salaman imam. Apabila imam hanya membaca satu salaman maka disunahkan bagi makmum mengucapkan dua salaman karena ia telah dari keluar mutaba’ah dengan salaman yang pertama, berbeda dengan tasyahud awal, karena apabila imam meninggalkannya maka wajib    bagi    makmum meninggalkannya karena adanya kewajiban mutaba’ah sebelum salam.

Semoga Allah menambahi rahmat dan keselamatan untuk pemimpin kita, Muhammad, para keluarganya,    dan    para sahabatnya. Segala pujian hanya milik Allah Yang Merajai seluruh alam. Amiin.
  
PENUTUP
 
1.    Penutup Syeh Nawawi al-Banteni

Dan kami meminta kepada Allah agar menggiring kami ke dalam golongan    orang-orang    yang mendekatkan diri kepada Allah dan menganugerahiku dalam penyusunan kitab ini dan lainnya dengan diterima dan dijadikan bermanfaat menyeluruh. Dan semoga Allah melindungiku dan kitab yang aku susun dengan perantara Nama-Nya yang agung agar aku dapat memperoleh segala kebaikan dan sebabnya. Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Pemberi, Maha Penyayang, dan Maha Pemberi Anugerah. Kami meminta kepada Allah agar Dia memberikan rahmat yang paling utama, salam yang paling suci, dan keberkahan yang paling sempurna, kepada pemimpin kita, Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, para istrinya, dan para keturunannya, sebagaimana Dia telah memberikan rahmat, salam, dan keberkahan, kepada Ibrahim, keluarganya, sebanyak curahan segala yang diliputi oleh ilmu-Nya, tinta kalimat-kalimat- Nya, selama mereka yang ingat mengalami ingat dan mereka yang lalai mengalami lalai. Kecukupanku adalah Allah. Sebaik-baiknya Dzat Yang Diwakili adalah Allah. Tidak ada daya kekuatan untuk melakukan ketaatan dan menghindari kemaksiatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Luhur dan Agung.
 
2.    Penutup Penerjemah

Segala Pujian adalah milik Allah Yang Maha Pemberi Anugerah dan Maha Penyayang. Semoga Allah merahmati dan mencurahkan keselamatan kepada Rasulullah, Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.

Selesai sudah terjemahan Tangga Berkeluh Kesah pada tanggal 4 Syakban 1950 Hijriah atau 1 Mei 2017 setelah waktu Dzuhur. Aku meminta kepada Allah;
Ya Allah! Jadikanlah buku terjemahan ini sebagai buku yang ikhlas karena- Mu dan hanya karena Dzat-Mu dan yang bermanfaat di dunia dan akhirat bagiku, orang tuaku, guru-guruku, Masyitoh Naya, keluargaku, para kekasihku, para santri-santriku, dan seluruh orang muslimin dan muslimat. Ya Allah jadikanlah buku terjemahan ini sebagai perantara bagiku dan mereka agar terhindar dari siksa kubur dan neraka, dan sebagai kunci bagiku dan mereka untuk masuk ke dalam surga-Mu. Jadikanlah aku dan mereka sebagai orang-orang yang senantiasa menjalankan ibadah sholat dan ibadah lain sesuai dengan syarat- syarat, rukun-rukun, kesunahan-kesunahannya. Terimalah ibadah-ibadahku dan mereka! Ya Allah! Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan Doa hamba-hamba yang membutuhkan-Mu.[alkhoirot.org]

LihatTutupKomentar