Bait dan Qafiyah

Bait dan Qafiyah dalam syair Arab Bait Tam (sempurna) ialah bait yang semua bagiannya baik „arudh maupun dharbnya terpenuhi dengan tanpa pengurangan,
Bait dan Qafiyah
Nama kitab: Terjemah Ilmu Arudh Mukhtashar Syafi ala Matan Kafi
Judul kitab asal: Mukhtashar al-Syafi ala Matn Al-Kafi fi al-Arudh wa Al-Qawafi
(كتاب مختصر الشافى على متن الكافي في العروض والقوافي للدمنهوري)
Pengarang: Al-Damanhuri (الدمنهوري)
Bidang studi: Sastra Arab, ilmu tentang bait syair
Penerjemah: Mahfudz



BAB III

TENTANG NAMA-NAMA BAIT DAN LAIN-LAIN


Bait Tam (sempurna) ialah bait yang semua bagiannya baik „arudh maupun dharbnya terpenuhi dengan tanpa pengurangan, misalnya bahar pertama yaitu Kamil dan Rajaz.

Bait Wafi (yang cukup) menurut ulama‟ arudh ialah bait yang semua bagiannya baik „arudh maupun dharbnya tercukupi/terpenuhi, hanya saja ada pengurangan, misalnya bahar Thawil.

Bait Majzu’ ialah bait yang terambil kedua juz „arudh dan dharbnya.

Bait Mashthur (terambil satu satar) ialah bait yang separuh baitnya ditiadakan.

Bait Manhuk (bait yang dilemahkan) ialah bait yang 2/5 bagiannya ditiadakan.

Bait Mushmat (didiamkan) ialah bait yang „arudhnya tidak sama dengan dharbnya pada rawi. Seperti syair Dzirimah.84


َسؿملَِؽملؿملِؽَ عَ ِلفُقمٍ؟


ٔعـِ

ٔعـِ خَرِضَاءٔ عَؽملِزِظَةٔ * عَاءُ اظزملٖؾَابَةٔ


أََأنِ تَقَدِٖؼملتَ


“Apakah air mata kerinduanmu berderai demi melihat kedudukan yang luar biasa?”

Bait Mushra’/Musharra’ (dipergumulkan) ialah bait yang „arudhnya dirubah untuk dipersamakan dengan dharbnya dengan cara membubuhi atau mengurangi, misalnya syair Imri‟il Qais85 :


“Berhentilah, kami menangis dulu, mengenang kekasih, teman akrab, dan tempat tinggal yang lambang-lambangnya telah punah sejak lama. Setelahku para peziarah telah datang kesana. Lambang-lambang itu bagaikan tulisan kitab pada mushaf para pendeta”.


ُعٔعملؿملِؿْ عَا اَضَامَ سَ ٔلِؿملبُ


ُكشملُقبَ تَؽملُقبُ * وَإِغِك

َاجَارَتَؽملَا َانٖ اْظ



َاجَارَتَؽملَا اَغَا ُعٔعملؿملِؼملَانِ ػَؾملُؽملَا * وَإِغِك شَ ِرِؼبْ ظٔػملْطملَ ِرِؼبٔ غَ ٔلِؿملبُ

“Oh tetanggaku (kekasih di dalam kubur), sesungguhnya mara bahaya silih berganti, dan mungkin aku akan menjadi penghuni kubur sepanjang gunung Asib berdiri tegak”.

Bait Nuqaffa ialah tiap-tiap „arudh dan dharb sama tanpa ada perubahan, contoh syair Imri‟il Qais:


َصقَقَِعؾِ


ُخقلِ

ٔذطَْرى حَٔؾِؿملبٕ وَعَؽملِزِلِ * بٔ ٔل ْعملطٔ اظػملَٔقى َبِؿملـَ اظ ٖد


ٔعـِ

ٔضظملَاغَؾِؽٔ


“Berhentilah, kami menangis dulu, mengenang kekasih, dan tempat tinggal di Siqtil- liwa yang berada diantara Dakhul dan Haumal”.

Kata ‘arudh ialah muannas (perempuan)86. ‘Arudh adalah akhir bagian dari shatr pertama pada bait. Jumlah terbanyak dalam satu bahar adalah empat, seperti pada bahar rajas. Secara kolektif semuanya ada tiga puluh empat.

Kata dharb adalah mudzakkar/laki-laki. Dharb adalah akhir dari perubahan/syathr kedua dari bait. Paling banyak dalam satu bahar ada sembilan dharb, seperti bahar kamil. Secara kolektif semuanya ada empat puluh tiga dharb.87


Ibtida’ ialah tiap-tiap juz pada awal bait yang terkena illat dalam suatu illat yang tidak boleh berada pada hasywunya, seperti adanya Kharm88.

I’timad adalah tiap-tiap juz hasywu yang terkena zihaf dengan zihaf yang tidak tentu, seperti adanya khabn.

Fashl (terputus) adalah tiap-tiap‟arudh yang tidak sesuai dengan hasywunya baik ketika netral maupun terkena illat.

Ghayah didalam dharb seperti fashl didalam „arudh.

Maufur (disempurnakan) adalah tiap-tiap juz yang yang selamat dari kharm serta kharm tersebut boleh berada padanya

Saalim (selamat) adalah tiap-tiap juz yang yang selamat dari ziahaf serta zihaf tersebut boleh berada padanya

Shahih adalah tiap-tiap juz „arudh dan dharb yang selamat dari illat yang tidak berada pada hasyw, seperti adanya qasr dan tadzil

Mu’arra (yang ditelanjangi) adalah tiap-tiap juz yang selamat dari illat ziadah serta illat tersebut boleh berada padanya

ILMU KEDUA

Dalam ilmu ini ada lima macam perubahan:

Pertama: Qafiyah

Qafiyah yaitu dari akhir bait sampai huruf awal hidup sebelum huruf mati yang berada diantara keduanya90

Qafiyah terkadang berada pada sebagian kalimat, contoh :


َؼعملُقظُقنَ الَتَؾملِػملٔؽْ اَدَك وََتقَؼملٖػملٔك


ُع ٔشملؿملِؾملِؿِ *

َصقِؾٔك سَػملَك


وُضُقصًا بٔؾملَا


“Disana itu temanku menjaga unta-unta mereka, mereka berkata : „Janganlah kamu binasa, dan tanggunglah! Hadapilah kenyataan ini”.

Qafiyahnya ialah ha‟ sampai ya‟.

Terkadang pada satu kalimat, seperti ucapan Imri‟il Qais :


َعقِؼملٔػملٔك


َسملتِ دُُعقعُ اظْ َضملِؿملـِ عٔؽملِك صَؾَابَةَ * سَػملَك اظٖؽملقِرِ حَؿٖك َبؾٖ دَعِضملٔك

َص َظمل



“Lalu melelehkan air mataku berderai jatuh diatas dada sampai jatuh membasahi kaki”.91

Terkadang pada suatu kalimat dan sebagian dari kalimat lain, seperti ucapan penyair92
وَبَارِحْ تَرِبُق

(Arti bait ini dan kelengkapannya, lihat pada bahar kamil/V) Qafiyahnya ialah dari ha‟ sampai dengan wawu.

Dan terkadang pada dua kalimat. Seperti syair Imri‟il Qais:


َسؾِ


ٔعـِ

َحشملَفُ اظ ٖلؿملِؾُ


َصقِرٍ

َطفُػملْؼملُقدٔ


ٔعظملَردملُععملْٔؾؾٍ عُدِبٔرٍ عَضملَا *

ٔعغملَرٍ


“(Dengan kuda sembrani brindil) yang bersit-sigap terjang-pulang, laksana batu besar yang tangguh terkena air bah terjun dari atas”. Qafiyahnya ialah dari min sampai dengan ya‟93.

Kedua: Huruf Qafiyah ada enam

1. Rawi yaitu huruf Qasidah dibina diatasnya dan dibangsakan kepadanya94

2. Washl yaitu huruf layyin (liin) yang tumbuh dari isyba‟ harakat rawi, atau ha‟ yang mendampingi rawi95

Contoh alif, seperti ucapan Jarir96:
أَضٔػملخملك اظػملَقمَ سَاذٔلُ وَاظضملٔؿَابَا

“Kurangilah celaan dan cercaan hati Nyonya Adzilah”.

Contoh wawu setelah dhammah, seperti ucapan Jarir:
ُدٔعملِؿملتٔ اظ َطملِؿملتَ اؼٖؿُؾملَا ا ٔخلؿملَاعُق

“Aku katakan: „semoga engkau dituruni hujan (yang bermanfaat) hai tenda!”.97

Dan contoh ya‟ setelah kasrah seperti syair Imri‟il Qais:
* طَؼملَا زََظتٔ اظ ٖزملظملْقَاءُ بٔادلُؽملَؿَرٖظٔك

“…….seperti tergelincirnya batu licin ditempat terjun (curam air bah)”. Contoh ha‟ yang mati, seperti syair Dzirrimah:
* صَؼملَا زِْظتُ اَِبغملٔك َحقظَفُ وَُاخَارٔؾُفِ

“.......... aku tak henti menangis disekitar tempat itu sambil berkata-kata”.

Contoh ha‟ hidup difathahkan seperti syair Umaiyah:


Orang yang lari dari kematian/ajalnya itu hampir ditemui olehnya pada saat ia lalai”.

Contoh ha‟ yang di dhammahkan, seperti ucapan penyair:
َصؿملَاالَئٔؼملٔك دَسِؽملٔك اَشَاظٔك ٔبٔعملؿملِؼملَؿٔك * َصٔعملؿملِؼملَةُ طُؾٗ اظؽملٖاسِ عَا ُؼقِلٔؽملُقغَفُ

“Hai orang yang mencercaku, biarkan aku mengangkat harga diriku, karena nilai/harga diri seseorang (tiap-tiap orang) itu terletak pada apa yang dianggapnya”.

Contoh ha‟ yang dikasrahkan, seperti syair Hakan bin Nahsya:
طُؾٗ اعِ ِرئٍ عُزملَؾِّْ صٔك اَػِٔػملفٔ * وَاظَْؼملقتُ َأدِغَك ٔعـِ ذٔرَاكٔ غَضملِػملٔفٔ

“Setiap orang itu berpagi-pagi dalam membela keluarganya, padahal mati lebih dekat dibanding dengan dua sandal/terompahnya”.

1. Khuruj yaitu huruf liin yang timbul dari ha‟ dan wawu, ada berupa alif, ada berupa wawu dan ada yang berupa ya‟ seperti pada bait diatas98
………ؼُقَاضُؾملَا ………ُؼقِلٔؽملُقغَؾملُق ………غَضملِػملٔؾملِك

2. Ridf, yaitu huruf mad yang berada sebelum rawi99

Contoh alif, seperti syair Imri‟il Qais100 :


Contoh ya‟, seperti syair Alqamah bin Ubaidah :
* بُ َضملؿملِدَ اظرملَؾَابٔ َسزملَِرحَانَ عُ ٔرملِؿملبُ

“……ketika baru saja masa mudamu hilang, yaitu masa tiba waktunya beruban”.

Contoh wawu, seperti lafadz:

………دُِرحُقبُ

(artinya kelengkapan, lihat pada bait kedua bahar basith/111)

1. Ta’sis, yaitu alif yang antara alif tersebut dengan rawi terdapat satu huruf101

Ta‟sis ini terkadang dari kalimat rawi, seperti perkataan penyair :
*وََظِؿملسَ سَػملَك ا َِؼٖامِ وَاظدٖػِرِ دَاظٔؿُ

“……tak ada pada tiap-tiap hari dan masa itu yang selamat terlepas (dari kesukaran, kesulitan dan kesusahan hidup)”.

Terkadang dari selain kalimat rawi, Jika rawi berupa dhomir. Seperti syair Abdu Yaqhuts Al Haritsi :


َخؿملِرْ وَظَا ٔظؿملَا


َطظملَك اظػملَقمُ عَا ٔبؿملَا * صَؼملَا َظغملُؼملَا صٔك اظػملَقمِ

اَظَاظَا تَُػملقعَاغٔك



اََظؿِ تَضملِػملَؼملَا َانٖ ادلُػملَ َاعةَ َغظملْضملُؾملَا * ضَٔػملؿملِؾْ وَعَا َظقعٔك َاخٔك ٔعـِ دٔؼملَأتؿملَا

“Ingatlah jangan kau cerca daku, sudah cukup atasku cercaan. Karena tidaklah baik cercaan itu, baik buat kalian maupun buatku.

Apakah kalian belum tahu bahwa cercaan itu manfaatnya sedikit? Dan cercaanku kepada saudaraku sendiri itu bukanlah termasuk akhlak/etikaku”.

Atau terkadang dari sebagaian kalimat selain kalimat rawi, seperti ucapan penyair :
صَِإنِ ذٔؽِؿُؼملَا اظَعملقِؿُؼملَا اَو غَٔؿفِؿُؼملَا * وَِإنِ ذٔؽِؿُؼملَا عَـِػملًا بٔؼملٔـِؾٍ طَؼملاػُؼملَا



َعكَاضٍ وَاظظملٔزملَاظَادلُعملَادَعَا

ٔخِؿملغملُؼملَا * بَؽملَاتٔ


َسعملْػملًا صَاسِعملٔػملَا ٔظَأ

ؤَانِ طَانَ


“Apakah kalian mau mengambil unta perah atau yang telah hamil, dan mau mengambil satu diganti dengan satu yang sama maka tentu keduanya harus sama.


Dan apabila yang kalian ambil itu sebagai diat, maka kendalikanlah untuk saudaramu itu unta bintu mahadh (berumur 1 tahun lebih) dan unta yang baru cerai menyusu”.102

1. Dakhil, yaitu huruf hidup setelah ta‟sis, misalnya lamnya lafadz saalim (pada bait diatas)103


Ketiga: Harakat Qofiyah ada enam

a. Majraa, yaitu harakat rawi muthallaq (mutlak)104

b. Nafaadz, yaitu harakat ha‟ washal105, contoh:
...... ؼُقَاضُؾملَا

...... ُؼقِلٔؽملُقغَؾملُق
...... غَضملِػملٔفٔ

c. Hadzwu yaitu harakat sebelum ridf106, misalnya harakat ba‟, syin dan ha‟ pada kalimat: 


a. Isyba’ yaitu harakat dakhilil107, misalnya kasrah lam, dhommah fa‟ dan fathah wawu pada lafadz:

………دَاظٔؿُ

………اظؿَدَاصُعُ ………َتشملَاوَظَك

b. Rassu yaitu harakat huruf sebelum ta‟sis108, misalnya fathah sin-nya

lafadz:

………دَاظٔؿُ

c. Taujih adalah harakat huruf sebelum rawi Muqayyad109, misalnya perkataan penyair:


َضطْ


ٔػؾِ رََأِؼتَ اظذِِئبَ

َواخِؿََػملطْ * جَاُءوا بٔؼمل ِذقٍ


َجـٖ اظصملَػملَامَ

حَؿٖك أذَاج


“Sehingga ketika malam itu menggalap dan memekat maka para tamu itu datang dengan membawa susu yang warnanya keruh-putih seperti serigala”.



Keempat: Macam Qafiyah yaitu ada sembilan

Yang enam ialah:

a. Muthallaqah Mujarradah Maushulah bil-lin (huruf rawi hidup sunyi dari huruf ta‟sis dan ridf dan di washalkan /disambung dengan huruf lin)

Seperti syair Khualid bin Murrah :



“Aku memuji Tuhanku setelah Urwah meninggal dunia karena Kharas selamat!

Diantara melepetaka itu ada yang lebih ringan dari yang lain”.

a. Muthallaqah Mujarradah Maushulah bil-ha’ (huruf rawi hidup sunyi dari huruf ta‟sis dan ridf dan di washalkan /disambung dengan huruf ha‟), seperti syair Al Hammasi110 :
اَظَا صَؿّك ظَاضَك اظضملَػملَا بٔؾملَؼملٔفٔ

“Mudah-mudahan anak itu bertemu dengan kemulyaan lantaran cita-citanya”.

b. Muthallaqah Mardufah Maushulah bil-lin (huruf rawi hidup sebelumnya terdapat ridf dan di washalkan /disambung dengan huruf lin), seperti syair Al A‟sya:
ضَاَظتِ بَُـؿملِؽملَةُ إِذِ رَاَتِؽملٔك * وَضَدِ ظَا تُضملِدَمُ احلَلِؽملَاءُ ذَاعَا

“Ingatlah! Butsainah berkata ketika melihatku “terkadang orang-orang cantikpun tak lepas dari pencela”.

c. Muthallaqah Mardufah Maushulah bil-ha’ (disambung dengan huruf ha‟), seperti syair Labib:
َسَظملتٔ اظ ِدؼَارُ َعقَػملُؾملَا صَُؼملعملَاعُؾملَا

“……daerah-daerah itu, yaitu tempatnya lantas tempat tinggalnya, binasa”.

d. Muthallaqah Muassasah Maushulah bil-lin (huruf rawi hidup sebelumnya terdapat huruf ta‟sis dan di washalkan /disambung dengan huruf lin), seperti syair Nabigha adz Dzibyani:
طٔٔػملؿملؽملٔك ظٔ َؾملؿٍ ؼَا أَُعؿملِؼملةُ غَا ٔصبٔ * وََظؿملِؾِ اُضَا ٔدؿملِفٔ َبشملٔئِ اْظغملََقا ٔطبٔ

“Hai Umaimah, biarkanlah aku meratapi duka yang memayahkan, dan menentang malam berbintang lamban dengan kekerasan hati”.

e. Muthallaqah Muassasah Maushulah bil-ha’ (huruf rawi hidup sebelumnya terdapat huruf ta‟sis dan di washalkan /disambung dengan huruf ha‟), seperti syair Al A‟sya:


“Pada suatu malam, kami tak melihat satupun yang mengkisahkan (rahasia) kecuali bintang-bintang”.

a. Mujarradah (sunyi dari huruf ta‟sis dan ridf), seperti syair Al A‟sya:
أَتَ ِؾملفُرُ شَأغؿملَةٌ اَمِ تُػملٔؿٗ * اَمِ اْظقَؾِػملُقَاةٕ بٔؾملَا عُِؽملفَدٔمِ

“Apakah Ghaniah (gadis pesolek memutuskan hubungan atau sekedar menyakiti, ataukah tali persahabatan menjadi lemah terputus”.111

b. Mardufah (berhuruf ridf) seperti ucapan penyair:
طُؾٗ َسِؿملشٍ صَائٔرْ ظػملزٖوَالِ

(Untuk arti bait ini, lihat bait kedua bahar madid, beserta shadrnya)

c. Muassasah (berhuruf ta‟sis), seperti syair Hutahi‟ah:
وَ ََشررِتَؽملٔك وَزَسَِؼملتُ َانِ * غَؽَ ظَا ٔبـْ صٔك اظ ٖزملؿملِػٔ تَاعٔرِ

“Engkau menipu aku, aku kira engkau orang yang kaya bersusu perah di musim kemarau lagi berkurma (dimusim penghujan)”.



Mutakawia ialah tiap-tiap Qafiyah yang dantara kedua sukunnya terdapat empat harakat berurutan,112 seperti Syair Al Ajjaj :
َضدِ جَٖؾرَ اظ ِدؼـَ اإلِظفُ َصفُؾٔرِ

“………Allah telah mengatur agama dia teratur”.


Mutarakib ialah tiap-tiap qafiyah yang diantara kedua sukunnya terdapat tiga harakat berurutan, seperti ucapan penyair:
َا ُخبٗ صٔؿملؾملَا وَاَضَعِ

(Untuk arti bait ini, lihatlah keterangan no: 5 bahar rajaz)

Mutadarik ialah tiap-tiap qafiyah yang diantara kedua sukunnya terdapat dua harakat berurutan, seperti syair Imri‟il Qais:


َسـِ ػَقَاػَا بٔؼملَؽملِ ٔلؾِ


َسـِ اظْؾملََقى * وََظِؿملسَ صُؤَا ٔدى

تَلََػملتِ سَؼملَاؼَاتُ اظِرجَالِ


“Orang-orang pelupa terputus dari kecintaannya, sedang hatiku tak pernah putus dari kecintaan mereka itu”.


Mutawatir ialah tiap-tiap qafiyah yang diantara kedua sukunnya terdapat satu harakat, seperti syair Al Khansa:
ؼُ َذ خملطرُغٔك رُُػملقعُ اظرملَِؼملسِ َضكِرَا * وَاَ ِذطُرُهُ ٔبغملُؾِ عَ ٔطملِؿملبٔ ذَِؼملسِ

“Aku diingatkan oleh terbit matahari akan temanku Shakr, dan aku mengingatnya pada tiap-tiap terbenam matahari”.



Mutaradif ialah tiap-tiap Qafiyah yang diantara kedua sukunnya terkumpul, seperti ucapan penyair:
ػَاذٔهٔ دَارُ ُػؿِ اَ ْضظملََرتِ * َامِ زُُبقرْ َعقِؿَؾملَا اظدٗػُقرُ

(Untuk arti bait ini, lihat pada bait ketiga, bahar Mutdarik)



Peringatan!

Watad Majmu‟ bila ada pada akhir juz yang boleh thayyu seperti pada bahar basith dan rajaz, atau yang boleh lihalz, seperti pada bahar kamil, atau yang boleh khabn, seperti pada bahar ramal, khafif dan khabab (bahar Mutdarik) maka boleh berkumpul mutdarik dan mutarakib, (dalam satu qasidah) atau yang boleh khabl, seperti pada bahar basit dan rajaz maka boleh berkumpul mutakawis dengan mutarakib dan mutadarik113

Kelima, Uyub/Cacat Qafiyah

Itha’ yaitu mengulang kalimat rawi, lafadz dan maknanya seperti syair Nabiqhah:


ُت َعملؿملِدُ اظ َضملؿملِرَ ظَا ؼَلِرِ بٔؾملَا اظلٖا ِرى


ُعصملْػملٔؼملَةٔ *

َخردَاءُ


اُوَاضٔعُ اظَؾِؿملتَ صٔك


ٔسملؾٖ سَػملَك عٔزملَِؾاحٔفٔ اظلٖا ِرى


َسـِ اَرِضِ اَظَؿٖ بٔؾملَا * وَظَا َؼ

ظَا َؼقِظملٔضُ اظرِزُ


“Aku membangun rumah disebuah tanah kosong sunyi senyap gelap, lagi mengikat keledai hutan, orang lewat tidak ada.

Suara tak ada yang pelan di tanah yang menyakitkan itu, dan orang yang lewat malam musnah membawa pelita”.114


“Ceritakanlah kepadaku manakala engkau melarangku menangisi Yahya.


Mataku selalu terjaga untuk Yahya dalam hatiku selalu gelisah untuknya pula”.


Dan fathah beserta kasroh, seperti ucapan penyair:
اََظؿِ َترَغٔك َردَ ِدتُ سَػملَك ابِؽملٔك َظؿملِػملَك * عَٔؽملِؿملقَؿُفُ صَ َضملفْٖػملتُ اِّدَاءَ

وَضُْػملتُ ظٔرملَأتفٔ ظَؼملٖا اَتَؿِؽملَا * رَعَاكٔ آُ ٔعـِ ذَاةٕ بٔدَاءٔ

“Apakah engkau belum tahu aku pulang dan pergi ke putranya Laila? Hadiahnya cepat kukembalikan.

Dan aku katakan pada kambingnya ketika datang kepadaku “semoga Allah

menghilangkan penyakit kambing tersebut”.

Ikhfa’ yaitu perbedaan rawi tersebut huruf yang makhrajnya (tempat keluarnya huruf dari tenggorokan) berdekatan, seperti ucapan penyair:
اََظأَػِؾَ تََرى ٔانِ ظَؿِ َت ُغملـِ أُمٗ عَاظٔؽٕ * بٔؼملُػملْؽٔ ؼَ ٔدى َانٖ اْظ َغملظملَاءَ ضَٔػملؿملؾُ



َجظملَاءَ وَشْٔػملصملَةَ * إِذَا ضَامَ ؼُؾِؿَاعُ اْظعملُػملُقصُ ذَٔعؿملِؿَ

ٔعـِ خَٔػملؿملَِػملؿملِفٔ


رََأى



“Ingatlah, apakah engkau pernah lihat jika ibu seorang raja belum berada di kerajaan kekuasaanku, bahwa kafaah itu sedikit.

Ia melihat dari kekasihnya kebengisan dan kekasaran apabila anak untanya mau dijual, dicerca”.

Sinad, yaitu perbedaan huruf dan harakat yang hanya berada sebelum rawi. Ia ada lima :

1. Sinad Ridf, yaitu adanya ridf dari salah satu kedua bait, sedang yang lainnya tidak, seperti ucapan Hisan:


َحغملٔؿملؼملّا وَظَا تُقصٔفٔ


َصأَرِ ٔدؾِ


َحاجَةٕ عُرِدٔػملَا *

أذَا طُِؽملتَ صٔك


ؤَانِ غَابَ اَ ِعرْ سََػملؿملِؽَ اظؿَٖقى * صَرملَ ِاورِ ظَٔؾؿملِؾّا وَظَا تَضملِ ٔزملؿملِفٔ

“Apabila engkau hendak menyampaikan maksud maka kemukakanlah pada tuan Kadi, jangan engkau berwasiat.

Kalau sudah nasi menjadi bubur maka bermusyawarahlah dengan orang yang pintar/cerdas dan jangan engkau melawan (menentang)”.

2. Sinad Ta’sis, yaitu adanya ta‟sis dari salah satu kedua bait, sedang yang lainnya tidak, seperti perkataan penyair:


“Wahai negeri Nona Miyah, selamatlah! Karena “khandaf” (wanita mulia) adalah

yang paling penting didunia ini”.

1. Sinad Isyba’ yaitu perbedaan harakat dakhil, seperti syair Nabighah:


ٔعـِ تٔؾملَاعَةَ شَائٔرِ


َقتِ * بَػملٔلٗ بٔقَادٕ

َصأَصَِؾ


وَػُؿِ رَرٖ ُدوا عٔؽملِؾملَا بَٔػملؿملٖا


وَ ُػؿِ عَؽملٖ ُضملقاػَا ٔعـِ ضُسملَاسَةَ طَػملخملؾملَا * ؤَعـِ عُسملَرِ اْظقَؼملِرَاءٔ سٔؽملِدَ اظؿٖطملَقُرِ

“Mereka menolak kanilah Baliyya dari arus masuknya kurma, sehingga kabilahku Baliyya berada dilembah yang dalam di negeri Tihamah.

Mereka pun menolak arus tersebut dari khudha‟ah semuanya, dan dari Mudhar

Al-hamra‟ ketika arus itu mau masuk”.

2. Sinad Hadzwu, yaitu perbedaan harakat sebelum ridf seperti perkataan penyair:


ٔسِؿملـِ


ُسؿملُقنَ

ُسؿملُقغَ ُؾملـٖ


َطَأنٖ

َظعملَد اُظٔجَ اْظكَؾَاءُ سَػملَك جَقَارِ *



َشنيِ

ُسعملَابٔ * تُ ِرؼدُ حَؼملَاعَةً صٔك ؼَقمِ


َطأَغِك َبِؿملـَ خَأصؿملَؿَك



“Mantel bulu itu dipakaikan pada wanita-wanita jariah, mata mereka seakan-akan sapi jalang (mata sapi liar).

Aku seakan-akan diantara dua ujung (syap) burung raja wali/elang yang hendak menyambar merpati pada suatu hari pekat awan/mendung”.

3. Sinad Taujih, yaitu perbedaan harakat huruf sebelum rawi Muqayad, seperti ucapan syair Ru‟bah: 117


وَضَائٔؿِ اَِسِؼملَاقِ خَا ِوى اظُْؼملقِؿَرَكْ



َظِؿملسَ بٔاظرٖاسٔك اْظقَٔؼملؼِ

َذت٘


اَظَػَ

َذذٖاَبةَ سَؽملِؾملَا َذذَا اظرٗبِعِ اظ ٗل ُقؼِ

“(banyak tempat) yang didalamnya gelap, jalannya sunyi.

(yang punya keledai itu) menghimpun (keledai-keledainya) yang bercerai-berai, ia bukanlah pengembala yang pandai.



Ia banyak melepas keledainya dari penyakit (yang berada dari keledai yang berada di tempat yang jauh)”.


Ini adalah akhir dari pembahasan yang telah kami majukan dalam susunan/ keterangan ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan salam sebanyak-banyaknya kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga dan sahabat- sahabatnya, amin. 

LihatTutupKomentar