Mukaddimah Kitab Jauhar Maknun

Mukaddimah Kitab Jauhar Maknun Bidang studi: bahasa Arab, sastra Arab, ma'ani, bayan, badi', Ilmu Ma'ani, Bayan dan Badi', disebut: Ilmu Balaghoh.

Mukaddimah Kitab Jauhar Maknun

Nama kitab: Terjemah Jauharul Maknun, Jauhar Maknun, al-Jauhar al-Maknun
Penulis: Abdurrahman al-Akhdari
Penerjemah: H. Moch. Anwar
Judul Kitab asal: Al-Jauhar al-Maknun fi Shadaf al-Tsalatsah al-Funun: al-Bayan wa al-Ma'ani wa al-Badi' (الجوهر المكنون في صدف الثلاثة الفنون البيان والمعاني و البديع)
Bidang studi: bahasa Arab, sastra Arab, ma'ani, bayan, badi', prosa, syair, puisi, sajak, fiksi, non-fiksi  

Daftar isi

  1. Kata Pengantar   (Penerjemah)
  2. Muqoddimah / Mukaddimah (Pengarang)
  3. Kembali ke: Terjemah kitab Jauharul Maknun

KATA PENGANTAR

Ilmu Ma'ani, Bayan dan Badi', disebut: Ilmu Balaghoh.


Dalam Ilmu Balaghoh ini dibahas cara-cara menyusun kalimat
yang baik atau pengucapannya, yang bemilai tinggi menurut
sastrawan.

Dengan memahami Ilmu Balaghoh, kita akan mendapatkan fa-
edah yakni:

1. Meyakini ketinggian nilai bahasa Al-Qur’an, meyakini bah-
wa AI-Qur’an adalah kalam yang mahasempuma, yang maha
agung, kalam yang bernilai mu'jizat, bukan karangan manu-
sia, sebab Al-Qur'an itu mengandung pengertian yang aktual,
yang dapat diamalkan di mana saja, kapan saja dan isinya
mencakup segala peristiwa yang sudah lewat dan yang akan
datang dan dalam waktu yang senggang dan sempit. Alhasil
dapat menambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah
s.w.t.

2. Dapat berbicara atau menulis dengan teratur, sesuai dengan
muqtadholhalny2L/situasi dan kondisinya dengan cara yang
indah, bersajak dan cara lainnya menumt ilmu kesusastraan.

3. Menggunakan Ilmu Balaghoh ini, bukan hanya dalam baha-
sa Arab saja, melainkan dapat dipraktikkan dalam bahasa lain-
nya oleh orang yang sudah memahaminya dengan melekat.

Oleh karena itu untuk mempermudah para peminat memaha-
minya dan temtama bagi orang yang mempelajari akan ilmu
ini dan khususnya dalam mempelajari kitab Jauharul-maknun
penulis memberanikan diri sambil bertawakal kepada Allah
s.w.t. untuk menerjemahkannya serta berusaha sekuat ke-
mampuan penulis untuk menjelaskannya lebih lanjut, agar mu-
dah dimengerti makna-maknanya yang tersurat dan yang ter-
sirat (mathum dan mantuqnya) yang berada di dalamnya.

Meskipun demikian, oleh karena tiada gading yang tak retak,
tegur sapa dari para Ulama dan cendekiawan muslim akan se-
lalu penulis terima dengan hati yang ikhlas. Dan hanya kepada
Allah jualah kita memohon hidayah dan taufiknya, agar ter-
jemahan ini bermanfaat bagi kita sekalian di dunia dan akhirat
dan termasuk salah satu usaha dalam mensukseskan pemban-
gunan dalam segala bidang, khususnya dalam bidang mental/
spiritual. Aamiin, Ya Robbal-'aalamiin!


Subang, 14 Robi'ul-awal 1399 H
14 Maret 1979 M

Penerjemah.


MUQADDIMAH

الحَمْدُ لله البديع الهادي= إلى بيان مهيع الرشاد
أمدَّ أرباب النهى ورسما= شمس البيان في صدور العُلَما
فأبصروا معجزة القرآن=واضحة بساطع البرهان
وشاهدوا مطالعَ الأنوارِ= وما احتوت عليه مِنْ أسرارِ
فنَزَّهوا القلوب في رياضِهِ= وأوردوا الفِكْر على حياضهِ
ثم صلاة الله ما ترنَّما=حادٍ يسوق العيس في أرض الحمى
على نبينا الحبيب الهادي=أجلِّ كلِّ ناطقٍ بالضاد
محمدٍ سيدِ خلقِ اللهِ=العربيِّ الطاهرِ الأوّاهِ
ثم على صاحبه الصدّيقِ=حبيبِه وعمرَ الفاروقِ
ثم أبي عمرو إمام العابدينْ=وسطوةِ الله إمامِ الزاهدينْ
ثم على بقية الصحابةْ=ذوي التقى والفضل والإنابةْ
والمجدِ والفُرصةِ والبراعةْ=والحزمِ والنجدةِ والشجاعةْ
ما عكف القلب على القرآنِ=مرتقياً لحضرة العرفانِ
هذا وإنَّ درر البيانِ=وغررَ البديع والمعاني
تهدي إلى مواردٍ شريفةْ=ونُبذةٍ بديعةٍ لطيفةْ
من علم أسرار اللسان العربي=ودَرْكِ ما خُصَّ به مِنْ عَجَب
لأنه كالروح للإعرابِ=وهو لعلم النحوِ كاللُّبابِ
وقد دعا بعضٌ من الطلابِ=لِرَجَزٍ يهدي إلى الصوابِ
فجئته بِرَجَزٍ مُفيدِ=مُهَذّبٍ مُنَقَّحٍ سديدِ
ملتَقِطاً مِنْ دُرَرِ التلخيصِ=جواهراً بديعةَ التخليصِ
سلكتُ ما أَبْدى مِنَ الترتيبِ=وما أَلَوْتُ الجهدَ في التهذيبِ
سَمَّيتُهُ بالجوهرِ المَكْنونِ=في صَدَفِ الثلاثةِ الفنونِ
واللَّهَ أرجو أن يكونَ نافعا=لكلِّ مَنْ يقرَؤُهُ ورافعا
وأن يكون فاتحاً للبابِ=لجملة الإخوان والأصحابِ


Artinya:

"Segala puji bagi Allah Dzat Yang telah menciptakan makh-
luk-makhluk-Nya tanpa contoh dan Dzat Yang telah memberi-
kan petunjuk ke jalan yang benar "

Adapun yang dimaksud dengan:

1. Hamdu:

a. Menurut logat, ialah memuji atas kebaikan seseorang;

b. menurut istilah, yaitu:

" Pekerjaan yang timbul untuk mengagungkan pemberi nikmat
atas pemberiannya." "Seperti beribadah karena mengagung-

"Bagi Nabi kita yang tercinta dan yang menunjukkan ke jalan
yang benar, sebaik-baiknya orang yang mengucapkan huruf
dhod."

"Nabi Muhammad saw. yang termulia dari seluruh makhluk
Allah, Bangsa Arab, yang suci lagi banyak/sering mengadu
(kepada Allah) karena takut oteh-Nya. "

Perlu diketahui, bahwa:

1. Maksud bait nomor 6 itu ialah mendoakan supaya rahmat
Allah itu dicurahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. untuk
selama-lamanya.

Adapun kata-katanya mengandung pengertian yang terbatas,
yaitu: Selama penggembala unta bernyanyi di tanah Hijaz.
Memang orang-orang Arab di kala berkata untuk tujuan yang
kekal, suka mengucapkannya dengan kata-kata yang terbatas
(muqoyyad) sebagaimana kaidah ini:

2. Ardhul-himaa (tanah larangan) ialah tanah Hijaz, sebab
orang kafir dilarang menempati tanah itu.

3. Huruf dhod, adalah huruf yang tersukar diucapkan, lebih-
lebih oleh lidah orang 'ajam (bukan Arab) dan huruf yang
hanya berada dalam bahasa Arab.


Sabda Nabi s.a.w.:

"Aku adalah orang yang paling fasih mengucapkan dhod, ke-
cuali sesungguhnya aku dari keturunan Quraisy. "


Dalam hadits ini mengandung Badi'

= Menguatkan pujian dengan ucapan yang mirip-mirip caci-
an, sebagaimana yang diterangkan dalam bab Badi’.
"Kemudian rahmat Allah itu bagi sahabatnya dan kekasihnya,
yaitu: Abu Bakar Siddiq, Umar Alfaruq, kemudian Abu Amar,
pemimpin tukang ibadah (Utsman bin ’Ajfan) dan bagi cameti
Allah pemimpin tukang tapa ('Ali bin Abi Thalib) r.a. "

Perlu diketahui, bahwa:

1. Lafazh Abu Bakar itu alam kunyah, adapun nama aslinya
ialah Abdullah.


Di antara kata-katanya, ialah:

"Orang yang paling cerdas, ialah orang yang bertaqwa.
Orang yang paling dungu ialah orang yang durhaka.
Orang yang paling benar, ialah orang yang dipercaya.
Orang yang paling dusta, ialah orang yang berkhianat."


2. Sahabat 'Umar dilakobi: Alfaruq (pemisah), yaitu karena
ketegasannya dalam membedakan antara yang benar dan yang
salah.


Dari kata-katanya, ialah:

"Barang siapa yang menakuti Allah, tidak akan sembuh ma -
rahnya dan barang siapa yang taqwa kepada Allah, tidak
akan berbuat sekehendaknya."

Dan katanya:


"Pada waktu subuh itu aku tidak perduli apa yang akan dike-
hendaki Allah, apakah kesulitan ataukah keringanan dan aku
tidak tahu, manakah yang paling baik bagiku dari salah satu-
nya."

Dan pada suatu hari beliau pernah memegang ubin tanah sera-
ya katanya:


"Duuuh! Aku harapkan sekali dijadikan Allah seperti ubin ini,
mengharapkan sekali tidak dijadikan sesuatu oleh AUah,
mengharapkan sekali ibuku tidak melahirkan aku, mengharap-
kan sekali aku tidak berbentuk sesuatu dan mengharapkan se-
kali aku dilupakan."

Dan beliau pernah menggendong karung gandum di atas
punggungnya untuk dibagikan kepada para janda dan anak
yatim.

Tiba-tiba kata orang: "Biarlah Tuan! Saya memikulnya."

Ujarnya: "Siapakah yang sanggup memikul dosa-dosaku nanti
pada hari kiamat?"

3. Sahabat Abu 'Amar, yaitu Utsman bin 'Affan r.a. Beliau
sangat pemalu, siangnya berpuasa, malamnya bersembahyang
terus-menerus serta pada setiap rakaat menamatkan Qur'an
(sekhotaman).

4. Satwatullah, yaitu 'Ali bin Abi Thalib r.a. Beliau disebut
satwatullah = cameti Allah, sebab sangat bengis kepada orang
yang pendurhaka dan sangat berpaling dari harta dunia.
"Kemudian bagi sahabat-sahabat lainnya yang bertaqwa,
yang utama, yang kembali kepada Allah, yang mulia-mulia,
yang menerima pemberian, yang mempunyai keunggulan,
yang teguh pendirian, penolong dan pemberani, selama hati
mereka berpegang kepada Al-Qur'an sambil meningkat ke ha-
dirat Allah."

"Maku penuhi permintaan itu dengan bahar rojaz yang ber-
jaedah yang dibersihkan dari hal-hal yang tak berguna, lagi
yang benar/tiada tercela ."

Sambil mengambil bahan-bahan dari masalah-masalah yang
tercantum dari kitab Talkhish (karangan Syekh Khotib Qizwi-
ni), yakni berupa mutiaranya (intinya) yang baik dan bersih
dari masalah yang kurang penting."

"Aku susun sebagaimana susunan kitab Talkhish itu serta aku
tidak mengenal lelah dalam membersihkannya (dengan ke-
sungguhan)."

"Aku namai kitabku ini dengan "Jauhar-Maknun" dalam
menghimpun tiga fan (judul) (yaitu: Ma'ani, Bayan dan
Badij. ”

"Hanya kepada Allah aku mengharap, semoga Allah memberi
manfaat kepada setiap orang yang membacanya dan meng- angkat derajatnya."


Dan semoga Allah memberi jutuh (kelancaran untuk masuk)
kepada pintu pengertian kitab-kitab yang lebih luas kepada
semua saudara dan sahabat. "

Perlu diketahui, bahwa tujuan pokok dari ketiga ilmu itu
ialah:

5 I,mu Ma ' ani > untuk menjaga dari kesalahan dalam penger-
tian dari maksud pembicaraan atau penulisan.

Ilmu Bayan, untuk menjaga dari pengertian yang tidak ka-
ruan.


Ilmu Badi', untuk mengatur susunan kalimat yang baik, in-
dah dan benar

Dan hukum mempelajari ketiga macam ilmu tersebut, adalah
fardu kifayah. []

LihatTutupKomentar