Cara I'tikaf

Cara I'tikaf I'tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dengan niat untuk beribadah dan mendekatkan diri pada Allah. Itikaf hukumnya sunnah berdasarkan Al Quran, hadits dan ijmak ulama. I'tikaf disunnahkan untuk menjadi wasilah atau penyambung antara satu ibadah dengan ibadah yang lain agar hubungan seorang hamba dengan Tuhannya tetap terjalin. Sehingga hal itu akan semakin memperkuat sang hamba dalam melaksanakan rutinitas kesehariannya.
Cara I'tikaf
I'tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dengan niat untuk beribadah dan mendekatkan diri pada Allah. Itikaf hukumnya sunnah berdasarkan Al Quran, hadits dan ijmak ulama. I'tikaf disunnahkan untuk menjadi wasilah atau penyambung antara satu ibadah dengan ibadah yang lain agar hubungan seorang hamba dengan Tuhannya tetap terjalin. Sehingga hal itu akan semakin memperkuat sang hamba dalam melaksanakan rutinitas kesehariannya.

Adapun dalil dari Al-Quran adalah:
- QS Al Baqarah 2:187

وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

Artinya: (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid.

- QS Al Baqarah 2: 125

أَن طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

Artinya: Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud

Adapun dalil hadits antara lain:

- Hadits riwayat Bukhari (2029) dan Muslim (297) dari Aisyah:

وَكَانَ لَا يَدْخُلُ الْبَيْتَ إِلا لِحَاجَةٍ إِذَا كَانَ مُعْتَكِفًا

Artinya: Nabi tidak pernah masuk rumah kecuali karena ada keperluan apabila dia sedang i'tikaf.

- Hadits riwayat Bukhari (2033) dari Aisyah:

كان النبي صلى الله عليه وسلم يعتكف في العشر الأواخر من رمضان، فكنت أضرب له خباءً فيصلي الصبح ثم يدخله

Artinya: Nabi biasa beritikaf pada sepuluh akhir bulan Ramadhan. Apabila selesai dari shalat shubuh, beliau masuk ke tempat khusus i’tikaf beliau.

Nama kitab: Terjemah Kitab Fathul Qorib
Judul kitab asal: Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب أو القول المختار في شرح غاية الإختصار)
Pengarang: Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili
Bidang studi: Fiqih madzhab Syafi'i

Daftar Isi


Bab I'tikaf

(فصل): في أحكام الاعتكاف وهو لغة الإقامة على الشيء من خير أو شر، وشرعاً إقامة بمسجد بصفة مخصوصة

(والاعتكاف سنة مستحبة) في كل وقت وهو في العشر الأواخر من رمضان أفضل منه في غيره لأجل طلب ليلة القدر، وهي عند الشافعي رضي الله عنه منحصرة في العشر الأخير من رمضان، فكل ليلة منه محتملة لها، لكن ليالي الوتر أرجاها وأرجى ليالي الوتر ليلة الحادي أو الثالث والعشرين. (وله) أي للاعتكاف المذكور (شرطان)

أحدهما (النية) وينوي في الاعتكاف المنذور الفرضية أو النذر

(و) الثاني (اللبث في المسجد) ولا يكفي في اللبث قدر الطمأنينة، بل الزيادة عليه بحيث يسمى ذلك اللبث عكوفاً وشرعاً المعتكف إسلام وعقل ونقاء عن حيض أو نفاس وجنابة، فلا يصح اعتكاف كافر ومجنون وحائض ونفساء وجنب، ولو ارتد المعتكف أو سكر بطل اعتكافه

(ولا يخرج) المعتكف (من الاعتكاف المنذور إلا لحاجة الإنسان) من بول وغائط وما في معناهما كغسل جنابة (أو عذر من حيض) أو نفاس فتخرج المرأة من المسجد لأجلهما (أو) عذر من (مرض لا يمكن المقام معه) في المسجد بأن كان يحتاج لفرش وخادم وطبيب، أو يخاف تلويث المسجد كإسهال وإدرار بول، وخرج بقول المصنف لا يمكن الخ بالمرض الخفيف كحمى خفيفة، فلا يجوز الخروج من المسجد بسببها

(ويبطل) الاعتكاف (بالوطء) مختاراً ذاكراً للاعتكاف عالماً بالتحريم. وأما مباشرة المعتكف بشهوة فتبطل اعتكافه إن أنزل وإلا فلا.

Pengertian I'tikaf

(Fasal) menjelaskan hukum-hukum i’tikaf.

I’tikaf secara bahasa adalah menetapi sesuatu yang baik atau jelek. Dan secara syara’ adalah berdiam diri di masjid dengan sifat tertentu.

I’tikaf hukumnya sunnah yang dianjurkan di setiap waktu.

I’tikaaf di sepuluh hari terakhir di bulan Romadlon itu lebih utama daripada i’tikaf di selain hari tersebut, karena untuk mencari Lailatul Qadar.

Menurut imam asy Syafi’i radliyallahu ‘anh, Lailatul Qadar hanya berada di sepuluh hari terakhir di bulan Romadlon.

Setiap malam dari malam-malam tersebut mungkin terjadi Lailatul Qadar, akan tetapi di malam-malam yang ganjil itu lebih diharapkan.

Malam-malam ganjil yang paling diharapkan adalah malam dua puluh satu atau dua puluh tiga.

Syarat I’tikaf

I’tikaf yang telah dijelaskan di atas memiliki dua syarat.

Salah satunya adalah niat. Di dalam i’tikaf nadzar, dia harus niat fardlu atau niat nadzar.

Yang kedua adalah bertempat di masjid.

Di dalam bertempat, tidak cukup hanya sebatas kira-kira waktu thuma’ninah, bahkan harus ditambah sekira diamnya tersebut dinamakan berdiam diri.

Syarat Orang Yang I’tikaf

Syarat orang yang i’tikaf adalah harus Islam, berakal, suci dari haidl, nifas dan jinabah.

Maka tidak syah i’tikaf yang dilakukan oleh orang kafir, gila, haidl, nifas, dan orang junub.

Jika orang yang melakukan i’tikaf murtad atau mabuk, maka i’tikafnya menjadi batal.

Tata Cara I’tikaf

Orang yang melakukan i’tikaf nadzar tidak diperbolehkan keluar dari i’tikafnya kecuali karena ada kebutuhan manusiawi seperti kencing, berak, dan hal-hal yang semakna dengan keduanya seperti mandi jinabah.

Atau karena udzur haidl atau nifas. Maka seorang wanita harus keluar dari masjid karena mengalami keduanya.

Atau karena udzur sakit yang tidak mungkin berdiam diri di dalam masjid.

Semisal dia butuh terhadap tikar, pelayan, dan dokter. Atau dia khawatir mengotori masjid seperti sedang sakit diare dan beser.

Dengan ungkapan mushannif “tidak mungkin bertempat di masjid” hingga akhir perkataan beliau, mengecualikan sakit yang ringan seperti demam sedikit, maka tidak diperkenankan keluar dari masjid disebabkan sakit tersebut.

Hal-Hal Yang Membatalkan I’tikaf

I’tikaf menjadi batal sebab melakukan wathi (hubungan intim) atas kemauan sendiri dalam keadaan ingat bahwa sedang melakukan i’tikaf dan tahu terhadap keharamannya.

Adapun bersentuhan kulit disertai birahi yang dilakukan oleh orang yang melakukan i’tikaf, maka akan membatalkan i’tikafnya jika ia sampai mengeluarkan sperma. Jika tidak, maka tidak sampai membatalkan.[alkhoirot.org]
LihatTutupKomentar