Buku Membongkar Skandal Ilmiyah sejarah dan Genealogi Ba’alwi (Habaib) oleh Kyai Imaduddin

Nama buku: Membongkar Skandal Ilmiyah sejarah dan Genealogi Ba’alwi: Finalisasi Keterputusan Genealogi Ba’alwi Kepada Nabi Muhammad Penulis: KH. Imad

Nama kitab / buku: Membongkar Skandal Ilmiyah sejarah dan Genealogi Ba’alwi: Finalisasi Keterputusan Genealogi Ba’alwi Kepada Nabi Muhammad Saw.

Nama kitab / buku: Membongkar Skandal Ilmiyah sejarah dan Genealogi Ba’alwi: Finalisasi Keterputusan Genealogi Ba’alwi Kepada Nabi Muhammad Saw.
Penulis: KH. Imaduddin Utsman Al-Bantani, pengasuh pesantren Nahdlatul Ulum, Banten
Cetakan pertama: 1445 H./2024 M.
Penerbit:  Maktabah Nahdlatul Ulum Banten Cet. 1/1445 H./2024 M.
Kitab sebelumnya: Menakar kesahihan Nasab Habib Di Indonesia
Bidang studi: Sejarah Baalawi, ilmu nasab, sejarah Islam

Daftar isi

  1. Download (pdf) 
  2. Biografi Penulis, KH Imaduddin Utsman Al-Bantani  
  3. Kata Pengantar  
  4. Finalisasi Keterputusan Genealogi Ba‘alwi Kepada Nabi Muhammad Saw
  5. Pendahuluan
  6. Ahmad bin ‘Isa Tidak Pernah Hijrah Ke Hadramaut 
  7. Makam Ahmad bin Isa
  8. Ahmad bin Isa tidak Bergelar al-Muhajir
  9. Ahmad Bin Isa Tidak Mempunyai Anak Bernama Abdullah atau Ubaidillah
  10. Nasab Syarif Abil Jadid dari Kabilah Alu Abi Alwi
  11. Keluarga Abdurrahman Al-Saqqaf mengaku sebagai Alu Abi Alwi
  12. Alwi Menjadi Saudara Syarif Abul Jadid 
  13. Jadid Tidak Ada Kaitan Dengan Keluarga Ba‘alwi 
  14. Kitab Tabaqat al-Khawash Menjadi Saksi Upaya Singkronisasi Nasab Ba‘alwi 
  15. Berita Hijrah Muhamad bin Sulaiman Menjadi Tidak Singkron 
  16. Ubaidillah dan Nama-Nama Fiktif dari Keluarga Ba’alwi
  17. Glorifikasi Leluhur Ba’alwi
  18. Interpolasi dan Moral Ilmiyah Ba’alwi
  19. Kesimpulan
  20. Daftar Pustaka
  21. Buku KH Imad yang lain:
    1. Menakar kesahihan Nasab Habib Di Indonesia
    2. Terputusnya Nasab Habib Kepada Nabi Muhammad Saw
    3. Buku Membongkar Skandal Ilmiyah sejarah dan Genealogi Ba’alwi
    4. Buku Metode Menetapkan Nasab Menurut Kitab Rasa'il fi Ilm al-Ansab  
    5. Buku Literatur Kitab-Kitab Nasab Abad Ke-3-13 Hijriyah Bukti Terputusnya Nasab  Ba'alwi
    6. Buku Manuskrip-Manuskrip Palsu Ba'alwi Versi Rumail Abbas 
  22. Kembali ke kitab: Kitab Nasab

Kata Pengantar

Klan Ba‘alwi yang berasal dari Tarim, Hadramaut, Yaman,
mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw. melalui
jalur Ahmad bin ‗Isa bin Muhammad al-Naqib bin ‗Ali al-
‗Uraidi bin Ja‘far al-Sadiq bin Muhmmad al-Baqir bin ‗Ali Zainal
‗Abidin bin Husain bin Fatimah binti Muhammad Saw.. Untuk
klaimnya tersebut, mereka menulis banyak kitab-kitab mulai dari abad
sembilan Hijriah. Dalam kitab-kitab tersebut mereka berupaya untuk
menyambungkan leluhur mereka yang bernama ‗Ubaidillah dengan
silsilah genealogi keluarga Nabi Muhammad Saw. melalui klaim
bahwa Ubaidillah adalah salah satu anak dari Ahmad bin ‗Isa. Tidak
hanya itu, mereka juga membuat sejarah ketokohan dari ‗Ubaidillah
dan silsilahnya ke bawah dengan cerita-cerita sejarah yang luar biasa.
Sayangnya, klaim itu penuh dengan intrik-intrik dan skandal ilmiyah
yang miskin dari sumber-sumber yang bisa dipertanggungjawabkan.
Tulisan ini akan membuktikan bahwa berbagai klaim itu tidak

mempunyai landasan historis dari sumber-sumber sezaman atau yang
mendekatinya, bahkan tertolak secara ilmiyah.
Berita-berita yang terdapat dalam sumber-sumber internal
Ba‘alwi tentang Hijrah (pindah) nya Ahmad bin ‗Isa, misalnya, tidak
menyertakan sumber primer, bahkan, nampak dipaksakan dengan
menyematkan gelar di belakang nama Ahmad dengan Al-muhajir
(yang berpindah). Sumber-sumber eksternal yang yang lebih dekat
masanya dengan Ahmad bin ‗Isa, bahkan memberitakan posisi Ahmad
bin ‗Isa berada di sebuah desa di Madinah yang bernama ―Surya‖.
Nama-nama lain dari silsilah Ba‘alwi-pun luput dari reportase para
penulis nasab Nabi Muhammad Saw. dan luput dari historiografi para
sejarawan sezaman dan setempat. Yang lebih mencengangkan, dalam
historiografi internal Ba‘alwi, terbukti adanya pencurian gelar seorang
tokoh historis di Mirbat yang kemudian diberikan untuk seseorang
yang berada dalam silsilah genealogi Ba‘alwi. Khusus tentang klaim
Ba‘alwi sebagai keturunan Nabi, beberapa ulama telah menolak klaim
itu, misalnya Ahmad bin Sulaiman Abu Bakrah al-Turbani, Murad
Syukri Suwaidan, Syekh Muqbil al-Wada‘i dan ‗Ali al-Tantawi. Buku
ini akan menampilkan sesuatu yang penting yang luput dari narasi
para ulama sebelumnya yang membatalkan nasab Ba‘alwi.
Akhirnya, dengan buku ini, saya sampaikan, ucapan terimakasih
kepada ibunda (Nyai Hajjah Syu‘arah binti Syatibi), isteri, adik, anak,
keluarga besar Bani Utsman Cempaka Kresek, para kiai, santri NU
Cempaka, dan semua sahabat yang tentu tidak dapat disebutkan satu
persatu, yang senantiasa memberikan do‘a, semangat dan dukungan
kepada saya selama ini. Semoga Allah Swt membalas semuanya di
dunia dan akhirat. Amin.
Dan semoga buku ini akan dapat bermanfaat untuk umuat Islam
khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya. Amin.
Cempaka Kresek Banten, Februari 2024
Imaduddin Utsman Al-Bantanie


* Ini adalah buku yang patut dijadikan pegangan para pembaca untuk
mengetahui keterputusan nasab Habib Ba‘alwi kepada Nabi Muhammad SAW.
buku lainnya yang patut jadi sandaran adalah buku Ulama Nusantara Menggugat
Nasab Palsu juga buku Kronik Perjalanan Ilmiyah K.H. Imaduddin Utsman Al-
Bantani

Finalisasi Keterputusan Genealogi Ba’alwi Kepada Nabi Muhammad Saw.

Pendahuluan Abad ke-19 adalah masa gelombang migrasi besar-besaran
keluarga Ba‘alwi dan imigran Yaman lainnya ke Nusantara. Menurut
Jajat Burhanuddin, ini menyusul perubahan kebijakan Kolonial
Belanda yang secara perlahan menjadikan wilayah Jawa dan
kepulauan lain di Nusantara terbuka bagi pasar internasional. 311
Perpindahan mereka ke Nusantara didorong factor kemiskinan.312
Negeri Hadramaut pada akhir abad ke-19 itu mengalami perang
saudara antara Al-Qu‟aiti dan Al-Khatiri, mereka memperebutkan
kekuasaan di Hadramaut. Bahkan kekayaan Hadramaut tahun 1930
hanya dapat memenuhi kebutuhan seperempat penduduknya. Padahal,
penting dicatat, pada tahun itu 20 sampai 30% penduduk Hadramaut
tinggal diberbagai Negara Lautan India.313
Di Nusantara, mereka bekerja di bidang perkebunan, karyawan
pabrik, tukang kebun, kurir dan lain-lain. Selain itu, ada juga yang
bekerja pada pemerintahan kolonial Belanda seperti Utsman bin
Yahya yang diangkat menjadi mufti (yang bertugas berfatwa) Belanda
di Batavia. Utsman pulalah yang kemudian mengalami benturan
dengan ulama-ulama Banten yang merupakan murid-murid Syekh
Nawawi dan Syekh Abdul Karim. Hal itu, dikarenakan fatwa
keagamaan Utsman tentang haramnya memberontak kepada Belanda,
dan mereka yang melakukannya dianggap terkena delusi agama.
Fatwa itu terkait pemberontakan rakyat Banten pada tahun 1888 M.
Fatwa ini termaktub dalam kitab Manhaj al- Istiqamat fi al-Din bi


al –Salamat yang dikarang oleh Utsman pada tahun 1889 M.314
Beberapa peristiwa ini pulalah yang mengakibatkan sedikitnya
keluarga Ba‘alwi belakangan ini yang tinggal di Banten, berbeda
dengan beberapa daerah lain di Indonesia. Menurut Jajat Burhanudin
lagi, setelah dilantik sebagai pegawai Snouck Hurgronje, Utsman
membuat do‘a khusus untuk Ratu Belanda, Wilhelmina, seraya
memuji ―Sang Ratu‖ dengan menyebut Ratu Belanda itu sebagai
―Ratu yang baik‖. Doa itu dibacakan tanggal 2 September 1898 di
masjid Pekojan setelah solat jum‘at. 315
Seperti di Pulau Jawa, di Aceh juga tidak jauh berbeda, terjadi
penghianatan dari oknum Ba‘alwi terhadap perjuangan rakyat Aceh
dalam melawan Belanda, bahkan lebih mengenaskan. Van den Berg
menyebutkan, seorang Ba‘alwi, Abdurrahman al-Zahir, yang
diberikan kedudukan tinggi dalam Kerajaan Aceh, malah kemudian
menggembosi perjuangan rakyat Aceh dari dalam. Ia yang diberikan
amanah sebagai salah seorang panglima perang, kemudian malah
bekerjasama dengan Belanda dengan bersedia meninggalkan
pasukannya dalam gerilya asalkan mendapat gajih seumur hidup
sebanyak 30.000 Gulden.316 M. Adil Abdullah dalam sebuah artikel
mengatakan:
―Sebagai ―hadiah‖ terhadap sikap lunak Habib Abdurrahman,
dia pada tanggal 13 Oktober 1878 bersama teman temannya
Teuku Muda Baet memilih menyerah kepada Belanda di Kuta
Raja. Sebagai imbalannya Gubernur Hindia Belanda (Indonesia)
Jenderal Van Lansberge di Batavia (Jakarta) bersedia
memberangkatkan Habib Abdurrachman Az Zahir dan
pengikutnya ke Jeddah dengan kapal NV Cuaracao. Dia sendiri,
menurut para peneliti sejarah, telah mendapat pensiun dari
pemerintah Belanda 10.000 dollar per bulan atas jasa ―menjual
bangsanya‖ kepada Belanda. …‖317
Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, keluarga Ba‘alwi
banyak yang aktif dalam perpolitikan Indonesia, diantaranya D.N.
Aidit yang menjadi Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pengakuan bahwa Aidit adalah marga Ba‘alwi diungkapkan oleh anak
Aidit, Ilham Aidit.318 Aidit kemudian dihukum mati di Boyolali pada
23 November 1965 karena pengkhiantan kepada Negara Indonesia.319
Selain Aidit, marga Ba‘alwi yang menjadi anggota PKI juga adalah
Ahmad Sofyan Baroqbah. Ia dieksekusi mati pada 19 Januari 1974,
setelah diburu Angkatan Bersenjata Republik Indonesia selama
bertahun-tahun di rimba Kalimantan Barat.320 Seorang marga Ba‘alwi
di Kalimantan Timur, Fahrul Baraqbah, juga anggota PKI yang
ditangkap pasca meletusnya peristiwa 1965.321
Marga Ba‘alwi mengaku sebagai keturunan Nabi Besar
Muhammad Saw. yang di mulai dari datuk mereka yang bernama
‗Alwi bin ‗Ubaidillah. Menurut mereka, ayah ‗Alwi, ‗Ubaidillah,
adalah anak Ahmad bin ‗Isa. Nasab lengkap ‗Alwi kepada Nabi
Muhammad Saw., menurut mereka, adalah sebagai berikut: ‗Alwi
(w.400 H.) bin ‗Ubaidillah (w.383 H.) ―bin‖ Ahmad (w.345 H.) bin
Isa al-Naqib (w.300 H.) bin Muhammad al-Naqib (w.250 H.) bin ‗Ali
al-‗Uraidi (w.210 H.) bin Ja‘far al-Sadiq (w.148 H.) bin Muhammad
al-Baqir (w.114 H.) bin ‗Ali Zaenal Abidin (w.97 H.) bin Sayidina
Husain (w.64 H.) bin Siti Fatimah al-Zahra (w.11 H.) binti Nabi
Muhammad Saw. (w.11 H.).322 Sayangnya, nasab seperti di atas
tersebut, tidak terkonfirmasi dalam kitab-kitab nasab primer yang
mu‟tabar (yang diakui oleh ahli). Kesimpulan seperti itu bisa
dijelaskan, karena kitab-kitab nasab yang ditulis berdekatan dengan
masa hidupnya Ubaidillah tidak mencatat namanya sebagai anak dari
Ahmad bin Isa, sebagaimana akan penulis jelaskan di depan.[]

CATATAN

311 Jajat Burhanuddin, Diaspora Hadrami di Indonesia, (Studia Islamika, Vol.
V No. 1 1999) h. 188.
312 Tim Peduli Sejarah Islam Indonesia, Tubagus M. Nurfadil Satya (ed.),
Sejarah Ba Alwi Indonesia: Dari Konflik Dengan Al-irsyad Hingga Dengan
Keluarga W‟Alisongo, (Tim peduli Sejarah Indonesia, Serang) h.29
313 Jajat, Diaspora hadrami di Indonesia… h. 189

314 Utsman bin Yahya, Manhaj al- Istiqamat fi al Diin bi al –Salamat,
(Maktabah Al-Madaniyah, Jakarta, t.t. ) h. 22.
315 Jajat Burhanuddin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elit Muslim dalam
Sejarah Indonesia, (Mizan, Jakarta, 2012) h. 180.
316 Lihat L.W.C. Van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara,
judul asli: Le Hadramaut et Les Colonies Arabes Dan I‟Achipel Indien (INIS,
Jakarta, 1989) h.130-133

317 M. Adil Abdullah, Tgk Imuem Lueng Bata Ultimatum Habib Abdurrahman
Az Zahir, (Catatan Aceh yang Tercecer),
http://www.serambinews.com/news/catatan-aceh-yang-tercecer
318 Simpang Siur Kabar DN Aidit Keturunan Rasulullah,
(https://republika.co.id/berita/selarung/breaking-
history/pi8mbw282/simpang-siur-kabar-dn-aidit-keturunan-rasulullah-
part1).
319 Jasir Hadibroto dan Eksekusi Mati D.N. Aidit, dalam Tirto.id.(
https://tirto.id/cPvz)
320 Sayid Komunis yang Diburu Tentara Baret Merah, dalam Tirto.id. (
https://tirto.id/chz3)
321 Sayid Komunis yang Diburu Tentara Baret Merah, dalam Tirto.id.
(https://tirto.id/chz3)
 

    Pendahuluan

    Abad ke-19 adalah masa gelombang migrasi besar-besaran keluarga Ba’alwi dan imigran Yaman lainnya ke Nusantara. Menurut Jajat Burhanuddin, ini menyusul perubahan kebijakan Kolonial Belanda yang secara perlahan menjadikan wilayah Jawa dan kepulauan lain di Nusantara terbuka bagi pasar internasional. 1 Perpindahan mereka ke Nusantara didorong factor kemiskinan.2  Negeri Hadramaut pada akhir abad ke-19 itu mengalami perang saudara antara Al-Quwaiti dan Al- Khatiri, mereka memperebutkan kekuasaan di Hadramaut. Bahkan kekayaan Hadramaut tahun 1930 hanya dapat memenuhi kebutuhan  seperempat penduduknya. Padahal, penting dicatat, pada tahun itu 20 sampai 30% penduduk Hadramaut tinggal diberbagai Negara Lautan India.3

    Di Nusantara, mereka bekerja di bidang perkebunan, karyawan pabrik, tukang kebun, kurir dan lain-lain. Selain itu, ada juga yang bekerja pada pemerintahan kolonial Belanda seperti Utsman bin Yahya yang diangkat menjadi mufti (yang bertugas berfatwa) Belanda di Batavia. Utsman pulalah yang kemudian mengalami benturan dengan ulama-ulama Banten yang merupakan murid-murid Syekh Nawawi dan Syekh Abdul Karim. Hal itu, dikarenakan fatwa keagamaan Utsman tentang haramnya memberontak kepada Belanda, dan mereka yang melakukannya  dianggap terkena delusi agama. Fatwa  itu terkait pemeberontakan rakyat Banten pada tahun 1888 M. Fatwa ini termaktub dalam kitab Manhaj al- Istiqamat fi al-Din bi al –Salamat yang dikarang oleh Utsman pada tahun 1889 M.4 Beberapa peristiwa ini pulalah yang mengakibatkan sedikitnya keluarga Ba’alwi belakangan ini yang tinggal di  Banten,  berbeda dengan beberapa daerah lain di Indonesia. Menurut Jajat Burhanudin lagi, setelah dilantik sebagai pegawai Snouck Hurgronje, Utsman membuat do’a khusus untuk Ratu Belanda, Wilhelmina, seraya memuji ‚Sang Ratu‛ dengan menyebut Ratu Belanda itu sebagai ‚Ratu yang baik‛. Doa itu dibacakan tanggal 2 September 1898 di masjid Pekojan setelah solat jum’at. 5

    Seperti di Pulau Jawa, di Aceh juga tidak jauh berbeda, terjadi penghianatan dari oknum Ba’alwi terhadap perjuangan rakyat Aceh dalam melawan Belanda, bahkan lebih mengenaskan. Van den Berg menyebutkan, seorang Ba’alwi, Abdurrahman al-Zahir, yang diberikan kedudukan tinggi dalam Kerajaan Aceh, malah kemudian menggembosi perjuangan rakyat Aceh dari dalam. Ia yang  didiberikan  amanah  sebagai salah  seorang  panglima perang,  kemudian malah bekerjasama dengan Belanda dengan bersedia meninggalkan pasukannya dalam gerilya asalkan mendapat gajih seumur hidup sebanyak 30.000 Gulden.6 M. Adil Abdullah dalam sebuah artikel mengatakan:

    Sebagai hadiah‛ terhadap sikap lunak Habib Abdurrahman, dia pada tanggal 13 Oktober 1878 bersama teman temannya Teuku Muda Baet memilih menyerah kepada Belanda di Kuta Raja. Sebagai imbalannya Gubernur Hindia Belanda (Indonesia) Jenderal Van Lansberge di Batavia (Jakarta) bersedia memberangkatkan Habib Abdurrachman Az Zahir dan pengikutnya ke Jeddah dengan kapal NV Cuaracao. Dia sendiri, menurut para peneliti sejarah, telah mendapat pensiun dari pemerintah Belanda 10.000 dollar per bulan atas jasa ‚menjual bangsanya‛ kepada Belanda. …‛7

    Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, keluarga Ba’alwi banyak yang aktif dalam perpolitikan Indonesia, diantaranya D.N. Aidit yang menjadi Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI). Pengakuan bahwa Aidit adalah marga Ba’alwi diungkapkan oleh anak Aidit, Ilham Aidit.8 Aidit kemudian dihukum  mati di Boyolali pada 23 November 1965 karena pengkhiantan kepada Negara Indonesia.9 Selain Aidit, marga Ba’alwi yang menjadi anggota PKI juga adalah Ahmad Sofyan Baroqbah.  Ia  dieksekusi  mati  pada  19  Januari  1974,  setelah  diburu  Angkatan Bersenjata Republik Indonesia selama  bertahun-tahun  di  rimba  Kalimantan Barat.10 Seorang  marga Ba’alwi di Kalimantan Timur,Fahrul Baraqbah, juga anggota PKI yang ditangkap pasca meletusnya peristiwa 1965.11

    Marga Ba’alwi mengaku sebagai keturunan Nabi Besar Muhammad Saw. yang di mulai dari datuk mereka yang bernama ‘Alwi bin ‘Ubaidillah. Menurut mereka, ayah ‘Alwi, ‘Ubaidillah, adalah anak Ahmad bin ‘Isa. Nasab lengkap ‘Alwi kepada Nabi Muhammad Saw., menurut mereka, adalah sebagai berikut: ‘Alwi (w.400 H.) bin ‘Ubaidillah (w.383 H.) bin Ahmad (w.345 H.) bin ‘Isa al- Naqib (w.300 H.) bin Muhammad al-Naqib (w.250 H.) bin ‘Ali al-‘Uraidi (w.210 H.) bin Ja’far al-Sadiq (w.148 H.) bin Muhammad al-Baqir (w.114 H.) bin Ali Zaenal Abidin (w.97 H.) bin Sayidina Husain (w.64 H.) bin Siti Fatimah al-Zahra (w.11 H.) binti Nabi Muhammad Saw. (w.11 H.).12 

    Sayangnya, nasab seperti di atas tersebut, tidak terkonfirmasi dalam kitab-kitab nasab primer yang mu’tabar (yang diakui oleh ahli). Kesimpulan seperti itu bisa dijelaskan, karena kitab-kitab nasab yang ditulis berdekatan dengan masa hidupnya Ubaidillah tidak mencatat namanya sebagai anak dari Ahmad bin Isa, sebagaimana akan penulis jelaskan di depan.

    CATATAN AKHIR

    1 Jajat Burhanuddin, Diaspora Hadrami di Indonesia, (Studia Islamika, Vol. V No. 1 1999)

    2 Tim Peduli Sejarah Islam Indonesia, Tubagus M. Nurfadil Satya (ed.), Sejarah Ba Alawi Indonesia: Dari Konflik Dengan Al-irsyad Hingga Dengan Keluarga Walisongo, (Tim peduli Sejarah Indonesia, Serang) h.29

    3 Jajat, Diaspora hadrami di Indonesia… h. 189

    4 Utsman bin Yahya, Manhaj al- Istiqamat fi al Diin bi al –Salamat, (Maktabah Al- Madaniyah,  Jakarta, t.t. ) h. 22.

    5  Jajat Burhanuddin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elit Muslim dalam Sejarah Indonesia, (Mizan, Jakarta, 2012) h. 180.

    6  Lihat L.W.C. Van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, judul asli: Le
    Hadramaut et Les Colonies Arabes Dan I’Achipel Indien (INIS, Jakarta, 1989) h.130-133 

    7 M. Adil Abdullah, Tgk Imuem Lueng Bata Ultimatum Habib Abdurrahman Az Zahir, (Catatan Aceh yang Tercecer), http://www.serambinews.com/news/catatan-aceh-yang- tercecer 

    8    Simpang        Siur        Kabar        DN        Aidit        Keturunan        Rasulullah,
    (https://republika.co.id/berita/selarung/breaking-history/pi8mbw282/simpang-siur-kabar- dn-aidit-keturunan-rasulullah-part1).

    9 Jasir Hadibroto dan Eksekusi Mati D.N. Aidit, dalam Tirto.id. (https://tirto.id/cPvz)

    10 Sayid Komunis yang Diburu Tentara Baret Merah, dalam Tirto.id. (https://tirto.id/chz3)

    11 Sayid Komunis yang Diburu Tentara Baret Merah, dalam Tirto.id. (https://tirto.id/chz3)

    12 Tahun wafat yang penulis sebutkan tersebut penulis ambil dari sebuah artikel yang berjudul ‚Inilah Silsilah Habib Rizieq Shihab. Keturunan Ke-38 Nabi Muhammad?‛ (https://artikel.rumah123.com/inilah-silsilah-habib-rizieq-shihab-keturunan-ke-38-nabi-muhammad-124800).  Angka  tahun  versi  Ba’lawi  penting  ditampilkan  untuk  mengukur konsistensi dan keakuratan data mereka untuk dikomparasi data dari sumber lainnya.

    DOWNLOAD (PDF)

    LihatTutupKomentar