Buku Membongkar Skandal Ilmiyah sejarah dan Genealogi Ba’alwi (Habaib) oleh Kyai Imaduddin
Nama kitab / buku: Membongkar Skandal Ilmiyah sejarah dan Genealogi Ba’alwi: Finalisasi Keterputusan Genealogi Ba’alwi Kepada Nabi Muhammad Saw.
Penulis: KH. Imaduddin Utsman Al-Bantani, pengasuh pesantren Nahdlatul Ulum, Banten
Cetakan pertama: 1445 H./2024 M.
Penerbit: Maktabah Nahdlatul Ulum Banten Cet. 1/1445 H./2024 M.
Kitab sebelumnya: Menakar kesahihan Nasab Habib Di Indonesia
Bidang studi: Sejarah Baalawi, ilmu nasab, sejarah Islam
Daftar isi
- Download (pdf)
- Biografi Penulis, KH Imaduddin Utsman Al-Bantani
- Kata Pengantar
-
Finalisasi Keterputusan Genealogi Ba‘alwi Kepada Nabi Muhammad Saw
- Pendahuluan
- Ahmad bin ‘Isa Tidak Pernah Hijrah Ke Hadramaut
- Makam Ahmad bin Isa
- Ahmad bin Isa tidak Bergelar al-Muhajir
-
Ahmad Bin Isa Tidak Mempunyai Anak Bernama Abdullah atau Ubaidillah
- Nasab Syarif Abil Jadid dari Kabilah Alu Abi Alwi
- Keluarga Abdurrahman Al-Saqqaf mengaku sebagai Alu Abi Alwi
- Alwi Menjadi Saudara Syarif Abul Jadid
- Jadid Tidak Ada Kaitan Dengan Keluarga Ba‘alwi
-
Kitab Tabaqat al-Khawash Menjadi Saksi Upaya Singkronisasi Nasab
Ba‘alwi
- Berita Hijrah Muhamad bin Sulaiman Menjadi Tidak Singkron
- Ubaidillah dan Nama-Nama Fiktif dari Keluarga Ba’alwi
- Glorifikasi Leluhur Ba’alwi
- Interpolasi dan Moral Ilmiyah Ba’alwi
-
Kesimpulan
- Daftar Pustaka
- Buku KH Imad yang lain:
- Menakar kesahihan Nasab Habib Di Indonesia
- Terputusnya Nasab Habib Kepada Nabi Muhammad Saw
- Buku Membongkar Skandal Ilmiyah sejarah dan Genealogi Ba’alwi
- Buku Metode Menetapkan Nasab Menurut Kitab Rasa'il fi Ilm al-Ansab
- Buku Literatur Kitab-Kitab Nasab Abad Ke-3-13 Hijriyah Bukti Terputusnya Nasab Ba'alwi
- Buku Manuskrip-Manuskrip Palsu Ba'alwi Versi Rumail Abbas
- Kembali ke kitab: Kitab Nasab
Kata Pengantar
Klan Ba‘alwi yang berasal dari Tarim, Hadramaut, Yaman,
mengaku sebagai
keturunan Nabi Muhammad Saw. melalui
jalur Ahmad bin ‗Isa bin Muhammad
al-Naqib bin ‗Ali al-
‗Uraidi bin Ja‘far al-Sadiq bin Muhmmad al-Baqir
bin ‗Ali Zainal
‗Abidin bin Husain bin Fatimah binti Muhammad Saw..
Untuk
klaimnya tersebut, mereka menulis banyak kitab-kitab mulai dari
abad
sembilan Hijriah. Dalam kitab-kitab tersebut mereka berupaya
untuk
menyambungkan leluhur mereka yang bernama ‗Ubaidillah dengan
silsilah
genealogi keluarga Nabi Muhammad Saw. melalui klaim
bahwa Ubaidillah
adalah salah satu anak dari Ahmad bin ‗Isa. Tidak
hanya itu, mereka juga
membuat sejarah ketokohan dari ‗Ubaidillah
dan silsilahnya ke bawah
dengan cerita-cerita sejarah yang luar biasa.
Sayangnya, klaim itu penuh
dengan intrik-intrik dan skandal ilmiyah
yang miskin dari sumber-sumber
yang bisa dipertanggungjawabkan.
Tulisan ini akan membuktikan bahwa
berbagai klaim itu tidak
mempunyai landasan historis dari sumber-sumber sezaman atau yang
mendekatinya,
bahkan tertolak secara ilmiyah.
Berita-berita yang terdapat dalam
sumber-sumber internal
Ba‘alwi tentang Hijrah (pindah) nya Ahmad bin
‗Isa, misalnya, tidak
menyertakan sumber primer, bahkan, nampak
dipaksakan dengan
menyematkan gelar di belakang nama Ahmad dengan
Al-muhajir
(yang berpindah). Sumber-sumber eksternal yang yang lebih
dekat
masanya dengan Ahmad bin ‗Isa, bahkan memberitakan posisi Ahmad
bin
‗Isa berada di sebuah desa di Madinah yang bernama ―Surya‖.
Nama-nama
lain dari silsilah Ba‘alwi-pun luput dari reportase para
penulis nasab
Nabi Muhammad Saw. dan luput dari historiografi para
sejarawan sezaman
dan setempat. Yang lebih mencengangkan, dalam
historiografi internal
Ba‘alwi, terbukti adanya pencurian gelar seorang
tokoh historis di Mirbat
yang kemudian diberikan untuk seseorang
yang berada dalam silsilah
genealogi Ba‘alwi. Khusus tentang klaim
Ba‘alwi sebagai keturunan Nabi,
beberapa ulama telah menolak klaim
itu, misalnya Ahmad bin Sulaiman Abu
Bakrah al-Turbani, Murad
Syukri Suwaidan, Syekh Muqbil al-Wada‘i dan ‗Ali
al-Tantawi. Buku
ini akan menampilkan sesuatu yang penting yang luput
dari narasi
para ulama sebelumnya yang membatalkan nasab Ba‘alwi.
Akhirnya,
dengan buku ini, saya sampaikan, ucapan terimakasih
kepada ibunda (Nyai
Hajjah Syu‘arah binti Syatibi), isteri, adik, anak,
keluarga besar Bani
Utsman Cempaka Kresek, para kiai, santri NU
Cempaka, dan semua sahabat
yang tentu tidak dapat disebutkan satu
persatu, yang senantiasa
memberikan do‘a, semangat dan dukungan
kepada saya selama ini. Semoga
Allah Swt membalas semuanya di
dunia dan akhirat. Amin.
Dan semoga
buku ini akan dapat bermanfaat untuk umuat Islam
khususnya, dan bangsa
Indonesia pada umumnya. Amin.
Cempaka Kresek Banten, Februari 2024
Imaduddin
Utsman Al-Bantanie
* Ini adalah buku yang patut dijadikan pegangan para pembaca untuk
mengetahui
keterputusan nasab Habib Ba‘alwi kepada Nabi Muhammad SAW.
buku lainnya
yang patut jadi sandaran adalah buku Ulama Nusantara Menggugat
Nasab
Palsu juga buku Kronik Perjalanan Ilmiyah K.H. Imaduddin Utsman Al-
Bantani
Finalisasi Keterputusan Genealogi Ba’alwi Kepada Nabi Muhammad Saw.
Pendahuluan Abad
ke-19 adalah masa gelombang migrasi besar-besaran
keluarga Ba‘alwi dan
imigran Yaman lainnya ke Nusantara. Menurut
Jajat Burhanuddin, ini
menyusul perubahan kebijakan Kolonial
Belanda yang secara perlahan
menjadikan wilayah Jawa dan
kepulauan lain di Nusantara terbuka bagi
pasar internasional. 311
Perpindahan mereka ke Nusantara didorong factor
kemiskinan.312
Negeri Hadramaut pada akhir abad ke-19 itu mengalami
perang
saudara antara Al-Qu‟aiti dan Al-Khatiri, mereka memperebutkan
kekuasaan
di Hadramaut. Bahkan kekayaan Hadramaut tahun 1930
hanya dapat memenuhi
kebutuhan seperempat penduduknya. Padahal,
penting dicatat, pada tahun
itu 20 sampai 30% penduduk Hadramaut
tinggal diberbagai Negara Lautan
India.313
Di Nusantara, mereka bekerja di bidang perkebunan, karyawan
pabrik,
tukang kebun, kurir dan lain-lain. Selain itu, ada juga yang
bekerja pada
pemerintahan kolonial Belanda seperti Utsman bin
Yahya yang diangkat
menjadi mufti (yang bertugas berfatwa) Belanda
di Batavia. Utsman pulalah
yang kemudian mengalami benturan
dengan ulama-ulama Banten yang merupakan
murid-murid Syekh
Nawawi dan Syekh Abdul Karim. Hal itu, dikarenakan
fatwa
keagamaan Utsman tentang haramnya memberontak kepada Belanda,
dan
mereka yang melakukannya dianggap terkena delusi agama.
Fatwa itu terkait
pemberontakan rakyat Banten pada tahun 1888 M.
Fatwa ini termaktub dalam
kitab Manhaj al- Istiqamat fi al-Din bi
al –Salamat yang
dikarang oleh Utsman pada tahun 1889 M.314
Beberapa peristiwa ini pulalah
yang mengakibatkan sedikitnya
keluarga Ba‘alwi belakangan ini yang
tinggal di Banten, berbeda
dengan beberapa daerah lain di Indonesia.
Menurut Jajat Burhanudin
lagi, setelah dilantik sebagai pegawai Snouck
Hurgronje, Utsman
membuat do‘a khusus untuk Ratu Belanda, Wilhelmina,
seraya
memuji ―Sang Ratu‖ dengan menyebut Ratu Belanda itu sebagai
―Ratu
yang baik‖. Doa itu dibacakan tanggal 2 September 1898 di
masjid Pekojan
setelah solat jum‘at. 315
Seperti di Pulau Jawa, di Aceh juga tidak jauh
berbeda, terjadi
penghianatan dari oknum Ba‘alwi terhadap perjuangan
rakyat Aceh
dalam melawan Belanda, bahkan lebih mengenaskan. Van den
Berg
menyebutkan, seorang Ba‘alwi, Abdurrahman al-Zahir, yang
diberikan
kedudukan tinggi dalam Kerajaan Aceh, malah kemudian
menggembosi
perjuangan rakyat Aceh dari dalam. Ia yang diberikan
amanah sebagai salah
seorang panglima perang, kemudian malah
bekerjasama dengan Belanda dengan
bersedia meninggalkan
pasukannya dalam gerilya asalkan mendapat gajih
seumur hidup
sebanyak 30.000 Gulden.316 M. Adil Abdullah dalam sebuah
artikel
mengatakan:
―Sebagai ―hadiah‖ terhadap sikap lunak Habib
Abdurrahman,
dia pada tanggal 13 Oktober 1878 bersama teman temannya
Teuku
Muda Baet memilih menyerah kepada Belanda di Kuta
Raja. Sebagai
imbalannya Gubernur Hindia Belanda (Indonesia)
Jenderal Van Lansberge di
Batavia (Jakarta) bersedia
memberangkatkan Habib Abdurrachman Az Zahir
dan
pengikutnya ke Jeddah dengan kapal NV Cuaracao. Dia sendiri,
menurut
para peneliti sejarah, telah mendapat pensiun dari
pemerintah Belanda
10.000 dollar per bulan atas jasa ―menjual
bangsanya‖ kepada Belanda.
…‖317
Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, keluarga Ba‘alwi
banyak
yang aktif dalam perpolitikan Indonesia, diantaranya D.N.
Aidit yang
menjadi Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pengakuan bahwa Aidit
adalah marga Ba‘alwi diungkapkan oleh anak
Aidit, Ilham Aidit.318 Aidit
kemudian dihukum mati di Boyolali pada
23 November 1965 karena
pengkhiantan kepada Negara Indonesia.319
Selain Aidit, marga Ba‘alwi yang
menjadi anggota PKI juga adalah
Ahmad Sofyan Baroqbah. Ia dieksekusi mati
pada 19 Januari 1974,
setelah diburu Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia selama
bertahun-tahun di rimba Kalimantan Barat.320 Seorang
marga Ba‘alwi
di Kalimantan Timur, Fahrul Baraqbah, juga anggota PKI
yang
ditangkap pasca meletusnya peristiwa 1965.321
Marga Ba‘alwi
mengaku sebagai keturunan Nabi Besar
Muhammad Saw. yang di mulai dari
datuk mereka yang bernama
‗Alwi bin ‗Ubaidillah. Menurut mereka, ayah
‗Alwi, ‗Ubaidillah,
adalah anak Ahmad bin ‗Isa. Nasab lengkap ‗Alwi
kepada Nabi
Muhammad Saw., menurut mereka, adalah sebagai berikut:
‗Alwi
(w.400 H.) bin ‗Ubaidillah (w.383 H.) ―bin‖ Ahmad (w.345 H.) bin
Isa
al-Naqib (w.300 H.) bin Muhammad al-Naqib (w.250 H.) bin ‗Ali
al-‗Uraidi
(w.210 H.) bin Ja‘far al-Sadiq (w.148 H.) bin Muhammad
al-Baqir (w.114
H.) bin ‗Ali Zaenal Abidin (w.97 H.) bin Sayidina
Husain (w.64 H.) bin
Siti Fatimah al-Zahra (w.11 H.) binti Nabi
Muhammad Saw. (w.11 H.).322
Sayangnya, nasab seperti di atas
tersebut, tidak terkonfirmasi dalam
kitab-kitab nasab primer yang
mu‟tabar (yang diakui oleh ahli).
Kesimpulan seperti itu bisa
dijelaskan, karena kitab-kitab nasab yang
ditulis berdekatan dengan
masa hidupnya Ubaidillah tidak mencatat namanya
sebagai anak dari
Ahmad bin Isa, sebagaimana akan penulis jelaskan di
depan.[]
CATATAN
311 Jajat Burhanuddin, Diaspora Hadrami di Indonesia, (Studia Islamika,
Vol.
V No. 1 1999) h. 188.
312 Tim Peduli Sejarah Islam Indonesia,
Tubagus M. Nurfadil Satya (ed.),
Sejarah Ba Alwi Indonesia: Dari Konflik
Dengan Al-irsyad Hingga Dengan
Keluarga W‟Alisongo, (Tim peduli Sejarah
Indonesia, Serang) h.29
313 Jajat, Diaspora hadrami di Indonesia… h. 189
314 Utsman bin Yahya, Manhaj al- Istiqamat fi al Diin bi al –Salamat,
(Maktabah
Al-Madaniyah, Jakarta, t.t. ) h. 22.
315 Jajat Burhanuddin, Ulama dan
Kekuasaan: Pergumulan Elit Muslim dalam
Sejarah Indonesia, (Mizan,
Jakarta, 2012) h. 180.
316 Lihat L.W.C. Van den Berg, Hadramaut dan
Koloni Arab di Nusantara,
judul asli: Le Hadramaut et Les Colonies Arabes
Dan I‟Achipel Indien (INIS,
Jakarta, 1989) h.130-133
317 M. Adil Abdullah, Tgk Imuem Lueng Bata Ultimatum Habib Abdurrahman
Az
Zahir, (Catatan Aceh yang Tercecer),
http://www.serambinews.com/news/catatan-aceh-yang-tercecer
318
Simpang Siur Kabar DN Aidit Keturunan Rasulullah,
(https://republika.co.id/berita/selarung/breaking-
history/pi8mbw282/simpang-siur-kabar-dn-aidit-keturunan-rasulullah-
part1).
319
Jasir Hadibroto dan Eksekusi Mati D.N. Aidit, dalam Tirto.id.(
https://tirto.id/cPvz)
320
Sayid Komunis yang Diburu Tentara Baret Merah, dalam Tirto.id. (
https://tirto.id/chz3)
321
Sayid Komunis yang Diburu Tentara Baret Merah, dalam Tirto.id.
(https://tirto.id/chz3)
Pendahuluan
Abad ke-19 adalah masa gelombang migrasi besar-besaran keluarga
Ba’alwi dan imigran Yaman lainnya ke Nusantara. Menurut Jajat Burhanuddin,
ini menyusul perubahan kebijakan Kolonial Belanda yang secara perlahan
menjadikan wilayah Jawa dan kepulauan lain di Nusantara terbuka bagi pasar
internasional. 1 Perpindahan mereka ke Nusantara didorong factor
kemiskinan.2 Negeri Hadramaut pada akhir abad ke-19 itu mengalami
perang saudara antara Al-Quwaiti dan Al- Khatiri, mereka memperebutkan
kekuasaan di Hadramaut. Bahkan kekayaan Hadramaut tahun 1930 hanya dapat
memenuhi kebutuhan seperempat penduduknya. Padahal, penting dicatat,
pada tahun itu 20 sampai 30% penduduk Hadramaut tinggal diberbagai Negara
Lautan India.3
Di Nusantara, mereka bekerja di bidang perkebunan, karyawan pabrik, tukang
kebun, kurir dan lain-lain. Selain itu, ada juga yang bekerja pada
pemerintahan kolonial Belanda seperti Utsman bin Yahya yang diangkat menjadi
mufti (yang bertugas berfatwa) Belanda di Batavia. Utsman pulalah yang
kemudian mengalami benturan dengan ulama-ulama Banten yang merupakan
murid-murid Syekh Nawawi dan Syekh Abdul Karim. Hal itu, dikarenakan fatwa
keagamaan Utsman tentang haramnya memberontak kepada Belanda, dan mereka
yang melakukannya dianggap terkena delusi agama. Fatwa itu
terkait pemeberontakan rakyat Banten pada tahun 1888 M. Fatwa ini termaktub
dalam kitab Manhaj al- Istiqamat fi al-Din bi al –Salamat yang dikarang oleh
Utsman pada tahun 1889 M.4 Beberapa peristiwa ini pulalah yang mengakibatkan
sedikitnya keluarga Ba’alwi belakangan ini yang tinggal di
Banten, berbeda dengan beberapa daerah lain di Indonesia. Menurut
Jajat Burhanudin lagi, setelah dilantik sebagai pegawai Snouck Hurgronje,
Utsman membuat do’a khusus untuk Ratu Belanda, Wilhelmina, seraya memuji
‚Sang Ratu‛ dengan menyebut Ratu Belanda itu sebagai ‚Ratu yang baik‛. Doa
itu dibacakan tanggal 2 September 1898 di masjid Pekojan setelah solat
jum’at. 5
Seperti di Pulau Jawa, di Aceh juga tidak jauh berbeda,
terjadi penghianatan dari oknum Ba’alwi terhadap perjuangan rakyat Aceh
dalam melawan Belanda, bahkan lebih mengenaskan. Van den Berg menyebutkan,
seorang Ba’alwi, Abdurrahman al-Zahir, yang diberikan kedudukan tinggi dalam
Kerajaan Aceh, malah kemudian menggembosi perjuangan rakyat Aceh dari dalam.
Ia yang didiberikan amanah sebagai salah
seorang panglima perang, kemudian malah bekerjasama dengan
Belanda dengan bersedia meninggalkan pasukannya dalam gerilya asalkan
mendapat gajih seumur hidup sebanyak 30.000 Gulden.6 M. Adil Abdullah dalam
sebuah artikel mengatakan:
Sebagai hadiah‛ terhadap sikap lunak Habib Abdurrahman, dia pada tanggal 13
Oktober 1878 bersama teman temannya Teuku Muda Baet memilih menyerah kepada
Belanda di Kuta Raja. Sebagai imbalannya Gubernur Hindia Belanda (Indonesia)
Jenderal Van Lansberge di Batavia (Jakarta) bersedia memberangkatkan Habib
Abdurrachman Az Zahir dan pengikutnya ke Jeddah dengan kapal NV Cuaracao.
Dia sendiri, menurut para peneliti sejarah, telah mendapat pensiun dari
pemerintah Belanda 10.000 dollar per bulan atas jasa ‚menjual bangsanya‛
kepada Belanda. …‛7
Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945,
keluarga Ba’alwi banyak yang aktif dalam perpolitikan Indonesia, diantaranya
D.N. Aidit yang menjadi Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI). Pengakuan
bahwa Aidit adalah marga Ba’alwi diungkapkan oleh anak Aidit, Ilham Aidit.8
Aidit kemudian dihukum mati di Boyolali pada 23 November 1965 karena
pengkhiantan kepada Negara Indonesia.9 Selain Aidit, marga Ba’alwi yang
menjadi anggota PKI juga adalah Ahmad Sofyan Baroqbah. Ia
dieksekusi mati pada 19 Januari 1974,
setelah diburu Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
selama bertahun-tahun di rimba Kalimantan Barat.10
Seorang marga Ba’alwi di Kalimantan Timur,Fahrul Baraqbah, juga
anggota PKI yang ditangkap pasca meletusnya peristiwa 1965.11
Marga Ba’alwi mengaku sebagai keturunan Nabi Besar Muhammad Saw. yang di mulai dari datuk mereka yang bernama ‘Alwi bin ‘Ubaidillah. Menurut mereka, ayah ‘Alwi, ‘Ubaidillah, adalah anak Ahmad bin ‘Isa. Nasab lengkap ‘Alwi kepada Nabi Muhammad Saw., menurut mereka, adalah sebagai berikut: ‘Alwi (w.400 H.) bin ‘Ubaidillah (w.383 H.) bin Ahmad (w.345 H.) bin ‘Isa al- Naqib (w.300 H.) bin Muhammad al-Naqib (w.250 H.) bin ‘Ali al-‘Uraidi (w.210 H.) bin Ja’far al-Sadiq (w.148 H.) bin Muhammad al-Baqir (w.114 H.) bin Ali Zaenal Abidin (w.97 H.) bin Sayidina Husain (w.64 H.) bin Siti Fatimah al-Zahra (w.11 H.) binti Nabi Muhammad Saw. (w.11 H.).12
Sayangnya, nasab seperti di atas tersebut, tidak terkonfirmasi dalam kitab-kitab nasab primer yang mu’tabar (yang diakui oleh ahli). Kesimpulan seperti itu bisa dijelaskan, karena kitab-kitab nasab yang ditulis berdekatan dengan masa hidupnya Ubaidillah tidak mencatat namanya sebagai anak dari Ahmad bin Isa, sebagaimana akan penulis jelaskan di depan.
CATATAN AKHIR
1 Jajat Burhanuddin, Diaspora Hadrami di Indonesia, (Studia
Islamika, Vol. V No. 1 1999)
2 Tim Peduli Sejarah Islam Indonesia, Tubagus M. Nurfadil Satya (ed.), Sejarah Ba Alawi Indonesia: Dari Konflik Dengan Al-irsyad Hingga Dengan Keluarga Walisongo, (Tim peduli Sejarah Indonesia, Serang) h.29
3 Jajat, Diaspora hadrami di Indonesia… h. 189
4 Utsman bin Yahya, Manhaj al- Istiqamat fi al Diin bi al –Salamat, (Maktabah Al- Madaniyah, Jakarta, t.t. ) h. 22.
5 Jajat Burhanuddin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elit Muslim dalam Sejarah Indonesia, (Mizan, Jakarta, 2012) h. 180.
6 Lihat L.W.C. Van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara,
judul asli: Le
Hadramaut et Les Colonies Arabes Dan I’Achipel Indien
(INIS, Jakarta, 1989) h.130-133
7 M. Adil Abdullah, Tgk Imuem Lueng Bata Ultimatum Habib Abdurrahman Az Zahir, (Catatan Aceh yang Tercecer), http://www.serambinews.com/news/catatan-aceh-yang- tercecer
8 Simpang
Siur
Kabar
DN
Aidit
Keturunan Rasulullah,
(https://republika.co.id/berita/selarung/breaking-history/pi8mbw282/simpang-siur-kabar-
dn-aidit-keturunan-rasulullah-part1).
9 Jasir Hadibroto dan
Eksekusi Mati D.N. Aidit, dalam Tirto.id. (https://tirto.id/cPvz)
10 Sayid Komunis yang Diburu Tentara Baret Merah, dalam Tirto.id. (https://tirto.id/chz3)
11 Sayid Komunis yang Diburu Tentara Baret Merah, dalam Tirto.id. (https://tirto.id/chz3)
12 Tahun wafat yang penulis sebutkan tersebut penulis ambil dari sebuah artikel yang berjudul ‚Inilah Silsilah Habib Rizieq Shihab. Keturunan Ke-38 Nabi Muhammad?‛ (https://artikel.rumah123.com/inilah-silsilah-habib-rizieq-shihab-keturunan-ke-38-nabi-muhammad-124800). Angka tahun versi Ba’lawi penting ditampilkan untuk mengukur konsistensi dan keakuratan data mereka untuk dikomparasi data dari sumber lainnya.
DOWNLOAD (PDF)