Terjemah Shahih Muslim

Terjemah Sahih Muslim Penyusun: Imam Muslim studi: Hadits Nabi (Al Sunnah) adalah kumpulan hadis sahih yang disusun oleh Imam Muslim murid Bukhari
Terjemah Shahih Muslim
Nama kitab: Terjemah Sahih Muslim (Shahih, Shohih Muslim)
Penyusun: Imam Muslim (مسلم بن الحجاج)
Bidang studi: Hadits Nabi (Al Sunnah)
Judul asal kitab: Al-Musnad Al-Shahih Al-Mukhtashar min Al-Sunan Binaqlil Adli 'an Al-Adl ila Rasulillah (المسند الصحيح المختصر من السنن بنقل العدل عن العدل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم)
Judul populer: Shahih Muslim (صحيح مسلم)
Tempat tahun Lahir: Nishapur, Khorasan (saat ini, Iran) setelah 815 M /206 H
Tempat tahun Wafat: Nasarabad, Nishapur, Mei 875 M/ 261 H.
Penerjemah: Fachruddin HS
Jilid: 6 (lengkap)
Penerbit: Bulan Bintang Jakarta

Daftar Isi
  1. Download Terjemah Sahih Muslim
  2. Download Sahih Muslim versi Arab
  3. Download Sahih Muslim in English
  4. Download Syarah Sahih Muslim Imam Nawawi
  5. Keutamaan Iman Dan Pahalannya 
  6. Kitab Hadits lain:
    1. Terjemah Shahih Bukhari
    2. Terjemah Shahih Muslim
    3. Terjemah Sunan Abu Dawud
    4. Terjemah Sunan Tirmidzi
    5. Terjemah Sunan Nasa'i
    6. Terjemah Sunan Ibnu Majah 
    7. Terjemah Sunan Musnad Ad-Darimi
    8. Terjemah Muwatta Malik
    9. Terjemah Musnad Ahmad
    10. Terjemah Arbain Nawawi 
    11. Terjemah Bulughul Maram
    12. Terjemah Ibanatul Ahkam (Syarah Bulughul Maram)
    13. Terjemah Riyadhus Shalihin
    14. Terjemah Fathul Bari Syarah Bukhari
    15. Terjemah Syarah Muslim oleh al-Nawawi 
    16. Terjemah Al-Adzkar Nawawi
  7. Kembali ke: Terjemah Kitab Hadits


Download Terjemah Sahih Muslim
(Format file: Djvu )

- Jilid 1
- Jilid 2
- Jilid 3
- Jilid 4
- Jilid 5
- Jilid 6

Download versi Arab Lengkap (pdf)

- Juz 1
- Juz 2

Download Sahih Muslim in English (pdf)
in Seven Volumes

- Vol. 1
- Vol. 2
- Vol. 3
- Vol. 4
- Vol. 5
- Vol. 6
- Vol. 7

Download Terjemah Syarah Sahih Muslim

- Terjemah Syarah Shahih Muslim oleh Imam Nawawi Jilid 1

BAB Keutamaan Iman Dan Pahalannya

Orang Mukmin Di Dalam Lindungan Allah Subhaanahu wa Ta'ala

1. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri ketika mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman

2. Hadits riwayat Jabir Radliyallahu 'anhu, ia berkata:
Aku ikut bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dalam pertempuran Dzaatur riqa. Suatu saat kami berada di dekat sebuah pohon yang cukup rindang sekali. Aku persilakan beliau beristirahat di bawahnya. Lalu datanglah seorang laki-laki dari kaum musyrik. Pada waktu itu pedang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam digantungkan di atas pohon. Laki-laki itu lalu mengambil pedang Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan menghunusnya. Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah saw: Apakah engkau takut kepadaku? Beliau menjawab: Tidak. Laki-laki itu bertanya: Siapa yang akan menjagamu dari aku? Beliau menjawab: Allah yang akan menjagaku darimu. Pada saat itu para sahabat Rasulullah berhasil menggertak laki-laki tersebut, sehingga akhirnya ia memasukkan pedang itu ke sarungnya dan menggantungnya ke tempatnya semula. Setelah itu terdengar suara azan salat. Beliau lalu melakukan salat dua rakaat bersama satu kelompok kemudian mereka mundur. Lalu beliau melakukan salat dua rakaat lagi bersama kelompok lainnya. Jadi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melakukan salat empat rakaat, sementara para sahabat hanya dua rakaat

3. Hadits riwayat Ibnu Abbas Radliyallahu 'anhu, ia berkata:
Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi melaksanakan puasa hari Asyura'. Ketika ditanyakan tentang hal itu, mereka menjawab: Hari ini adalah hari kemenangan yang telah diberikan Allah kepada Nabi Musa as. dan Bani Israel atas Firaun. Karena itulah pada hari ini kami berpuasa sebagai penghormatan padanya. Mendengar jawaban itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Kami lebih berhak atas Musa dari kalian, maka beliau menyuruh para sahabat untuk berpuasa

4. Hadits riwayat Abdullah bin Masud Radliyallahu 'anhu, ia berkata:
Kami pernah bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam di dalam sebuah gua dan ketika telah diturunkan kepada beliau surat Al-Mursalat di mana kami langsung hafalnya dari mulut beliau yang masih basah tiba-tiba muncullah seekor ular sehingga bersabdalah beliau: Bunuhlah ular itu! Kami segera berlomba untuk membunuhnya namun ular tersebut telah mendahului kami berlalu menghilang. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam kemudian bersabda: Rupanya Allah telah melindunginya dari kejahatan kamu sebagaimana Allah pun telah melindungi kamu dari kejahatannya

5. Hadits riwayat Abu Bakar Sidik Radliyallahu 'anhu, ia berkata:
Aku melihat kaki orang-orang musyrik di atas kepala kami tatkala kami berada dalam gua. Aku berkata: Wahai Rasulullah kalau saja salah seorang dari mereka melihat ke kedua kakinya sendiri, niscaya dia akan melihat kita yang berada di bawahnya. Beliau bersabda: Wahai Abu Bakar, apa dugaanmu yang bakal terjadi pada dua orang di mana yang ketiganya adalah Allah

6. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Orang-orang Quraisy, orang-orang Ansar, Muzainah, Juhainah, Aslam, Ghifar dan Asyja` mereka adalah para penolongku dan tidak ada seorang penolong pun bagi mereka selain Allah dan Rasul-Nya

7. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, ia berkata:
Seorang yang bernama Juraij sedang salat di sebuah tempat peribadatan, lalu datanglah ibunya memanggil. (Kata Humaid: Abu Rafi` pernah menerangkan kepadaku bagaimana Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu menirukan gaya ibu Juraij memanggil anaknya itu, sebagaimana yang dia dapatkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam yaitu dengan meletakkan tapak tangan di atas alis matanya dan mengangkat kepala ke arah Juraij untuk menyapa.) Lalu ibunya berkata: Hai Juraij, aku ibumu, bicaralah denganku! Kebetulan perempuan itu mendapati anaknya sedang melaksanakan salat. Saat itu Juraij berkata kepada diri sendiri di tengah keraguan: Ya Tuhan! Ibuku ataukah salatku. Kemudian Juraij memilih meneruskan salatnya. Maka pulanglah perempuan tersebut. Tidak berapa lama perempuan itu kembali lagi untuk yang kedua kali. Ia memanggil: Hai Juraij, aku ibumu, bicaralah denganku! Kembali Juraij bertanya kepada dirinya sendiri: Ya Tuhan! Ibuku atau salatku. Lagi-lagi dia lebih memilih meneruskan salatnya. Karena kecewa, akhirnya perempuan itu berkata: Ya Tuhan! Sesungguhnya Juraij ini adalah anakku, aku sudah memanggilnya berulang kali, namun ternyata dia enggan menjawabku. Ya Tuhan! Janganlah engkau mematikan dia sebelum Engkau perlihatkan kepadanya perempuan-perempuan pelacur. Dia berkata: Seandainya wanita itu memohon bencana fitnah atas diri Juraij niscaya ia akan mendapat fitnah. Suatu hari seorang penggembala kambing berteduh di tempat peribadatan Juraij. Tiba-tiba muncullah seorang perempuan dari sebuah desa kemudian berzinalah penggembala kambing itu dengannya, sehingga hamil dan melahirkan seorang anak lelaki. Ketika ditanya oleh orang-orang: Anak dari siapakah ini? Perempuan itu menjawab: Anak penghuni tempat peribadatan ini. Orang-orang lalu berbondong-bondong mendatangi Juraij. Mereka membawa kapak dan linggis. Mereka berteriak-teriak memanggil Juraij dan kebetulan mereka menemukan Juraij di tengah salat. Tentu saja Juraij tidak menjawab panggilan mereka. Akhirnya mulailah mereka merobohkan tempat ibadahnya. Melihat hal itu Juraij keluar menemui mereka. Mereka bertanya kepada Juraij: Tanyakan kepada perempuan ini! Juraij tersenyum kemudian mengusap kepala anak tersebut dan bertanya: Siapakah bapakmu? Anak itu tiba-tiba menjawab: Bapakku adalah si penggembala kambing. Mendengar jawaban anak bayi tersebut, mereka segera berkata: Kami akan membangun kembali tempat ibadahmu yang telah kami robohkan ini dengan emas dan perak. Juraij berkata: Tidak usah. Buatlah seperti semula dari tanah. Kemudian Juraij meninggalkannya

8. Hadits riwayat Abdullah bin Umar Radliyallahu 'anhu:
Bahwa Umar bin Khathab pergi bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dalam suatu rombongan menuju tempat Ibnu Shayyad dan menjumpainya sedang bermain dengan anak-anak kecil di dekat gedung Bani Maghalah, sedangkan pada waktu itu Ibnu Shayyad sudah mendekati usia balig. Ia tidak merasa kalau ada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam sehingga beliau menepuk punggungnya lalu Nabi berkata kepada Ibnu Shayyad: Apakah kamu bersaksi bahwa aku ini utusan Allah? Ibnu Shayyad memandang beliau lalu berkata: Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan orang-orang yang buta huruf. Lalu Ibnu Shayyad balik bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam: Apakah engkau bersaksi bahwa aku utusan Allah? Beliau menolaknya dan bersabda: Aku beriman kepada Allah dan para rasul-Nya. Kemudian Rasulullah berkata kepadanya: Apa yang kamu lihat? Ibnu Shayyad berkata: Aku didatangi orang yang jujur dan pendusta. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Perkara ini telah menjadi kabur bagimu. Lalu Rasulullah melanjutkan: Aku menyembunyikan sesuatu untukmu. Ibnu Shayyad berkata: Asap. Beliau bersabda: Pergilah kau orang yang hina! Kamu tidak akan melewati derajatmu! Umar bin Khathab berkata: Wahai Rasulullah, izinkan aku memenggal lehernya! Beliau bersabda: Kalau dia Dajjal, dia tidak akan dapat dikalahkan, kalau bukan maka tidak ada baiknya kamu membunuh dia. Salim bin Abdullah berkata: Aku mendengar Abdullah bin Umar berkata: Sesudah demikian, Rasulullah dan Ubay bin Kaab Al-Anshari pergi menuju ke kebun korma di mana terdapat Ibnu Shayyad. Setelah masuk ke kebun beliau segera berlindung di balik batang pohon korma mencari kelengahan untuk mendengarkan sesuatu yang dikatakan Ibnu Shayyad sebelum Ibnu Shayyad melihat beliau. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dapat melihat ia sedang berbaring di atas tikar kasar sambil mengeluarkan suara yang tidak dapat dipahami. Tiba-tiba ibu Ibnu Shayyad melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam yang sedang bersembunyi di balik batang pohon korma lalu menyapa Ibnu Shayyad: Hai Shaaf, (nama panggilan Ibnu Shayyad), ini ada Muhammad! Lalu bangunlah Ibnu Shayyad. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Seandainya ibunya membiarkannya, maka akan jelaslah perkara dia. Diceritakan oleh Salim, bahwa Abdullah bin Umar berkata: Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berdiri di tengah-tengah orang banyak lalu memuji Allah dengan apa yang layak bagi-Nya kemudian menyebut Dajjal seraya bersabda: Sungguh aku peringatkan kamu darinya dan tiada seorang nabi pun kecuali pasti memperingatkan kaumnya dari Dajjal tersebut. Nabi Nuh as. telah memperingatkan kaumnya, tetapi aku terangkan kepadamu sesuatu yang belum pernah diterangkan nabi-nabi kepada kaumnya. Ketahuilah, Dajjal itu buta sebelah matanya, sedangkan Allah Maha Suci lagi Maha Luhur tidak buta [alkhoirot.org]
LihatTutupKomentar