Terjemah Raudhatuth Thalibin

Nama kitab: Terjemah Raudhatuth Thalibin, Raudah al-Talibin, Raudlah at-Thalibin Nama penulis: Imam Nawawi. Bidang studi: Fiqih madzhab Syafi'i

Terjemah Raudhatuth Thalibin
Nama kitab: Terjemah Raudhatuth Thalibin, Raudah al-Talibin, Raudlah at-Thalibin
Judul kitab asal: Raudhatuth Thalibin wa Umdatul Muftin, Raudah al-Talibin wa Umdat al-Muftin ( كتاب روضة الطالبين وعمدة المفتين)
Nama penulis: Imam Nawawi.
Nama lengkap: Al-Imam Al-Hafizh Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Murri An-Nawawi, (يحيى بن شرف النووي محي الدين أبو زكريا
Lahir, Tempat lahir: Oktober 1233; bulan Muharram tahun 631 H; Nawa, Syria / Suriah.
Wafat: December 21, 1277 (usia 44 tahun); 24 Rajab 676 H, Nawa, Syria / Suriah
Bidang studi: Fiqih madzhab Syafi'i .  

 Daftar isi

  1.  Biografi Imam Nawawi Pengarang al-Raudah
  2.  Profil Kitab Al-Raudlah
  3.  Download Terjemah Raudhatuth Thalibin
  4.  Download Raudhatuth Thalibin versi Arab
  5. Kitab karya Imam Nawawi yang Lain
    1. Terjemah Minhajut Talibin
    2. Terjemah Raudhatuth Thalibin
    3. Terjemah Al-Majmu' Syarah Muhadzab  
    4. Terjemah Syarah Muslim oleh al-Nawawi 
    5. Terjemah Al-Adzkar Nawawi
    6. Terjemah Arbain Nawawi
    7. Terjemah Tibyan fi Adab Hamalat al-Quran
  6.   Kitab Fikih lain
    1. Terjemah Matan Taqrib
    2. Terjemah Fathul Qorib
    3. Terjemah Minhajut Talibin
    4. Terjemah Fahul Muin
    5. Terjemah Safinatun Najah
    6. Terjemah Kasyifatus Saja Syarah Safinatun Naja
    7. Terjemah Kitab At Tahzhib Dalil Al-Quran dan Sunnah dari Matan Taqrib
    8. Terjemah Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram 
    9. Terjemah Uqudul Lujain 
    10. Terjemah Al-Umm Syafi'i 
    11. Terjemah Al-Majmu' Syarah Muhadzab
  7. Kaidah Fikih dan Ushul Fikih 
    1. Terjemah Al-Waraqat
    2. Terjemah Kitab Jam'ul Jawamik
    3. Terjemah Lubbul Ushul
  8. Kitab dan arikel Fikih Terbaru

Biografi Imam Nawawi

1.    Riwayat Hidup

Imam An-Nawawi lahir pada pertengahan bulah Muharam tahun 631 H di kota Nawa 1 Nama lengkap beliau adalah Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Muri bin Hasan bin husain bin Muhammad bin Jum'ah bin Hizam Al-Hizami An-Nawawi 2 . Panggilannya : Abu zakaria. Namun panggilan ini tidak sesuai dengan aturan yang
biasa berlaku. Para ulama telah menganggapnya suatu kebaikan sebagaimana yang dikatakan Imam An-Nawawi bahwa disunnahkan memberikan panggilan kunyah kepada orang-orang yang saleh baik dari kaum laki-laki maupun perempuan, mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, memakai  panggilan  anaknya  sendiri atau orang lain, dengan abu fulan atau abu fulanah bagi seorang laki-laki dan ummu
fulan atau ummu fulanah bagi perempuan. 3

Imam An-Nawawi dijuluki Abu Zakaria karena namanya adalah Yahya. Orang arab sudah terbiasa memberi julukan Abu Zakaria kepada orang yang bemama Yahya, karena ingin meniru Yahya Nabi Allah dan ayahnya Zakaria Alaihuma As-Salam, sebagaimana juga seorang yang bemama Yusuf dijuluki Abu Ya'qub, orang yang bernama Ibrahim dijuluki Abu Ishaq dan orang yang bernama  Umar  dijuluki  Abu Hafsh.

2.    Pendidikan

Syaikh Yasin bin Yusuf Al Marakisyai 14 melihat Imam An-Nawawi di kota Nawa, ketika itu umumya masih sepuluh tahun. Anak-anak kecil yang  lain memaksanya untuk bermain bersama mereka, namun Imam An-Nawawi lari dari mereka dan menangis karena dipaksa. Dia membaca Al- Qur'an ketika itu,  lalu hatinya menjadi  senang kepada Nawawi . Ayahnya menempatkannya di toko, namun kesibukannya dengan Al-Qur'an tidak bisa dikalahkan oleh aktivitas jual  beli 15.

Imam An-Nawawi tumbuh berkembang dalam penJagaan, kebaikan, dan menghafalkan Al-Qur'an. Dia menghabiskan waktunya di toko bersama dengan ayahnya.  Kemudian  pada  tahun  649  ayahnya  memindakannya  ke  Damaskus  agar
belajar di sana. Dia bertempat di asrama para siswa. Dia mengandalkan kekuatannya dengan roti kasar. Dia belajar kitab At-Tanbih 16dan mengafalnya dalam empat bulan setengah dan belajar Al M uhadzab17
Imam An-Nawawi menghafal kitab At-Tanbih dalam waktu kurang lebih empat bulan setengah dan ia hafal seperempat pembahasan ibadah dari kitab Al- Muhadzdzab dalam sisa tahun itu 18, kemudian mensyarahi, mentashi di hadapan syaikhnya yaitu seorang Imam, ulama besar,  zuhud,  wara',  mempunyai  keutamaan dan pengetahuan-pengetahuan yakni Abu Ibrahim bin Ahmad bin  Usman  Al- Maghribi Asy-Syafi'i, dan ia selalu bersama dengannya 19.
Ketika Imam An-Nawawi pergi haji bersama ayahnya, tampak oleh ayahnya tanda-tanda kecerdasan dan kemampuan memahami. Dia  bermukim  di  madinah selama satu bulan setengah. Dalam perjalanannya dia banyak mengalami sakit. Kembali dari haji, dia memfokuskan diri dengan mencari ilmu baik siang maupun malam. Karena itu dia dijadikan percontohan dalam perumpamaan 20 .

 a.    Guru-guru Imam An-Nawawi

Imam An-Nawawi dalam perjalanan mencari ilmunya telah  melibatkan beberapa ulama yang berjasa memberikan beliau pelajaran dalam berbagai  ilmu, antara lain :
1)    Ilmu Fiqih

Adapun guru-gurunya dalam bidang ilmu Fiqih adalah :

a)    Abu Ibrahim Ishaq bin Ahmad  bin Utsman  Al-Maghribi Ad-Dimasyiqi : dia adalah seorang Imam, yang diakui keilmuannya, zuhudnya, wara'nya, banyak ibadahnya, besar keutamaanya, dan kelebihan semuanya itu di atas teman- temannya 24 .
b)    Abu Muhammad Abdurrahman bin nuh bin Muhammad bin Ibrahim bin Musa

Al-Maqdisi Ad-Dimasyqi : dia adalah seorang Imam, orang yang arif, zuhud, ahli ibadah,wara', sangat teliti,dan mufti damaskus pada masanya 25 .
c)    Syaikh Abu hafsh Umar bin As'ad bin Abi Ghalib Ar-Raba'I Al-irbili : dia adalah orang yang teliti dan menjadi seorang mufti26 .
d)    Abu Al-hasan bin Sallar bin Al-Hasan Al_Irbili Al-halabi Ad-Dimasyqi  : daia adalah seorang Imam yang disepakati keimamannya, keagungannya, kelebihannya dibidang ilmu madzhab di zamannya 2)    Ilmu Ushul Fiqih

Imam An-Nawawi  mempelajari  ilmu  ushul fikih kepada  sejumlah  ulama.  Yang paling masyhur dan yang paling besar antara lain : Al-Qodhi Abu Al Fath Umar bin Bundar bin Umar bin Ali Muhammad At-Taflisi Asy-Syafi'i 28 . Imam An- nawawi belajar kepadanya Al-Muntakhob karya Imam Fakhruddin Ar-Razi dan sebagian dari kitab Al-Mustashfa karya Al-Ghazali 29 .
3)    Ilmu Bahasa, Nahwu dan Sharaf

Adapun guru-gurunya dalam bidang ilmu Bahasa, Nahwu dan sharaf adalah :

a)    Fakhruddin  Al-Maliki 30 .  Imam  An-Nawawi  berkata  "aku  belajar  kepadanya, tentang Sibawaihi atau lainnya." Keraguan ini adalah dari saya sendiri 31.
b)    Syaikh  Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah bin Malik Al-Jayyani, dengan kitab karya-karyanya  dan mengomentarinya 32.
c)    Ahmad bin Salim Al-Mashari.

d)    lbnu Malik.33

4)    Ilmu Hadits

Guru-gurunya dalam bidang Ilmu Hadits adalah :

a)    Syaikh  Al-Muhaqqiq  Abu  Ishaq  Ibrahim  bin  Isa  Al-Muradi  Al-Andalusia Asy-Syafi'i.  Dia  telah  mensyarahkan  kepadanya  Shahih  Muslim,  sebagian
besar dari Shahih Al-Bukhari dan banyak hadits-hadits dari Al-Jam'u bain As-Shalihin karya Al-Humaidi 34 .
b)    Abu Ishaq Ibrahim bin Abi Hafsah Umar bin Mudhar Al-Wasithi .

c)    Zainuddin  Abu  Al-Baqa'  Khalid  bin  Yusuf  bin  Sa'ad  Ar-Ridha  bin  Al- Burhan.
 
d)    Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdil Muhsin Al-Anshari. 35

b.    Murid-murid Imam An-Nawawi

Di antara murid-murid Imam An-Nawawi adalah :

1)    Ala'uddin bin Al-Aththar. 36

2)    Shadr Ar-Rais Al-Fadhil Abu Al-Abbas Ahmad bin Ibrahim bin Mush' ah.

3)    As-Syamsi  Muhammad  bin  Abi  Bar  bin  Ibrahim  bin  Abdirrahman  bin  An- Naqib.
4)    Al-Nadar Muhammad bin Ibrahim bin Sa'dillah bin Jum'ah

5)    Asy-Syihab Muhammad  bin Abdil Khaliq bin Utsman bin Muzhir Al-Anshari Ad-Dimasyiqi Al-Muqri.
6)    Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Abbas bin Ja'wan.

7)    Al-Faqih Al-Muqri Abu Al-Abbas Ahmad Adh-Dharir Al-Wasithi. 37

c.    Kitab-kitab karya Imam An-Nawawi.

Ada beberapa kitab yang ditulis oleh Imam An-Nawawi, diantaranya :



1)    Kitab-kitab karyanya dalam bidang hadits :

a)    Syarah Muslim yang dinamakan Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim Al-Hajjajj.

b)    Riyadh Ash-Shalihin. 38

c)    Al-Arbain An-Nawawi. 39

d)    Khulashah Al-Ahkam min Muhimmad As-Sunan wa Qawa'id Al-Islam.
 
e)    Syarah Al-Bukhari (barn sedikit yang di tulis).40

f)    Al-Adzkar   yang   dinamakan   Hilyah   Al-Abrar   Al-Khyar   fi  Talkhish   Ad- Da'awat wa Al-Adzkar.
2)    Kitab-kitab karyanya dalam bidang ilmu hadits 41 :

a)    Al-Irsyad.

b)    At-Taqrib.

c)    Al-Irsyat ila bayan Al-Asma' Al-Mubhamat.

3)    Kitab-kitab karyanya dalam bidang fiqih42 :

a)    Raudh Ath-Thalibin.

b)    Al-Majmu'  Syarah Al-Muhadzab  (belum sempuma  , namun  disempumakan oleh Ass-Subki kemudian Al-Muthi').
c)    Al-Minhaj.

d)    Al-Idhah.

e)    At-Tahqiq.

4)    Kitab-kitabnya dalam bidang pendidikan dan etika43 :

a)    Adab Hamalah Al-Qur'an.

b)    Bustan Al-Arifin.

5)    Kitab-kitab karyanya dalam bidang biografi dan sejarah44 :

a)    Tahdzib Al-Asma'  wa Al-Lughat.

b)    Thabaqat  Al-Fuqoha'.

6)    Kitab-kitab karyanya dalam bidang bahasa45 :
 
a)    Tahdzib Al-Asma' wa Al-Lughat bagian kedua.

b)    Tahrir At-Tanbih.

Baca juga: Biografi Lengkap Imam Nawawi

Profil Kitab Raudatut Talibin

Nama lengkap kitab ini berdasarkan manuskrip-manuskrip yang terdapat pada Al-Maktabah Adh-Dhohiriyyah di Damaskus, Suriah adalah “Roudhotu Ath-Tholibin Wa ‘Umdatu Al-Muftin”(رَوْضَةُ الطَّالِبِيْنَ وَعُمْدَةُ الْمُفْتِيْنَ). Penamaan versi Haji Kholifah dalam Kasyfu Adh-Dhunun yang menyebutnya “Roudhotu Ath-Tholibin Wa ‘Umdatu Al-Muttaqin” ditinggalkan karena tidak sesuai dengan manuskrip-manuskrip tersebut.

Asal kitab ini adalah hasil ringkasan An-Nawawi dari kerja tahrir madzhab Ar-Rofi’i yang bernama Fathu Al-‘Aziz. Dengan kata lain, Roudhotu Ath-Tholibin adalah mukhtashor Fathu Al-‘Aziz/Asy-Syarhu Al-Kabir. Kita tahu, Fathu Al-‘Aziz sendiri adalah karya Ar-Rofi’i yang merupakan syarah dari kitab Al-Wajiz karya Al-Ghazzali. Al-Wajiz itu sendiri adalah mukhtashor Al-Wasith karya Al-Ghazzali. Al-Wasith adalah bentuk mukhtashor dari Al-Basith karya Al-Ghazzali. Al-Basith adalah hasil mukhtashor Nihayatu Al-Mathlab karya Al-Juwaini. Nihayatu Al-Mathlab adalah syarah Mukhtashor Al-Muzani karya Al-Muzani. Kitab Mukhtashor Al-Muzani bisa dianggap mukhtashor dari kitab Al-Umm karya Asy-Syafi’i. Jadi, bisa dikatakan bahwa kitab Roudhotu Ath-Tholibin adalah kitab yang “sanadnya bersambung” sampai kitab Al-Umm.

An-Nawawi menulis Roudhotu Ath-Tholibin sebelum menulis Minhaju Ath-Tholibin. Dari sisi ukuran ketebalan, tentu saja Roudhotu Ath-Tholibin lebih tebal, karena kitab asalnya juga tebal. Minhaju Ath-Tholibin lebih tipis karena merupakan mukhtashor kitab Ar-Rofi’i yang bernama Al-Muharror yang ukurannya jauh lebih kecil daripada Fathu Al-‘Aziz.

Roudhotu Ath-Tholibin ditulis An-Nawawi dengan uraian yang bersifat pertengahan, yakni ditulis dengan gaya tidak terlalu ringkas (yang malah bisa menimbulkan ambiguitas) dan tidak terlalu panjang (sehingga malah berbentuk seperti syarah).

Secara umum, sebagai konsekuensi tulisan berbentuk mukhtashor, An-Nawawi membuang penyebutan dalil pada hampir seluruh pembahasan dalam kitab ini kecuali sedikit saja. Hal-hal yang samar diperjelas dan semua pendapat ulama-ulama Asy-Syafi’iyyah berusaha dihimpun selengkap mungkin, bahkan termasuk pendapat-pendapat yang ghorib. An-Nawawi juga banyak menambah bahasan-bahasan cabang dan pelengkap. Di beberapa tempat, An-Nawawi terkadang sedikit mengoreksi Ar-Rofi’i.

Sistematika Roudhotu Ath-Tholibin secara umum sama dengan Kitab Fathu Al-‘Aziz kecuali dalam beberapa tempat karena tujuan tertentu. Beberapa persoalan yang tidak dijelaskan An-Nawawi dalam kitab ini, dijelaskan beliau di kitabnya yang lain yaitu Al-Majmu’. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kitab Roudhotu Ath-Tholibin bukan hanya hasil kerja ikhtishor, tetapi juga kerja tartib (sistematisasi) dan tanqih (editing).

Kitab Roudhotu Ath-Tholibin memiliki pengaruh yang sangat besar di kalangan Asy-Syafi’iyyah. Demikian besarnya pengaruh Roudhotu Ath-Tholibin di tengah-tengah penganut madzhab Asy-Syafi’i, sampai-sampai Ibnu An-Naqqosy berkomentar,
النَّاس الْيَوْم رافعية لَا شافعية ونووية لَا نبوية

Artinya: “…zaman sekarang, orang-orang adalah pengikut Ar-Rofi’i bukan Asy-Syafi’i dan menjadi pengikut An-Nawawi, bukan Nabi…” (Ad-Duror Al-Kaminah Fi A’yan Al-Mi-ah Ats-Tsaminah, juz 5 hlm 327)

Maksudnya, kaum muslimin di zaman Ibnu An-Naqqosy karena sedemikian besarnya perhatian mereka terhadap kitab Fathu Al-‘Aziz karya Ar-Rofi’i dan bertaklid pada tarjih-tarjihnya seakan-akan menjadi pengikut Ar-Rofi’i bukan Asy-Syafi’i. Mereka -juga- karena sedemikian besarnya perhatian mereka terhadap kitab Roudhotu Ath-Tholibin yang merupakan mukhtashor Fathu Al-‘Aziz itu dan bertaklid pada tarjih-tarjihnya, seakan-akan menjadi pengikut An-Nawawi bukan Nabi. Bahkan adapula yang level fanatisnya mencapai tingkatan luar biasa sampai meyakini bahwa siapapun yang menyalahkan An-Nawawi maka ia kafir! Sumber

Download Terjemah  Raudhatuth Thalibin

  1. Terjemahan Raudhatuth Thalibin
  2. Terjemahan Raudhatuth Thalibin
  3. Terjemahan Raudhatuth Thalibin

Download Raudhatuth Thalibin versi Arab

مجلد 1
مجلد 2
مجلد 3
مجلد 4
مجلد 5
مجلد 6
مجلد 7
مجلد 8
مجلد 9
مجلد 10
مجلد 11
مجلد 12
مقدمة التحقيق
الواجهة

LihatTutupKomentar